BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Hasil Penelitian Terdahulu
Beberapa
penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini telah banyak
dilakukan. Setelah kami menelaah penelitian terdahulu yang sama dengan
penelitian kami yang temukan, kami uraikan hasil penelitian mereka sebagai
berikut:
Pertama Alfi Fuadah, 2013. Mahasiswi Pascasarjana
Sunan Ampel Meneliti tentang Upaya TQN dalam meningkatkan ESQ (emotional
quotien) para jamaah di pondok Thariqah al-muhajirin Sukorame-Trenggalek.
Penelitian ini adalah penelitian lapangan, karena jenis penelitian ini berusaha
mengungkapkan beberapa bentuk upaya peningkatan potensi kecerdasan ESQ .
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian lapangan ini adalah pendekatan
kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomina tentang apa yang di alami oleh objek peneliti misalnya, upaya
peningkatan potensi ESQ. Dengan hasil. Keadaan masyarakat yang menganut Thariqah
ini secara umum mencangkup masyarakat seluruh wilayah Sukorame dan luar Sukorame,
yang terdiri dari pemuda, remaja dan orang dewasa. Akan tetapi kebanyakan
berasal dari jamaah yang berusia 40 tahun. Hasil pengajaran amalan TQNini yaitu
kesempurnaan suluk (merambah jalan kesufian untuk mendekatkan diri kepada Allah
SWT) dengan berada pada tiga dimensi Islam, Iman dan Ihsan. Hasilnya, TQN di
pondok Thariqah Al-Muhajirin berjalan dengan baik dengan hasil yang di
peroleh pengajian kitab kuning, tarti Al-Qur’an Istighosah dan zikrul Ghofilin
yang dilakukan secara istiqomah.
Kedua
Tazkiyatun Nafizah, 2015. Mahasiswi Pascasarjana
UIN Jakarta Meneliti tentang Pengaruh TQN Pesantren
Suryalaya Terhadap Praktek Keagamaan di Desa Tanjungkerta Kecamatan Pagerageung
Tasikmalaya. Dengan mengunakan metode observasi dan wawancara dengan mengunakan
Jenis penelitian ini berupa
penelitian pendekan historis, dengan mengunakan pendekatan kualitatif,
penelitian ini fokus pada fakta-fakta deskripsi
tentang keberadaan TQN di Pondok Pesantren Suryalaya. Penelitian historis ini di maksud
untuk memecahkan atau mencari permaalah-permaalahan yang ada di msayarakat
sosial tentang perbedaan praktek agama. Dan dengan hasil. Pengunaan metode
observasi dan wawancara untuk memperoleh hasil pengaruh TQN yang sangat
mempengaruhi terhadap masayarakat sekitar. hal ini di buktikan dengan adanya ritual
ubudiyah yang dilakukan. Pengaruh Thariqah dengan mengunakan metode
observasi sangat baik. Hal ini di buktikan dengan aktifitas-aktifitas yang
dilakukan masyarakat di mushalla dan masjid.
Ketiga
Rohmi Hidayati, 2007. Mahasiswi Pasca
Sarjana UIN Malang Meneliti tentang Struktur Kepribadian dalam Perspektif
Psikonalisa (studi kasus pada lesbian). Dengan mengunakan metode wawancara dan
dengan jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif, karena jenis penelitian ini mampu menawarkan cara dan prosedur baru
untuk memberbaiki karakteristik atau atribut dari individu aksi dan interaksi perilaku
atau peristiwa insiden yang berfungsi sebagai evaluasi hasil. Dan memperoleh
hasil. Penerapan metode wawancara maka hasilnya di peroleh dalam peniliti ini
ialah bawha semasa kecilnya anaknya dibiarkan dikarenakan kesibukan orang
tuanya sehingga mengalami kelainan dari masa kecilnya hingga dewasa.
Berdasarkan hail tes normatis seorang anak kebingunggan dengan identitasnya
dengan menghindari lesbian kedua luar dengan cara bersembunyi dari perasaan
lesbian.
Kempat
Gufron Ahmadi, 2009. Mahasiswa Pascasarjana Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Meneliti tentang. Sumber ajaran TN Kadirun Yahya (studi
kasus di surau Saiful Amin Yogyakarta). Dengan mengunakan metode observasi,
wawancara dan dukumentasi dan dengan jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah lapanggan yang bersifat kualitatif yaitu mengungkapkan
gejala secara historis melalui kegiatan pengumpulan data yang yang di alami.
Sedangkan data yang di peroleh, di gali melalui teknik observasi, wawancara,
dan dukumentasi. Selanjutnya dianalisis dengan analisis diskriptif kualitatif
dengan cara menyusun data dan mengelompokkan data yang ada, sehingga memberi
gambaran nyata pada pembaca. Dan memperoleh hasil. TN pimpinan Kadirun
Yahya mempunya pengaruh positif terhadap para pengikutnya, baik dalam keberagaman,
kemasyaraktan, moralitas, ekonomi, dan lain-lain. Hal ini bisa di lihat dari
pernyataan-peryataan dan meningkatnya sumberdaya manusia para pengikutnya.
Ajaran-ajaran yang dipraktekkan TN yang di pimpin Kadirun Yahya sama
halnya dengan ajaran-ajaran oleh Guru Mursyid lainnya, yakni mempraktekkan
asas-asas yang di sebutkkan Baha’uddin Naqsyabandiyah.
Kelima
Faisal Bahar Sisanto, 2006. Mahsiswa
Pascasarjana Universitas Muhammadiyhah
Surakarta meleniti tentang. TQN tinjaun historis dan edukatif TQN.
Dengan mengunakan metode wawancara dan observasi serta mengunakan kajian Jenis
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah lapanggan yang bersifat
kualitatif yaitu data yang dikumpulkan dalam bentuk data variabel bukan dalam
bentuk angka. Penelitian kualitatif ini mengunakan metode pengumpulan data
melalui observasi dan wawancara prosedur yang di gunakan untuk mendapatkan
hasil yang diiginkan. Dan memperoleh hasil. Penerapan medote wawancara dan
observasi maka hasilnya di peroleh dalam peniliti ini ialah sistem pendidikan
dan pendidikn TQN terhadap pendidikan
dalam msyarakat sangat berpegaruh pesat. Berdasarkan hasil historis dan
edukatif yang di hasilkan.
Demikianlah sajian dan uraian dari
peneliti terdahulu yang bisa kami sajikan dan untuk titik temu perbedaan antara
penliti terdahulu dan yang sekarang kami uraikan di sebagai berikut:
Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu
|
No
|
Peneliti,
judul yang di teliti
|
Metode
yang di gunakan
|
Hasil
analisi
|
|
1
|
Alfi Fuadah, 2013. Upaya TQN dalam
meningkatkan ESQ (emotional quotien) para jamaah di pondok Thariqah Al-Muhajirin
Sukorame-Trenggalek
|
Jenis penelitian yang di gunakan
dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan, karena jenis penelitian ini
berusaha mengungkapkan beberapa bentuk peningkatan potensi kecerdasan ESQ .
Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian lapangan ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif
adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomina tentang apa yang di
alami oleh objek peneliti misalnya, upaya peningkatan potensi ESQ.
|
Keadaan masyarakat yang menganut TQN
adalah masyarakat seluruh wilayah Sukorame dan luar Sukorame, yang
terdiri dari pemuda, remaja dan orang dewasa. Akan tetapi kebanyakan berasal
dari jamaah yang berusia 40 tahun.
