PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dari prestasi yang dicapai mahasiswa. Keberhasilan ini selalu dikaitkan dengan tujuan pelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Pada dasarnya hasil belajar mahasiswa dapat dinyatakan dalam tiga aspek, yang sering disebut dengan ranah, yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ketiga ranah tersebut saling terkait, dan pasti terlibat dalam setiap kegiatan belajar mengajar. Hanya porsi dari masing-masing ranah tersebut bervariasi sesuai dengan karakteristik mata kuliah.
Mata kuliah dasar-dasar pendidikan lebih banyak melibatkan ranah kognitif, sedang pelajaran praktek di bengkel lebih banyak menekankan pada segi psikomotorik. Ranah lain yang sangat penting adalah ranah afektif, walaupun sering tidak tampak pada tujuan pelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai, namun hal ini sangat penting bagi baik bagi dosen maupun mahasiswa. Misalnya, bagaimana perubahan sikap sosial mahasiswa, minat, disiplin, komitmen, dan sebagainya setelah mengikuti mata kuliah-mata kuliah tertentu. Ranah ini sering dihubungkan dengan pelajaran agama atau budi pekerti, walau hal ini tidak sepenuhnya benar. Jadi, perlunya mengkontruksi tes objektif jenis isian tersebut mengapa ? karena agar menjadi pengetahuan yang mendalam lagi dalam proses belajar-mengajar yang telah kita pelajari bersama.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Kontruksi Tesitu?
2. Apa yang dimaksud dengan Tes Objektif (Objective Test)?
3. Ada berapaPenggolongan Tes Objektif?
4. Apa pengertian dari Tes Obyektif Bentuk Isian (Fill In The Test)?
5. BagaimanacaraTeknik Menskor Tes Objektif Jenis Isian (Fill In)?
|
|
|
1. Dapat mengetahui tentang pengertian dari Kontruksi tes itu.
2. Dapat mengetahui tentang Tes Objektif (Objective Test).
3.Dapat mengetahui jumlah Penggolongan Tes Objektif.
4. Dapat mengetahui tentang pengertian dari Tes Obyektif Bentuk Isian (Fill In The Test).
5. Dapat mengetahui bagaimanacaraTeknik Menskor Tes Objektif Jenis Isian (Fill In).
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Konstruksi Tes
Konstruksi adalah studi cara penyusunan alat ukur psikologis (tes) secara ilmiah (sistematis, obyektif, standard). Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merencanakan suatu tes, yaitu seperti berikut ini (Mehren & Lehman, 1984, p. 64):
- Tujuan tes
- Pengetahuan, keterampilan, sikap, atau lainnya yang ingin diukur
- Tabel spesifikasi
- Kesesuaian butir tes dengan tujuan
- Format butir tes
- Lama waktu untuk tes
- Tingkat kesukaran tes
- Tingkat pembedaan tes
- Susunan format tes (bila lebih dari satu)
- Susunan butir tes untuk tiap format
- Persiapan mahasiswa
- Tempat menulis jawaban tes
- Cara penskoran
- Penskoran tes esei dan pilihan ganda
- Tabulasi skor tes
- Laporan hasil tes
Tes yang banyak digunakan di sekolah adalah tes hasil belajar yang dilaksanakan di kelas. Tes ini mempunyai beberapa tujuan:
1) Menentukan tingkat kemampuan mahasiswa.
2) Mengukur pertumbuhan dan perkembangan mahasiswa.
3) Merangking mahasiswa berdasarkan kemampuannya.
|
|
6) Mengetahui efektivitas kurikulum (pencapaian kurikulum).
7) Memotivasi mahasiswa.
Sebuah tes sering kali bisa digunakan untuk beberapa tujuan, tetapi tidak akan memiliki efektivitas yang sama untuk semua tujuan.
Pengujian berbasis kompetensi menggunakan format yang terdiri dari:
1. Standar kompetensi
2. Kemampuan dasar
3. Materi pembelajaran
4. Indikator pencapaian
5. Bentuk soal
6. Soal ujian
B. Tes Objektif(Objective Test)
Tes ini dikenal dengan istilah tes jawaban pendek (Short answer test), tes “ ya-tidak”, dan tes model baru (New type test), adalah salah satu jenis tes hasil belajar yang terdiri dari butir-butir soal (Items) yang dapat dijawab oleh testee dengan jalan memilih salah satu diantara beberapa kemungkinan jawaban yang telah dipasangkan pada masing-masing items, atau dengan jalan menuliskan (mengisikan) jawabannya berupa kata-kata atau symbol-simbol tertentu pada tempat atau ruang yang telah disediakan untuk masing-masing butir item yang bersangkutan.