Hasil pengajaran amalan TQN ini
yaitu kesempurnaan suluk (merambah jalan kesufian untuk mendekatkan diri
kepada allah SWT) dengan berada pada tiga dimensi islam, iman dan ihsan.
Hasil TQN di pondok Thariqah
al-muhajirin berjalan dengan baik dengan hasil yang di peroleh pengajian
kitab kuning, tarti Al-Qur’an isthiqosah dan zikrul Ghofilin yang dilakukan
secara istiqomah.
|
|
2
|
Tazkiyatun Nafizah, 2015. TQN
Pesantren Suryalaya Terhadap Praktek Keagamaan di Desa Tanjungkerta Kecamatan
Pagerageung Tasikmalaya
|
Jenis penelitian ini berupa
penelitian pendekan historis, dengan mengunakan pendekatan kualitatif,
penelitian ini fokus pada fakta-fakta deskripsi tentang keberadaan TQN di
Pondok Pesantren Suryalaya .
Penelitian historis ini di maksud
untuk memecahkan atau mencari permaalah yang ada di msayarakat sosial tentang
perbedaan-perbedaan praktek agama.
|
Pengunaan metode observasi dan
wawancara untuk memperoleh hasil pengaruh TQN yang sangat mempengaruhi
terhadap masayarakat sekitar. Hal ini di buktikan dengan adanya ritual
ubudiyah yang dilakukan.
Pengaruh Thariqah dengan
mengunakan metode observasi sangat baik. Hal ini di buktikan dengan
aktifitas-aktifitas yang dilakukan masyarakat di muollah dan masjid.
|
|
3
|
Rohmi Hidayati, 2007. Struktur
Kepribadian dalam Perspektif Psikonalisa (studi kasus pada lesbian)
|
Jenis penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif, karena jenis penelitian
ini mampu menawarkan cara dan prosedur baru untuk memberbaiki karakteristik
atau atribut dari individu aksi dan interaksi prilaku atau pristiwa insiden
yang berfungsi sebagai evaluasi hasil
|
Penerapan
medote wawancara maka hasilnya di peroleh dalam peniliti ini ialah bawha
semasa kecilnya anaknya dibiarkan dikarenakan kesibukan orang tuanya sehingga
mengalami kelainan dari masa kecilnya hingga dewasa.
Berdasarkan hasil tes normatis seorang anak
kebingunggan dengan identitasnya dengan menghindari lesbian kedua luar dengan
cara bersembunyi dari perasaan lesbian.
|
|
4
|
Gufron Ahmadi, 2009, sumber ajaran
TN Kadirun Yahya (studi kasus di surau Saiful Amin Yogyakarta)
|
Jenis penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah lapanggan yang bersifat kualitatif yaitu
mengungkapka gejala secara historis melalui kegiatan pengumpulan data yang
yang di lami.
Sedangkan data yang di peroleh, di
gali memalui teknik observasi, wawancara, dan dukumentasi.
Selanjutnya dianalisis dengan
analisis diskriptif kualitatif dengan cara menyusun data dan mengelompokkan
data yang ada, sehingga memberi gambaran nyata pada pembaca
|
TN pimpinan Kadirun Yahya mempunya
pengaruh positif terhadap para pengikutnya, baik dalam keberagaman,
kemasyaraktan, moralitas, ekonomi, dan lain-lain. Hal ini bisa di lihat dari
pernyataan-peryataan dan meningkatnya sumberdaya manusia para pengikutnya.
Ajaran-ajaran yang dipraktekkan TN
yang di pimpin Kadirun Yahya sama halnya dengan ajaran-ajaran oleh gurh
mursyid lainnya, yakni mempraktekkan asas-asas yang di sebutkkan baha’uddin Naqsyabandiyah.
|
|
5
|
Faisal Bahar Sisanto, 2006, TQN
tinjaun historis dan edukatif TQW
|
Jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah lapangan yang bersifat kualitatif yaitu data yang
dikumpulkan dalam bentuk data variabel bukan dalam bentuk angka. Penelitian
kualitatif ini mengunakan metode pengumpulan data melalui observasi dan
wawancara perosedur yang di gunakan untuk mendapatkan insiden hasil yang
diiginkan
|
Penerapan
medote wawancara dan observasi maka hasilnya di peroleh dalam peniliti ini
ialah sistem pendidikan dan pendidikn TQN
terhadap pendidikan dalam msyarakat sangat berpegaruh pesat
Berdasarkan hasil historis dan edukatif yang
di hasilkan
|
Berdasarkan
kajian terdahulu di atas, peneliti
mengkaji dan meneliti judul yang hampir sama tetapi berbeda tempat lokasi
penelitian. Dalam penelitian yang dilakukan, penulis sebagai peneneliti baru
karena peneliti hanya mengambil konsep penelitian secara tidak langsung. Dalam
hal ini, kesamaan yang dijadikan acuan peneliti berdasarkan penelitian
terdahulu pada indikator kepribadian masyarakat muslim dan TN. Dalam penelitian
ini, peneliti mengkaji lebih spisifik pada indikator pendidikan keprinbadian.
B.
Tinjauan Tentang Pendidikan
1.
Pengertian Pendidikan
Menurut
Suyanto (2010: 38). Pendidikan adalah merupakan suatu proses sistematis untuk meningkatkan
martabat manusia secara historis, yang
memungkinkan dapat berkembang secara optimal. Dengan demikian, pendidikan
seyogyanya menjadi wahana strategi bagi upaya penegembangan segenap potensi
individu, sehinga citai-cita membangun manusia seutuhnya bisa tercapai.
UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Sedangkan menurut Ki Hadjar Dewantara, pengertian pendidikan yaitu tuntutan dalam
hidup tumbuhnya anak-anak yang bermaksud menuntun segala kekuatan kodrati pada
anak-anak itu supaya mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat mampu
menggapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. (http://9wiki.net/pengertian-pendidikan/)
Untuk
tercapainya keinginah yang diatas maka kita harus mengetahuai macam-macam
pendidikan sebagaimana yang akan diuraikan dibawah ini:
2.
Macam-macam Pendidikan
Pendidikan dapat di bedakan menjadi dua bagian. Pendidikan
formal dan pendidikan non formal sebagai mana yang di uraikan di bawah ini: (http://www.contohmakalah28.com)
a.
Pendidikan Formal
Pendidikan jalur formal adalah kegiatan sistematis, berstruktur, bertingkat
dimulai dari sekolah dasar sampai keperguruan tinggi dan yang setaraf
dengannya; termasuk didalamnya adalah kegiatan studi yang berorientasi akademis
dan umum, program spesialisasi, dan latihan professional yang dilaksanakan
dalam waktu yang terus menerus. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang
terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan
menengah dan pendidikan tinggi. Sedangkan pengertian pendidikan informal adalah
jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Pendidikan di selenggarakan dengan
memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta
didik dalam proses pembelajaran (Undang-undang No 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat ( 11
) dan Ayat ( 13 ).Yang mana pendidikan formal meliputi SD, MTS, SMA Perguruan
tinggi dan universitas yang sudah terstrukter lembaga pendidikannya.
b.
Pendidikan Non Formal
Pendidikan jalur non formal adalah pendidikan luar sekolah (pendidikan
nonformal) ingin melayani, dicintai, dan dicari masyarakat, maka mereka harus
berani meniru yang baik dari apa yang tumbuh dimasyarakat dan kemudian
diperkaya dengan sentuhan-sentuhan yang sistematis dengan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang sesusai dengan lingkungan masyarakatnya. Pendidikan luar sekolah
adalah, “suatu kegiatan yang dilakukan di luar sekolah, yang diselenggarakan
oleh suatu kemasyarakatan’’.
Menurut Undang Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional
yang di maksud dengan pengertian non formal adalah jalur pendidikan di luar
pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.
Lembaga pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok
belajar, pusat pembelajaran masyarakat dan majlis ta’lim.
c.
Pendidikan Informal
Pendidikan
informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan yang berbentuk
kegiatan belajar secara mandiri. Hasil pendidikan informal diakui sama dengan
pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan
standar nasional pendidikan (https://sitiativa.wordpress.com).
Adapun berbagai macam pendidikan diatas hanya sebagai
penegas saja dalam penelitian ini. Bahwasannya yang ada pada pendidikan dalam
penelitian ini adalah pendidikan non formal yang mana bentuk pengjarannya dalam
bentuk kelompok masyarakay untuk membentuk kepribadian yang lebih baik dalam
menjalani hidupnya.
3. Strategi
Pendidikan
Menurut (Syaefudin 2011:111
) Strategi Pendidikan dapat didefinisikan sebagai perubahan sosial atau
pengajaran kembali ( re-education ), pendidikan di pakai untuk mencapai
perubahan sosial. Dengan demikian jika pendidikan menggunakan strategi pendidikan itu sama saja mengadakan
suatu perubahan sosial dengan cara menyampaikan fakta, dengan begitu orang yang
menggunakan fakta atau informasi itu dapat menentukan dan mengambil tindakan
yang akan dilakukanya. Setiap manusia memiliki dasar pemikiran yang
berbeda-beda untuk dapat membedakan
fakta serta memilih untuk mengatur sikap atau tingkah lakunya apabila fakta itu
ditujukan kepadanya.
Penggunaan strategi pendidikan dalam suatu pendidikan sangat perlu
karena untuk mempermudah proses pendidikan sehingga dapat mencapai hasil yang
optimal. Tanpa strategi yang jelas, proses pendidikan tidak akan terarah
sehingga tujuan pendidikan yang telah
efektif dan efisien semuanya sia-sia.
a.
Strategi
pendidikan akan dapat digunakan secara tepat dalam kondisi dan situasi sebagai
berikut:
1.1.Apabila perubahan sosial yang diinginkan, tidak terjadi dalam waktu
yang singkat.
1.2.Apabila sasaran perubahan ( klien ) belum memiliki keterampilan
atau pengetahuan tertentu yang dibutuhkan untuk melaksanakan program perubahan.
1.3.Apabila menurut perkiraan akan terjadi penolakan yang kuat oleh
klien terhadap perubahan yang diharapkan.
b.
Strategi
pendidikan untuk melaksanakan program perubahan akan efektif jika:
1.1.
Digunakan
untuk menanamkan prinsip-prinsip yang perlu dikuasai untuk digunakan sebagai
dasar tindakan selanjutnya sesuai dengan tujuan perubahan sosial yang dicapai.
1.2.
Disertai
dengan keterlibatan berbagai pihak misalnya dengan adanya :sumbangan dana,
donator, serta berbagai penunjang yang lain.
4.
Tujuan dan Proses Pendidikan
a.
Tujuan
Pendidikan
Tirtaraharja
Umar (2010:37-40). Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang
baik, luhur, pantas, benar dan indah untuk kehidupan kerana itu tujuan
pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memebrikan arahan pada segenap kegiatan
pendidikan dan merupakan suatu yang ingin di capai oleh segenap kegiatan
pendidikan.
b. Proses Pendidikan
Proses pendidikan merupakan kegiatan mobilitas segenap komponen
pendidikan. Pendidikan terarah kepada pencapaian tujuan pendidikan. Bagaimana
proses pendidikan dilaksanakan itu sangat menentukan kualitas pencapaian hasil
tujuan pendidikan.
Dari uraian di atas dapat kami simpulkan bahwa antara tujuan dan
proses pendidikan adalah sutau strategi pengelolahan pendidikan suapaya dalam
suatu tujuan pendidikan bisa tercapai dan berjalan dengan lancar sesuai dengan
tujuan yang diinginkan. Apa bila pendidikan tidak mempunyai tujuan dan proses
maka tujuan pendidikan tidak akan berhasil dan berjalan murni dalam keinginan
yang diinginkan.
C. Tijauan Tentang Kepribadian
1.
Pengertian Kepribadian
وَ يُبَيِّنُ اِبْنُ
الْقَيِّمِ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ مَدَارِجُ السَّالِكِيْنَ أَنَّ اللهَ
عَزَّ وَجَلَّ قَدِ اخْتَصَّ الشَّخْصِيَّةَ اَلْاِنْسَانِيَّهَ بِمُمَيِّزَاتٍ عَدِيْدَةٍ,
حِيْنَ جَعَلَهَا أَكْرَمُ الْخَلْقِ فَخَلَقَ لَهَا كُلُّ شَيْئٍ لِتَنْتَفِعَ بِهِ
وَسَخَّرَ لَهَا مَا فِي السَّمَوَاتِ وَالْاَرْضِ لِخِدْمَتِهَا حَتَّى الْمَلَائِكَةُ
جَعَلَهَا حَافِظَةُ لَهَا فِي مَنَامِهَا وَ يَقْظَتُهَا كَمَا أَرْسَلَ اِلَيْهَا
الْأَنْبِيَاءُ وَالرُّسُلُ عَلَيْهِمْ السَّلَامُ لِتَتَعَرِّفَ عَلَيْهِ عَزَّ وَجَلَّ
وَتُؤْمِنُوْ بِهِ وَتَعْبُدَهُ عَلَى حَقِيْقَةٍ وَمَعْرِفَةٍ وَعِلْمٍ.
فَاللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى
اِتَّخَذَ مِنْهَا: الْخَلِيْلُ وَالْكَلِيْمُ وَالْأَوْلِيَاءُ وَالْحِوَاصُ وَالْأَحْبَارُ
وَهِيَ لَهَا شَأْنٌ لَيْسَ لِغَيْرِهَا مِنْ سَائِرِ الْمَخْلُوْقَاتِ، فَقَدْ خَلَقَهَا
اللهُ تَعَالَى بِيَدِهِ وَنُفِخَ فِيْهَا رُوْحَهُ وَأسْجُدْ لَهَا الْمَلَائِكَةَ
وَعَلَّمَهَا أَسْمَاءَ شَيْءٍ وَ أَظْهَرَ فَضْلَهَا عَلَى الْمَلاَ ئِكَةِ.
Ibnu Qayim Rahimahullah menjelaskan dalam kitabnya “ Madarijus
Salikin “ bahwa Allah SWT memberikan beberapa keistimewaan pada pribadi
manusia, yaitu ketika Allah SWT menjadikannya sebagai makhuk yang paling mulia
maka diciptakan baginya segala-galanya agar bisa dimanfaatkan semuanya,
menundukkan apa yang ada di langit dan di bumi untuk di manfaatkannya sampai malaikat
menjaganya ketika tidur dan bangunnya.
Begitu juga Allah SWT mengutus kepada
mereka para Nabi dan Rasul agar tahu akan Tuhannya, supaya mengimaninya dan
menyembahnya dengan cara benar, yakin dan beradasarkan ilmu. Allah SWT
menjadikan sebagian dari mereka kekasihnya, juru bicaranya, wali-walinya,
orang-orang istimewanya dan para pendeta ( ahli ibadah ) yang hal ini semua
tidak diberikan kepada makhluk selain manusia.