Tes objektif juga adalah tes yang keseluruhan informasi yang diperlukan untuk menjawab tes telah tersedia. Oleh karenanya sering pula disebut dengan istilah tes pilihan jawaban (selected response test). Butir soal telah mengandung kemungkinan jawaban yang harus dipilih atau dikerjakan oleh peserta tes.
|
Soal tes objektif sangat bermanfaat untuk mengukur hasil belajar kognitif tingkat rendah. Hasil-hasil belajar kompleks seperti menciptakan dan mengorganisasikan gagasan kurang cocok diukur menggunakan soal bentuk ini. Soal objektif sangat bervariasi bentuknya. Variasi yang bisa dibuat dari soal objektif adalah benar-salah, pilihan ganda, menjodohkan, melengkapi dan jawaban singkat.
C. Penggolongan Tes Objektif
Penggolongan tes objektif bisa dibedakan menjadi 5 golongan yaitu:
1. Tes obyektif bentuk Benar-Salah (True-False Test)
Tes ini dikenal dengan istilah tes obyektif bentuk “benar-salah” atau tes obyektif “ya-tidak”. Tes ini adalah salah satu bentuk tes obyektif dimana butir-butir soal yang diajukan dalam tes hasil belajar itu berupa pernyataan (Statement). Tes obyektif ini bentuknya adalah kalimat atau pernyataan yang mengandung dua kemungkinan jawaban ya atau tidak.
Keunggulan Tes Obyektif Bentuk True-False, yaitu:
a. Pembuatannya mudah.
b. Dapat dipergunakan berulang kali.
c. Dapat mencakup bahan pelajaran yang luas.
d. Tidak terlalu banyak memakan lembaran kertas.
|
f. Bagi tester, cara mengoreksinya juga mudah.
Adapun kelemahan tes objektif ialah :
a. Tes obyektif bentuk true-false membuka peluang bagi testee untuk berspekulasi dalam memberikan jawaban.
b. Sifatnya amat terbatas, dalam arti bahwa tes tersebut hanya dapat mengungkap daya ingat dan pengenalan kembali saja. Jadi,,sifatnya amat terbatas karena hanya menggunakan hafalan.
c. Pada umumnya tes obyektif jenis ini reliabilitasnya rendah, kecuali apabila butir-butir soalnya dibuat dalam jumlah yang banyak
d. Dapat terjadi bahwa butir-butir soal tes obyektif jenis Ini tidak bisa dijawab dengan dua kemungkinan saja, yaitu betul atau salah,
Contoh:
a.B-S :Tes obyektif lebih baik daripada tes subyektif.
b.B-S:IPS lebih berguna untuk dipelajari daripada IPA.
2. Tes obyektif bentuk Menjodohkan (Matching Test).
Tes ini sering dikenal dengan istilah tes menjodohkan, tes mencari pasangan, tes menyesuaikan, tes mencocokkan dan tes mempertandingkan.
Cir-ciri Tes Obyektif bentuk menjodohkan sebagai berikut:
a.Tes tediri dari satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban.
b.Tugas testee adalah mencari dan menempatkan jawaban-jawaban yang telah tersedia, sehingga sesuai atau cocok atau merupaka pasangan, atau merupakan “jodoh” dari pertanyaannya.
|
a.Pembuatannya mudah.
b.Dapat dinilai dengan mudah, cepat dan obyektif.
c. Apabila tes jenis ini dibuat dengan baik, maka factor menebak praktis dapat dihilangkan.
d.Tes jenis ini sangat berguna untuk menilai berbagai hal, misalnya:
-Antara masalah dan cara penyelesaiannya.
-Antara teori dan penemunya.
-Antara sebab dan akibatnya.
-Antara singkatan dan kata-kata lengkapnya.
-Antara istilah dan definisinya.
Kelemahan Tes Obyektif Bentuk menjodohkan, sebagai berikut:
a.Menjodohkan tes cenderung banyak menggunakan aspek hafalan.
b.Karena mudah disusun, maka tes jenis ini seringkali dijadikan sebagai pelarian bagi pengajar, yaitu dipergunakan kalau pengajar tidak sempat lagi untuk membuat tes dengan bentuk yang berbeda.
c. Karena jawaban yang pendek-pendek, maka tes jenis ini kurang baik untuk mengevaluasi pengertian, dan kemampuan membuat tafsiran (Interpretasi).
d. Tanpa disengaja, dalam tes jenis ini sering menyelinap atau masuk hal-hal yang sebenarnya kurang perlu untuk diwujudkan.