Sungguh Allah SWT dengan kekuasannya telah menciptakan manusia dan
meniupkannya ruh lalu menyuruh para malaikat untuk sujud kepadanya kemudian
mengajarkan nama-nama sesuatu dan setelah itu melebihkan keutamannya diatas
malaikat. (Ibnu Tiamiyah, 1792. 210)
Menurut Alwisol (2014:2-6). Kepribadaian
adalah bagian dari jiwa yang membangun keberadaan manusia menjadi satu
kesatuan, tidak terpecah-pecah dalam fungsi-fungsi. Memahami kepribadian
berarti memahami aku, diri, self, atau memahami manusia seutuhnya. Hal
terpenting yang harus di ketahui berkaitan dengan pemahaman kepribadian adalah
bahwa pemahaman itu sangat di pengaruhi oleh paradikma yang di pakai sebagai
acuan untuk mengembangkan teori itu sendiri. Para ahli kepribadian menyakini
bahwa kepribadian yang berbeda-beda, yang mempengaruhi secara sitimatis seluruh
pole pemikirannya tentang kepribadian manusia. Paradigma sebagaian ahli
mengemukakan secara tegas, pada sebgaian yang lain para digmanya tersamar dan
di kenali melalui model analisisnya. Para digma yang berbeda yang dipergunakan
oleh akhli-akhli kepribadian untuk mengembangkan teorinya akan menghasilkan
teori yang berbeda, tidak saling berhubungan, bahkan saling berlawanan, teori
kepribadian di kelompokkan menjadi 4 paradigma di antaranya:
a.
Paradigma psikonalisis: tradisi klinik psikiatri. Tradisi
klinik berangkat dari dua asumsi dasar; pertama manusia adalah bagian dari
dunia binatang, dan manusia adalah bagian dari sistem enerji. Asumsi yang kedua
bisa di pandang sebagai kelanjutan dari asumsi pertama sebagai binatang manusia
adalah oerganisme hidup yang membutuhkan enerji dan hidup berarti mampu
mengelolah enerji yang di miliki.
b.
Paradigma traits: tradisi psikologi fungsionalisme dan
psikologi pengukuran. Tradisi fungsionalisme menguraikan tentang habitat,
ingatan, berfikir, mutifasi dan fungsi jiwa lainnya. Dengan mengunakan
pendekatan pragmatisme untuk menghubungkan fungsi-fungsi jiwa itu dengan
kehidupan sehari-hari. Manusia adalah kumpulan kopetensi-kopetensi, dan
kepribadian adalah aktualisasi dari potensi-potensi itu bagaimana potensi
digunakan dalam kehidupan.
c.
Paradigma kognitif: tradisi gestalt. Gestalt adalah
kesatuan, keseluruhan, pola, konfigrasi. Pengalaman yang di alami manusia
selalu membentuk kesatuan, yang memiliki pola dan konfigurasi tertentu. Paradigma kognitif memakai kontekstualisme
sebagai akar metafora. Konsep dasarnya adalah fikiran dan keyakinan seseorang
menjadi kunci sebagai memahami tingkah laku. Ingatan, fikiran dan kenyataan ini
mempunyai referensi khuus terhadap dunia. Persepsi adalah hasil-hasil kerja
bareng antara dunia (stimulus) dengan pamerhati (kecendrungan diri untuk
memperoleh hal yang bagus).
d.
Paradigma behaviorisme: tradisi kondisioning. Kondisionining menyakini asumsi dasar bahwa
manusia adalah mesin. Tingkah laku manusia itu fungsi stimulus, artinya
determinan tingkah laku tidak berada dalam diri manusia tetapi berada dalam
lingkungan. Behaviorisme lebih dekat dengan pembelajaran. Pakar bahaviorissme
berusaha menjelaskan bahwa manusia berinteraksi dengan lingkungan, dan
bagaimana tingkah laku dapat berubah sebagai dampak dari interaki itu.
Dari
berbagai keterangan kepribadian di atas maka dapat di simpulkan bahwa
kepribadian menurut ibnu taymiyah bahwa manusia di beri beberapa keistimewahan
dalam kepribadiannya manusia karena manusia telah di karunia beberapa
keistimewahan oleh allah sehingga manusia mempunya kepribadian yang baik untuk
di manfaatkan di dunia, saking istimewahnya manusia sehingga tidurnya di jaga
oleh para malaikat. Sedangkan kepribadian menurut alwisol kepribadiam merupaka
satu kesatuan yang memahami diri sendiri atau memahami menusia seutuhnya. Jadi
pada intinya dua keterangan ini sama bahwa kepribadian manusia harus di
pergunakan dengan sebaik-baiknya di dunia supaya manusia bisa menjalankan
kepribadian hidupnya yang baik di dunia sesuai dengan keistimewaan yang Allah
berikan.
2.
Pola Kepribadian
Menurut
Elizabeth B. Hurlock (1986) yang di kutib oleh Yusuf (2013:7-10). Mengungkapkan
bahwa pola kepribadian merupakan suatu penyatuan struktur yang multidimensi
yang terdiri atas self-concept sebagai inti atau pusat gravitasi
kepribadian dan Traint sebagai stuktur yang mengidentitaskan
kecendrungan pola-pola respon. Di anatara pola-pola tersebut sebagai berikut:
a. Self Concept dapat diartikan sebagai
: (a) persepsi, keyakinan, perasaan, atau sikap seseorang tentang dirinya; (b)
kualitas pensifatan individu tentang dirinya; (c) suatu sistem pemaknaan suatu
invidu dan pandangan orang lain tentang dirinya.
b. Traits ini berfungsi untuk
mengintegrasikan kebiasaan, sikap, dan keterampilan kepada pola-pola berfikir,
meras, dan bertindak. Sementara konsep diri berfungsi untuk mengintegrasikan
kapasitas-kapasitas psikologis dan parkarsa-prakarsa kegiatan. Selain hal
tersebut traits juga dapat di artikan aspek atau dimensi kepribadian yang
terkai dengan karakteristik respon atai riaksi seseorang yang relatif konsisten
(ajeg) dalam rangka menyesuaikan dirinya secara has.
Difinisi
di atas dapat disimpulkan mengambarkan bahwa trait dan Self Concept merupakan
kecendrungan yang di pelajari untuk (a) mengevaluasi situasi dan (b) meriaksi
situasi dengan cara-cara tertentu.
3.
Perubahan Kepribadian
Menurut
Yusuf (2013:11). Kepribadian seseorang itu relatif konstan, namun kenyataan
sering ditemukan adanya perubahan kepribadian perubahan itu terjadi di
pengaruhi oleh faktor lingkungan fisik dan lingkngan.
Faktor-faktor
yang menyebabkan terjadinya perubahan kepribadian di antaraya sebagai berikut.
a. Faktor fisik, seperti: ganguan otak,
kurang gizi (malnutrisi), mengkonsumsi obat-obat terlarang (NAPZA) atau
NARKOBA, minuman keras, dan ganguan organik (sakit atau kecelakaan).
b. Faktor lingkungan sosial budaya:
kerisis politik, ekonomi, dan keamanan yang menyebabkan terjadinya maslah
pribadi (setres, depresi) dan masalah sosial (penganguran, premanisme, dan
kriminalitas).
c. Faktor diri sendiri, seperti :
tekanan emosional (prustasi yang berkepanjangan), dan identifikasi atau imitasi
terhadap orang lain yang berkepribadian menyimpang.
Dari
uarayan di atas dapat disimpulkan teejadinya perubahan kepribadian manusia
itu bisa dari faktor fisik. Faktor
lingkungan dan faktor diri sendiri. Jadi jangan heran ketika ada perubahan
keprinadian manusia itu tidak akan jauh di pengaruhi oeleh tiga faktor tesebut.
4.
Karakteristik Kepribadian
Menurut Hurlock (1986) yang di kutip
oleh Nurihsan (2013:12-15). Mengungkapkan bahwa karakteristik penyesuayan yang
sehat atau kepribadian yang sehat dalam (healthi personality) di tandai dengan.
a. Mampu menilai diri secara realistik.
Individu yang kepribadiannya sehat maupun menilai diri apa adanya, baik
kelebihan maupun kelemahannya, menyangkut fisik (postur tubuh, wajah, keutuhan,
dan kesehatan) dan kemampuan (kecerdasan dan keterampilan).
b. Mampu menilai situasi secara
rialistis. Individu dapat menghadi situasi atau kondisi kehidupan yang di
alaminya secara realistik dan mau menerimanya secara wajar.
c. Mampu menilai prestasi yang di
peroleh secara realistik. Individu dapat menilai prestasinya (keberhasilan yang
di perolehnya) secara realistik dan mereaksi secara rasional. Di tidak menjadi
sombong, angkuh atau mengalami “superiolity complex” , apabila
memperoleh prestasi yang tinggi, atau kesuskesan dalam kehidupanya.
d. Menerima tangung jawab. Individu
yang sehat adalah individu yang bertangung jawab. Dia mempunyai keyakinan
terhadap kemampuanya untuk mengatasi maslah-maslah kehidupan yang dihadapinya.
e. Kemandirian (autonomy). Individu
memiliki sifat mandiri dalam cara berfikir dan bertindak, mampu mengambil
keputusan, mengarahkan dan mngembangkan diri serta menyesuaikan diri dengan
norma yang berlaku di lingkunggannya.
f. Dapat mengoontor emosi. Individu
merasa nyaman dengan emosinya. Dia dapat menhadapi situasi prustasi, depresi
atau setres secara positif atau konstrukti, tidak destrukti (merusak).
g. Berorientasi tujuan. Setia orang
mempunyai tujuan yang ingin di capainya namun, dalam merumuskan tujuan itu ada
yang realistik dan ada yang tidak realistik. Individu yang sehat kepribadiannya
dapat merumuskan tujuannya berdasarkan pertimbangan secara matang (rasional),
tidak atas dasar paksaan dari luar.
h. Berorientasi keluar. Individu yang
sehat memiliki orientasi keluar (ekstrovert). Dia bersifat respek
(hormat), empati terhadap orang lain mempunya kepedulian terhadap situasi, atau
maslah-masalah lingkunganya dan bersifat pleksibel dalam berfikir. Menurut
Barret Leonart dalam (Nurisha, 2013:13). Mengemukakan sifat-sifat individu yang
berorientasi keluar, yaitu: (a) menghargai dan menilai orang lain seperti dirinya
sendiri; (b) merasa nyaman dan terbuka terhadap orang lain ; (c) tidak
membiarkan dirinya dimaafkan untuk menjadi korban orang lain dan tidak
mengorbankan orang lain karena kekecewaan dirinya.
i. Penerimaan sosial. Individu di nilai
positif oleh orang lain mau berpartisifasi aktif dalam kehidupan sosial, dan
memiliki sikap bersahabat dalam berhubungan dengan orang lain.
j. Memiliki filsafat hidup. Dia
mengarahkan hidunya berdasarkan filsafat hidup yang berakan dari keyakinan
agama yang dianutnya.
k. Berbahagian. Individu yang sehat,
situassi kehidupanya di warnai kebahagian. Kebahagian ini di dukung oleh
faktor-faktor achievpement (pencapayan prestasi), acceptance (penerimaan
dari orang lain), dan affection (prasaan di cintai dan di sayang orang
lain).
5.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Kepribadian
Menurut
Stefflre dan Matheny yang dikutip oleh Yusuf (2013:16). Ada beberapa faktor
yang mempengaruhi kepribadian, yaitu sebagai berikut.
a. Personal, teori merupakan refleksi
dari kepribadian pembangunanya (personality of its builder).
b. Sosiologis, corak kehidupan sosial
budaya tempat pembangunan itu hidup.
c. Filsafat, cara pandang yang di anut
oleh pembangun teori tentan suatu fenomina kehidupan.
d. Agama, keyakinan yang di anut oleh
perkembangan teori.
6.
Strategi Kepribadian
Menurut
Freud (1923) yang dikutip oleh Arif (2011:17-20). Bahwa kepribadian memiliki
tiga asas kepribadian di antaranya Id, Ego, dan Superego.
a. Id adalah komponen kepribadian yang
paling primitif . pada mulanya yang ada hanya Id. Struktur kepribadian lain
berasal dari Id yang terdiferensiasi setelah mengalami interaksi dengan
realiatas. Id sendiri terletak ketidak sadaran, sehingga tidak bersentuhan
langsung dengan realitas. Oleh karena itu, Id bekerja dengan pleasure
principle.
Telah di sebutkan di atas, bhawa ide adalah bagian dari
kepribadian yang mengubah isting-isting biologis menjadi phantasy, yaitu
reprentasi mental dari insting. Dari hasil kerja Id lah, munjul hasrat dan
doronggan (drive) dasar yang kemudian mengerakkan tingkah laku. Dua doronggan
dasar yang utama adalah doronggan sek sual dan doronggan agresi.
b. Ego adalah setruktur kepribadian
yang bersentuhan langsung dengan kepribadian. Fungsi ego yang utama adalah
mengatur dialog/interaksi/transaksi antara dunia internal individu dengan
realitas extrenal. Dia menjembatani sedemikian rupa agar interaksi antara
rialitas internal dan external berlangsung dengan mulus.
c. Superego adalah struktur kepribadian
(bagian dari dunia internal kita) yang mewakili nilai-nilai external. Funsi
superego adalah untuk mendorong individu untuk memenuhi nilai-nilai yang
berlaku di realitas external tersebut, sehingga menghindari komplik antara
individu dengan realitas external. Bial tidak ada perwakilan nilai-nilai
external dalam diri kita, maka ketaatan kita pada nilai tersebut sangat
tergantung pada kehadiran pengawas externak yang mengamati tingkah laku kita dan
siap menghukum bila mana kita melanggar.
Tabel 2.2
Perbandingan
Kerangka teori yang meliputi tiga asas kepribadian
Sigmund
freud (1932) yang di kutip oleh (alwisol, 2014:17)
|
ID
|
EGO
|
SUPEREGO
|
|
Original istem, asal muasal dari
sistem yang lain. Berisis insting dan penyediaan enerji psikis untuk dapat
bereperasinya sistem yang lain. Hanya mengetahui dunia dalam tidak
berhubunggan dengan dunia luar, tidak memiliki pengetahuaan mengenai realitas
objektif.
|
Berkembang dari Id untuk menangani
dunia external. Memperoleh enerji dari Id. Memiliki pengetahuan baik dari
dunia dalam maupun dunia realitas objektif.
|
Berkembang dari ego untuk berperan
sebagai tangan-tangan moral kepribadian. Merupaka wujud internalisasi
nilai-nilai orang tua. Di kelompokkan menjadi dua; conscience (yang
menghukum tingkah laku yang salah) dan ego ideal (yang mneghadia tingkah laku
yang benar). Seperti Id, speregi tidak berhubungan dengan dunia luar, tidak
memiliki pengetahuan mengai realitas objektif
|
|
Mengikuti perinsip kenikmatan (plaisure
principle) dan bekerja dengan bentuk proses primer. Tujuanya tunggal
yakni mengenali kenikmatan dan rasa sakit sehingga dapat memperoleh
kenikmatan dan menghindari rasa sakit.
|
Mengikuti prinsip realitas (realitas
principle) dan bekerja dengan bentuk skunder. Tujuannya untuk membedakan
antara fantasi dan realitas sehingga dapat memuaskan kebutuhan organisme.