3.Tes obyektif bentuk Melengkapi (Completion Test).
Tes ini sering dikenal dengan istilah tes melengkapi atau menyempurnakan.
Ciri-ciri tes obyektif bentuk melengkapi adalah:
a.Tes tersebut terdiri ats susunan kalimat yang bagian-bagiannya sudah dihilangkan.
b.Bagian-bagian yang dihilangkan itu diganti dengan titi-titik (………..).
|
Keunggulan tes obyektif bentuk melengkapi, adalah :
a.Tes model ini sangat mudah penyusunannya.
b.Jika dibandingkan dengan tes obyektif bentuk fill in, tes ini lebih menghemat tempat (menghemat kertas).
c.Jika bahan yang disajikan cukup banyak dan beragam, maka persyaratan komperhensif dapat dipenuhi oleh tes model ini.
d.Tes ini dapat digunakan untuk mengukur berbagai taraf kompetensi dan tidak sekedar mengungkap taraf pengenalan atau hafalan saja.
Kekurangan tes obyektif bentuk melengkapi adalah:
a.Pada umumnya tester lebih cenderung menggunakan tes model ini untuk mengungkap daya ingat atau aspek hafalan saja.
b.Dapat terjadi bahwa butir-butir item kurang relevan untuk diujikan.
c.Karena pembuatannya mudah, sehingga tester sering kurang hati-hati dalam menyusun kalimat soalnya.
4. Tes obyektif bentuk Isian (Fill In Test).
Tes ini biasanya berbentuk cerita atau karangan . Kata-kata penting dalam cerita atau karangan itu beberapa diantaranya dikosongkan, sedang tugas testee adalah mengisi bagian-bagian yang telah dikosongkan itu.
Keunggulan Tes obyektif bentuk Isian (Fill In Test) :
a.Dengan menggunakan tes ini, maka masalah yang diujikan tertuang secara keseluruhan dalam konteksnya.
b.Butir-butir tes ini berguna sekali untuk mengungkap pengetahuan testee secara utuh mengenai suatu bidang.
c.Cara penyusunan itemnya mudah.
|
a. Tes ini cenderung lebih banyak mengungkap aspek pengetahuan atau pengenalan saja.
b. Jika tes tertuang dalam bentuk cerita, maka tes ini umumnya banyak memakan tempat.
c. Tes ini sifatnya kurang komperhensif karena hanya dapat mengungkap sebagian saja dari bahan yang seharusnya diteskan.
d. Terbuka peluang bagi testee untuk bermain tebak- tebakan.
5. Tes obyektif bentuk Pilihan Ganda (Multiple Choice Item
Test).
Tes ini sering dikenal dengan istilah tes obyektif bentuk pilihan ganda, yaitu
salah satu bnetuk tes obyektif yang terdiri atas pertanyaan atau perntyataan
yang sifatnya belum selesai, dan untuk menyelesaikannya harus dipilih salah
satu (lebih) dari beberapa kemungkinan jawab yang telah disediakan pada
tiap-tiap butir soal yang telah disediakan.
Tes ini dikatakan objektif karena para siswa tidak dituntut merangkai jawaban
atas dasar informasi yang dimilikinya seperti pada tes esay. Pada tes jenis
ini, jawabab pada umumnya sudah disediakan atau sudah diarahkan dan lebih
bersifat pasti.
Secara garis besar tes objektif dapat dibedakan menjadi tiga kelompok:
a. Tes jawaban bebas atau jawaban terbatas, mengungkapkan kemauan siswa.
b. Tes melengkapi mengungkap kemampuan siswa dengan memberikan spasi atau ruang kosong untuk diisi dengan jawaban (kata) yang tepat.
c. Tes asosiasi, mengungkap kemampuan siswa dengan menyediakan spasi yang diisi dengan satu jawaban atau lebih, dimana jawaban tersebut masih memiliki keterkaitan dan bersifat homogen antara satu dengan lainnya.
|
1.Masing-masing tes memerlukan hafalan dari para siswa.
2.Masing-masing menuntut jawaban singkat dari para siswa.