Harus dapat menggabungkan (coorbinate) kebutuhan Id. Tujuan umum
adalah mempertahankan hidup dan kehidupan jenisnya (produksi).
|
Mengikuti prinsip conscience dan
ego ideal. Tujuannya membedakan
yang slah dan benar dan menuntut bahwa diri telah mematuhi ancaman moral. Dan
memuaskan kebutuhan kesempurnaa.
|
|
Mencari kepuasan insting segera.
|
Menunda kepuasan insting sehingga
kepuasan itu dapat di capai tampa mengalami konflik dengan superego dan dunia
external.
|
Menghambat kepuasan insting
|
|
Tidak rasional
|
Rasional
|
Tidak rasional
|
|
Beroperasi di daerah unconscious
|
Beroperasi di daerah consciouns,
preconscious dan unconscious
|
Beroperasi di daerah consciouns,
preconscious dan unconscious
|
Dari urayan di atas dapat
disimpulkan bahwa struktur kepribadian manusia
di bagia darai tiga asas yaitu ID, Ego, dan Superego dan ini lah yang
dijadikan bahan acua sebagai teori dalam penelitian ini karena hal ini sangat
relefan untuk dijadikan suatu teori
dalam penelitian ini menurut peneliti.
7.
Perkembangan Kepribadian
Menurut Murphy yang dikutib oleh
Suryabrata (2013:252-354) bahwa perkembangan kepribadian adalah:
Secara garis besar. Ada tiga fase
perkembangan, yaitu yang pertama fase
keseluruhan tanpa diferensiasi, individu berbuat terlebih-lebih sebagai
keseluruhan terhadap kseluruhan situasi. Kedua fase diferensiasi,
fungsi-fungsi khusus mengalami deferensiasi dan muncul keseluruhan. Ketiga fase
integrasi, fungsi-fungsi yang sudah mengalami deferensiasi itu diintegrasikan
dalam suatu unitas yang berkoordinasi dan terorganisasi.
Perlu di catat, bahwa ketiga fase
ini bukanlah fase yang satu sama lain dapat di batasi dengan tajam. Kecuali
ketiga fase ini mempunya Ieverlapping satu sama lain.
D. Tinjauan Tentang Thariqah Naqsyabandiyah (TN)
1.
Pengertian Thariqah Naqsyabandiyah (TN)
Menurut Mulyati (2006:91-92) TN adalah
sebuah Thariqah yang mempunya dampak dan pengaruh yang sangat besar
kepada masyarakat muslim di berbagai wilayah yang berbeda-beda. Thariqah
ini pertama kali berdiri di asia tengah kemudia meluas keturki, suriayah, afganistan,
dan india. Di asia tengah bukan hanya di kota-kota penting, melaikan di
kapung-kampung kecil pun Thariqah ini mempunya zawiyah (padepokan sufi)
dan rumah peristirahatan naqsabandi sebagai tempat berlangsungnya aktifitas
keagamaan yang bersemarak.
Ciri yang menonjol TN adalah pertma, di
ikutinya syariat secara kuat, keseriusan dalam beribadah yang menyebabkan
penolakan terhadap musik dan tari, dan lebih suka berzikir dalam hati kedua,
upaya yang serius dalam memengaruhi kehidupan dan pemikiran golonggan
penguasa serta mendekatkan diri pada agama. Berbeda dengan Thariqah
lainnya, TN kebijaksanaan disolasi diri dalam menghadapi pemerintihan
yang sedang berkuasa pada saat itu. Sebaliknya ia melancarkan konfrontasi
dengan berbagai kekuatan politik agar dapat merubah pandangan mereka selain itu
Thariqah ini pun membebankan tangung jawab yang ssma pada para penguasa
dan menganggap bahwa upaya meperbaiki penguasa adalah sebagai para syara’ untuk
memperbaiki masyarakat.
Sholihin (2014:203) Asal kata Thariqah
dalam bahas Arab ialah Thariqah yang berarti jalan, keadaan, aliran,
atau garis pada sesuatu. Thariqah adalah jalan yang di tempuh para sufi
dan dapat digambarkan sebagai jalan yang berpangkal dari syariat, sebab jalan
utama di sebut sayara’, sedangkan anak jalan di sebut thariq. Kata turunan ini
menunjukkan bahwa menurut anggapan para sufi, pendidikan mistik merupakan
cabang dari jalan utama yang terdiri dari hukum ilahi, tempat berbijk bagi
setiap muslim. Takmungkin ada anak jalan tampa ada jalan utama tempat
berpangkal. Pengalaman mistik tak mungkin di dapat bila perintah syariat yang
mengikat itu tidak di taati terlebih dahulu dengan seksama.
Dalam Thariqah ada yang di
namakan guru mursit dan bai’at maka dari itu Syakur (2014:48-53) Mursyid ialah Guru
spiritual yang benar-benar memiliki otoritas, artinya secara spirital telah
mendapatkan mandat dari mursyidanya untuk menjadi Guru dan teruji secara
praktis dalam kehidupan sehari-hari, di samping secara sya’i telah
menguasai ilmu-ilmu syari’at islam secara baik. Syarat-syarat tersebut menjadi
ukuran baku bagi pembimbing Thariqah agar tidak tergelincir kepada
praktek-praktek yang tidak di benarkan menurut agama. Sedangkan yang di maksud
dengan bai’at ialah janji setia yang biasanya di ucapakan oleh seorang
murid di depan mursyid atau Guru untuk menjalankan segala persyaratan yang
ditetapka oleh seorang mursyid dan tidak akan melangarnya sesuai dengan syariat
islam. Bai’at ini dijadikan acar ritual resmi setelah seseorang menjadi
anggota Thariqah. Yang selanjutnya dijadikan janji setia kepda mursyid
dan ajaran-ajaranya. Tanpa menegasinya makna bai’at yang pernah terjadi pada
Rosulullah SWT, tampaknya pada masa timbulnya Thariqah, bai’at tidak
hanya sebagai perwujudan persetiaan dan loyalitas kepada ajaran islam. Justru
bergerak kearah kesetiaan terhadap Thariqah tertentu dalam rangka dalam
pembentukan dan pembinaan.
2.
Sejarah Thariqah Naqsyabandiyah (TN)
Mulyati (2006:89-90) Pendiri TN adalah
seorang pemuka tasawuf terkenal yakni, Muhammad bin Muhammad Baha’ al-Din
al-Uwaisi al-Bukhari Naqsyabndiyah (717h/1318M-791H/1389M), di lahirkan
di sebuah desa Qashurul Arifah, kurang lebih empat mil dari Bukhara tempat
lahir imam Bukhori dia berasal dari lingkunggan yang baik. Iya mendandapat
gelar syeh yang menunjukkan posisinya yang penting sebagai seorang pemimpin
sepritual. Setelah lahir segera di bawah oleh ayahnya kepada Babah al Samasi yang
menerimanya dengan gembira ia belajar tasyawuf sama Baba samasi ketika berusia
18 tahun kemudia ia belajr ilmu Thariqah pada seorang Quthb di Nasaf
yaitu Amif Sayif Kulal Al Bukhori (w. 772/1371). Kulal adalah seorang Kholifah
Muhammad Baba al Samasi. Dari Kulal inilah ia pertama belajat Thariqah
yang didirikannya selain itu Naqsyabandi pernah juga belajar pada seorang arif
bernama al-Dikkirani selama sekitar 1 tahun ia pun pernah belajr untuk ahli
penguas samarkand kira-kira selama 12 tahun. Ketika sang penguasa digulingkan
pada tahun 748 atau 1747 M, dia pergi ke Ziwartun. Di sana ia mengembala
binatang ternak selama 7 tahun, dan 7 tahun berikut TN dalam pekerjaan
perbaikan jalan. Hal ini dilakukan sebgai bagian pendidikan dan pembinaan
mistiknya untuk memperdalam sumber rasa kasih sayang dan cinta sesama manusia
serta membangkitkan perasaan pengabdian dalam memasuki lingkungan mistik.
Secara umum menurut Solihin (2014:206-207) peralihan tasawuf yang bersifat personal
kepada Thariqah yang bersifat lembaga tidak terlepas dari perkembangan
yang dan peluasan taswuf itu sendiri. Semakin luas pengaruh tasawuf, semakin
banyak pula orang yang berhasrat mempelajarinya. Untuk itu, mereka menemui
orang yang memiliki pengetahui dan pengalaman yang luas dalam pengalaman
tasawuf yang dpat menuntun mereka. Sebab, belajar dari seorang Guru dengan
metode mngajar yang di susun berdasarkan pengalaman dan suatu ilmu yang
bersifat praktikal merupakan suatu keharusan bagi mereka. Seorang Guru tasawuf
biasanya memang meformolasikan suatu sistem pengajaran taswuf berdasrkan
pengalamnya sendiri. Sistem pengajaran itulah yang kemudian menjadi ciri has
bagi suatu Thariqah yang mebedakannya dari Thariqah yang lain.
Di tinjau dari segi historisnya, kapan dan Thariqah
mana yang mula-mula timbul sebagai suatu lembaga, sulit di ketahui secara
pasti. Namu, Dr. Kamil Mustofa Asy-Syibi dalam tesisnya tentang gerakan taswuf
dan gerakan syi’ah mengungkapka, tokoh peretama kali yang mengenalkan sitem Thariqah
itu Syakh Abdulqodir al-Jailani (w. 561H/1166M ) di Baghadat, Sayyid ahmaf
arrifa’i di Mesir dengan Thariqah
Rifa’iyah dan Jalal ad-Din Ar Rumi (w.672H/1273M) di Parsi.
3.
Unsur-Unsur Thariqah
Naqsyabandiyah (TN)
Dalam Thariqah,
Aziz ((http//www.blogspot.co.id) setidaknya ada lima unsur penting yang menjadi dasar terbentuknya sebuah Thariqah.
Kelima hal tersebut adalah:
a. Mursyid
Mursyid adalah
dianggap telah mencapai tahap mukasyafah, telah terbuka tabir
antara dirinya dan Tuhan. Mursyid atau guru atau master atau bertugas
menemani dan membimbing para penempuh jalan spiritual untuk mendekati Allah,
seperti yang terjadi pada diri sang Guru. Guru spiritual itu kadang disebut
dengan istilah Thayr al-Quds (burung suci) atau Khidir. Dalam Thariqah,
bimbingan guru yang telah mengalami perjalanan rohani secara pribadi dan
mengetahui prosedur-prosedur setiap mikraj rohani adalah sangat penting.
b. Baiat
Baiat atau talqin
adalah janji setia seorang murid kepada Gurunya, bahwa ia akan mengikuti apa
pun yang diperintahkan oleh sang Guru, tanpa “reserve”.
c. Silsilah
Silsilah Thariqah
adalah “nisbah”, hubungan Guru terdahulu sambung-menyambung antara
satu sama lain sampai kepada Nabi. Hal ini harus ada sebab bimbingan kerohanian
yang diambil dari Guru-guru itu harus benar-benar berasal dari Nabi. Kalau
tidak demikian halnya berarti Thariqah itu terputus dan palsu, bukan
warisan dari Nabi.
d. Murid
Murid atau kadang
disebut salik adalah orang yang sedang mencari bimbingan
perjalanannya menuju Allah. Dalam pandangan pengikut Thariqah, seorang
yang melakukan perjalanan rohani menuju Tuhan tanpa bimbingan Guru yang
berpengalaman melewati berbagai tahap (maqamat) dan mampu mengatasi
keadaan jiwa (hal) dalam perjalanan spiritualnya, maka orang tersebut
mudah tersesat.
e. Ajaran
Ajaran adalah
praktik-praktik dan ilmu-ilmu tertentu yang diajarkan dalam sebuah Thariqah.
Biasanya, masing-masing Thariqah memiliki kehasan ajaran dan metode
khusus dalam mendekati Tuhan. Guru-guru Thariqah yang sama mengajarkan
metode yang sama kepada murid-muridnya.
Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa lima
komponen ini tidak bisa di pisahkan karena hal tersebuut adalah komponen yang
penting dalam Thariqah. Tampa lima konponen tersebut Thariqah
belum bisa dikatakan sempurna.
4.
Istilah-Istilah Thariqah Naqsyabandiyah (TN)
Menurut
Mustofa (2014:285-288) ada beberapa istilah Thariqah di antaranya:
a. Syariat
Kata
syariat berarti perjalanan atau peraturan. Maksudnya para ahli Thariqah
berpendapat berupa amalan-amalan lahir. Semisal sholat, puasa dan lain-lainya.
b. Hakikat
Kata hakikat berarti
puncak atau ke sudahan sesuatu atau asal sesuatu. Arti lain kebalikan dari
sesuatu yang tidak sebenarnya (arti kiyasan). Namun dalam istilah Thariqah
berarti seebagai kebalikan syariat yakni yang menyangkut batin.
c. Ma’rifat
Ma’rifat
berarti mengetahui dan mengalami. Menurut istilah ma’rifat ialah pengetahuan
dengan mengerjakan syariat dan hakikat. Para ahli Thariqah berpendapat
bahwa ma’rifat adalah sifat sumi yang bertingkat-tingkat.
d. Thariqah
Kata
Thariqah berarti jalan. Menurut istilah, Thariqah ialah jalan
atau cara yang di tempuh menuju keridaan Allah.
e. Suluk
Kata
suluk berarti menempuh perjalanan. Kata suluk berasal dari kata salakah. Dalam
itilah taswuf, suluk adalah ikhtiar (usaha) dalam menempuh jalan untuk mencapai
tujuan Thariqah. Orang yang menjalankan Thariqah di sebut salik.
f. Manazil
Manazil
artinya tempat-tempat perhatian yang di lalui salik yang melaksankan suluk
g. Masyahid
Ialah
hal-hal yang terlihat pada perjalanan di tengah sedang menjalankan suluk
h. Maqamat
Ialah
darajat-darajat yang di peroleh dengan usaha sendiri
i.
Kasbiyah
Ialah
yang diperoleh semata-mata dengan anugrah Allah yang di sebut al ahwal atau mauhibiyah.
5.