3.Masing-masing tes pada umumnya direncanakan untuk mengungkap pemikiran siswa tentang materi pembelajaran yang dikategorikan sebagai definisi atau batasan, pengetahuan tentang fakta dan prinsip-prinsip pengetahuan.
Adapun perbedaan dari ketiga tes di atas terutama dilihat dari format atau bentuk tesnya. Tes jawaban singkat atau bebas merupakan yang item-itemnya dibuat dalam bentuk pertanyaan. Tes melengkapi bentuk itemya memiliki satu spasi atau ruang kosongdan harus dijawab siswa, dan tes asosiasi memiliki ruang kosong yang diisi dengan jawaban yang memiliki kaitan satu dengan lainnya.
Tes objektif jenis isian ini masih berkaitan dengan tes esai, karena tes ini masih menuntut jawaban bebas dan singkat dari para siswa. Namun, karena tes tersebut hanya memberikan kesempatan kepada siswa menjawab dengan satu kata dan biasanya telah terikat dalam definisi, fakta, dan atau prinsip-prinsip pengetahuanmaka tes tersebut disebut sebagai tes objektif jenis isian.
D. Pengertian Tes Obyektif Bentuk Isian (Fill In The Test)
Tes obyektif bentuk isian adalah tes tertulis yang menuntut siswa untuk mengisikan perkataan, ungkapan, atau kalimat pendek sebagai jawaban dari kalimat tidak lengkap, atau jawaban atas suatu pertanyaan atau jawaban atas asosiasi yang harus dilakukan.
Adapun Jenis tes isian sebagai berikut:
1. Bentuk pertanyaan dengan satu jawaban.
Contoh:
a. Siapakah nama ayah pangeran Siddharta ?
b. Siapakah nama ibu pangeran Siddharta ?
c. Mengapa ayah pangeran Siddharta membangunkan 3istana?
2.
|
Siswa tinggal mengisi satu jawaban yang dibutuhkan.
Contoh:
• Kusir pangeran Siddharta adalah ……
• Nama kuda pangeran Siddharta adalah ……
• Sang Buddha membabarkan Dhamma di ……
3. Bentuk asosiasi
Persoalan diajukan dalam bentuk pertanyaan kemudian diikuti (digabungkan) dengan kalimat- kalimat tidak lengkap dan siswa diminta untuk mengisi kalimat tersebut.
Contoh:
Tulislah arti dari masing- masing kata berikut ini!
a.Triratna: ………………..
b.Dukkha:….……………..
c.Anicca : …………………
d.Anatta:…………………
Kelebihan dari test isian sebagai berikut:
1. Mudah dalam penyusunannya.
2. Peserta didik dapat mengorganisasikan jawaban dengan pendapatnya sendiri.
3. Murid tidak dapat menerka-nerka jawaban soal.
4. Test ini sangat cocok untuk mengukur dan mengevaluasi hasil suatu proses belajar yang kompleks yang sukar diukur dengan mempergunakan tes objektif.
5. Derajat ketepatan dan kebenaran murid dapat dilihat dari kalimat-kalimatnya.
6. Jawaban diungkapkan dalam kata-kata dan kalimat sendiri, sehingga test ini dapat digunakan untuk melatih penyusunan kalimat dengan bahasa yang baik, benar, dan cepat.
|
Adapun kelemahan test isian:
1. Sukar dinilai secara tepat jika terdapat bermacam- macam jawaban yang benar.
2. Bahan yang diukur terlalu sedikit, sehingga agak sulit untuk mengukur penguasaan siswa terhadap keseluruhan kurikulum.
3. Sulit mendapatkan soal yang memiliki standar nasional maupun internasional.
4. Membutuhkan waktu memeriksa hasilnya.
5. Sulit untuk menyusun soal yang hanya satu jawaban, lebih- lebih untuk memproses mental yang tinggi.
Adapun Petunjuk praktis dalam tes isian ialah sebagai berikut:
1. Dalam membuat pertanyaan yang terlalu banyak kata yang dihilangkan. Kata yang dihilangkan hendaknya pengertian yang penting saja, tetapi maksud dari kalimat tetap mudah dan jelas dipahami.
2. Jawaban yang diinginkan hendaknya benar- benar dibatasi.
3. Titik- titik tempat siswa menjawab hendaknya ditaruh diujung pernyataan.
4. Jika masalah/ pernyataan memerlukan jawaban berupa angka, nyatakanlah satuan-satuan tertentu dalam perhitungan itu.
5. Berilah waktu maksimal ½ menit untuk setiap nomor soal.
6. Jangan mengambil alih langsung dari buku teks.
7. Penilaian gunakanlah rumus:
a. N= B
|
Petunjuk menyusun butir-butir items fill in sebagai berikut:
a. Sebaiknya jawaban yang harus diisikan ditulis pada lembar jawaban tersendiri atau tempat yang terpisah.
b. Ungkapan cerita hendaknya disusun secara ringkas dan padat.
c. Usahakan butir-butir item yang disajikan tidak hanya mengungkap pengetahuan atau pengenalan ,tetapi dapat mengungkap taraf kompetensi yang lebih mendalam lagi.
E. Teknik Menskor Tes Objektif Jenis Isian (Fill In)
Cara menilai tes bentuk ini ada dua pendapat, yang pertama mengatakan bahwa skor maksimum setiap bentuk fill-in sama dengan jumlah isian yang ada pada test tersebut. Jika pada suatu test bentuk fill-in ada 10 item, dan setiap item berisi satu isian, dua isian atau tiga isian, maka cara menilainya dihitung menurut jumlah isian yang ada pada seluruh item.
Pendapat kedua mengatakan bahwa skor maksimum test berbentuk fill-in dihitung menurut jumlah itemnya. Tiap item dinilai satu, meskipun mungkin jumlah isiannya tidak sama banyaknya.
Pemakalah berpendapat bahwa yang lebih baik adalah pendapat yang pertama, karena evaluasi yang demikian lebih halus dan lebih adil.
Rumus penskoran untuk fill-in dan completion adalah sebagai berikut:
S = R
S : Skor terakhir / yang diharapkan
R : Jumlah isian yang dijawab betul (right)
|
Misalnya sebuah test berbentuk fill-in mengandung 30 isian, Ahmad mengerjakan test tersebut 23 isian betul, 3 isian salah, dan 2 isian kosong (tidak dijawab). Maka skor Ahmad : 23 (tiap isian diberi nilai 1).
Jadi, inilah cara menskor tes objektif jenis isian atau yang disebut juga dengan (Fill in) yang bisa kita gunakan untuk memperoleh hasil tes tersebut .
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konstruksi adalah studi cara penyusunan alat ukur psikologis (tes) secara ilmiah (sistematis, obyektif, standard). Tes objektif juga adalah tes yang keseluruhan informasi yang diperlukan untuk menjawab tes telah tersedia. Penggolongan tes objektif bisa dibedakan menjadi 5 golongan yaitu:Tes obyektif bentuk Benar-Salah (True-False Test),Tes obyektif bentuk Menjodohkan (Matching Test).Tes obyektif bentuk Melengkapi (Completion Test).Tes obyektif bentuk Isian (Fill In Test), dan Tes obyektif bentuk Pilihan Ganda (Multiple Choice Item Test).Tes obyektif bentuk isian adalah tes tertulis yang menuntut siswa untuk mengisikan perkataan, ungkapan, atau kalimat pendek sebagai jawaban dari kalimat tidak lengkap, atau jawaban atas suatu pertanyaan atau jawaban atas asosiasi yang harus dilakukan.
Teknik Menskor Tes Objektif Jenis Isian (Fill In)Cara menilai tes bentuk ini ada dua pendapat, yang pertama mengatakan bahwa skor maksimum setiap bentuk fill-in sama dengan jumlah isian yang ada pada test tersebut.
B. Saran
Penulisan makalah ini merupakan penjabaran konsep penulis yang dilengkapi dengan pengayaan pendapat dari para ahli. Oleh karena itu, isi makalah ini tentunya dapat dijadikan sumber mengenai mencari nilai akhir. Penulis dalam hal ini menyarankan kepada pembaca untuk melengkapi bahan bacaan dari sumber-sumber yang lain agar pemahaman tentang mencari nilai akhir bisa lebih optimal.
|
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1997. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arifin, Zainal. 2014. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Hamalik, Oemar. 1989. Teknik Pengukuran dan Evaluasi Pendidikan. Bandung: Mandar maju.
Purwanto, Ngalim. 2002. Prinsip-prinsip dan teknik Evaluasi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sudjana, Nana. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Thoha, Chabib. 1991. Teknik Evaluasi Penilaian. Jakarta: Rajawali .
|
0 Komentar "TES OBJEKTIF JENIS ISIAN"