Pengetahuan dan Ritual Thariah
Naqsyabandiyah (TN)
Menurut
Mulyati (2006:102-105) TN seperti juga Thariqah yang lainnya mempunya
beberapa tatacara pribadatan pengetahuan spiritual dan ritual tersendiri.
Sebagai Thariqah yang terorganisir, Naqsyabandiyah mempunyai
sejarah dalam rintangan masa hampir 6 abad, yang secara geografis penyeberannya
meliputi tiga benua hal ini berimplikasi pada warna dan tatacara TN yang
sanggat berfariasi, menyesuaikan masa, kondisi, dan tempat tumbunya. Adaptasi
ini terjadi karena berapa hal, di antaranya adalah karena keadaan yang memang
berubah, Guru-guru yang berbeda meberi penekanan berbeda dari asas yang sama
atau para pembaharu memperkenalkan suatu yang lain dengan mengahapus pola pikir
tertentu. Walaupun mempunya warna dan tatacara yang berfariasi, namun tarekan
ini mempunya asas atau ajaran yang sama sebagai acua dan peganggan bagi pengikutnya.
Menurut
Syaikh Bah’ al-Din Naqsabandiyah dalam kitab Tanwir al-Qulub yang dikutib oleh Mulyati (2006: 105) bahawa
ada tiga asas di antaranya adalah:
a.
Wuquf Zamani, memeriksa pengunaan waktu yaitu
orang yang bersuluk senantiasa selalu mengamati dan memeperhatikan dengan
teratur keadaan setiap 2 atau 3 jam sekali. Apabila keadaan terus menerus sadar
dan tengelam dalam zikir dan melakukan yang tepuji, maka hendaknya ia bersyukur
kepadanya. Sebaliknya apbila dalam keadaan alpa atau lalay dalam melakukan
perbuatan dosa, maka harus meminta ampun dan tobat kepada allah serta kembali
kepada kehadiran hati yang smepurna.
Sebagaimana
yang telah dijelaskan dalam firman Allah dalam surat al Jin ayat 16 yang berbunyi :
Èq©9r&ur (#qßJ»s)tFó$# n?tã Ïps)Ì©Ü9$# Nßg»oYøs)óV{ ¹ä!$¨B $]%yxî ÇÊÏÈ
Artinya
dan bahwasanya: Jikalau
mereka tetap berjalan Lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami
akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezki yang banyak). (Q.S.
Al-Jin 16) (Adlani, 2005:1175)
Dalam ayat ini dapat ditarik
kesimpulan bahwa ketika manusia berjalan dalan jalan Allah maka Allah akan memberikan
kemudahan dalam segala perbuatannya baik dalam segi rizqi dan kenyamanan
hidupnya kelak di akhirat. Dan ayat ini juga bisa di jadikan landasan yang kuat
untuk ummat muslim dalam menjalankan Thariqah supaya tidak ada
kecandungan atau keraguan dalam menjalan Thariqahnya.
b.
Wuquf a’dadi, memeriksa hitungan zikir yang dengan
penuh hati-hati (konsentrasi penuh) memelihara bilanggan gajil pada zikir nafi-itsba,
3 atau 5 sampai 21 kali.
Sebagaimana
yang telah dijelaskan dalam firman Allah dalam surat al-Ahzab Ayat 41-42 yang berbunyi :
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#râè0ø$# ©!$# #[ø.Ï #ZÏVx. ÇÍÊÈ çnqßsÎm7yur Zotõ3ç/ ¸xϹr&ur ÇÍËÈ
Artinya
Hai
orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang
sebanyak-banyaknya. 42. dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang. (al-Ahzab Ayat 41-42) (Adlani, 2005:833)
Dalam ayat ini apat di tarik
kesimpulan bahwasannya untuk berzikir kepada Allah itu tidak ada batasannya
sekuatnya manusia untuk berzikir kepada Allah supaya tujuan yang di ingginkan
allah bisa mengkabulkan. Selain hal ini Allah menganjurkan supaya manusia untuk
selalu bertasbih kepada baik di waktu pagi dan siang supaya manusia selalu
ingat sama Allah SWT.
c.
Waquf Qalbi, menjaga hati tetap terkontrol kehadiran hati
serta kebenaran yang tiada tersisa, sehingga perhatian seorang secara sempurna
sejalan dengan zikir dan maknanya selain kebenaran Allah dan tiada menyimpang
dari mkana dan perhatian zikir. Lebih jauh dikatakan bahwa hati orang yang
berzikir itu berhenti (wuquf) menghadap Allah dan bermula dengan lafat-laft
zikir.
Sebagai
mana hadis Rosulluh SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori berbunyi sebagai
berikut:
عَنْ
أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ بَارِزًا يَوْمًا لِلنَّاسِ فَأَتَاهُ رَجُلٌ فَقَالَ: مَا الْإِيْمَانُ
؟ قَالَ: اَلْإِيْمَانُ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَبِلِقَائِهِ وَرُسُلِهِ
وَتُؤْمِنَ بِالْبُعْثِ.قَالَ: مَاالْإِسْلَامُ؟ قَالَ: اَلْإِسْلاَمُ أَنْ تَعْبُدَاللهَ
وَلاَ تُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَ تُقِيْمَ الصَّلَاةَ وَتُؤْدِىَ الزَّكَاةَ اَلْمَفْرُوْضَةَ
وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ. قَالَ: مَااْلإِحْسَانُ؟ قَالَ: أَنْ تَعْبُدَاللهَ كَأَنَّكَ
تَرَاهُ فَإِنَّ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ. (رواه البخارى(
Artinya
“ Diriwayatkan dari Abi Hurairah berkata bahwa
pada suatu hari Nabi berada di tengah-tengah sekelompok orang banyak tiba-tiba
ada seoarang laki-laki (Jibril) datang kepadanya seraya bertanya: Apakah Iman
itu? Nabi menjawab: Iman ialah Kamu percaya adanya Allah, dan percaya kepada
Malaikat-Nya, percaya akan bertemu Allah di hari akhirat, percaya terhadap para
Rasul-nya dan percaya kepada adanya hari kebangkitan. Selanjutnya laki-laki
tersebut bertanya lagi kepada Nabi : Apakah Islam itu ? jawab Nabi : Islam
ialah menyembah kepada Allah dan jangan menyekutukan-nya, mengerjakan shalat
(fadlu), menunaikan zakat, berpuasa Ramadlon. Kemudian laki-laki itu bertanya
lagi kepada diri Nabi ? Apakah Ikhsan itu? Jawab Nabi: Ikhsan yaitu keadaan
engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-nya, sekiranya engkau tidak
melihat-Nya maka Allah melihat engkau” (H R. Bukhari). (http//www.blogspot.co.id)
Dari uraiah hadits di
atas dapat di simplakan bahwa kehidupan agama dalam jiwa seseorang akan menjadi
sempurna jika dapat dikumpulkan tiga faktor pokok yang sangat menentukan, yaitu
Iman, Islam, dan Ihsan. Masing-masing dapat dicapai lantaran mempelajari dan
memahami serta mengamalkan ilmu-ilmu yang membicarakan masalahnya. Iman, Islam
dan Ihsan, ketiganya berkaitan erat mencapai sasaran pokok yakni mengenal Allah
untuk diyakini. Hal ini menuntut terwujudnya sikap tindak perbuatan nyata dalam
hidup ini, segala bukti kepatuhan melaksanakan segala yang diperintah,
dikerjakan dan yang dilarang ditinggalkan dengan penuh ikhlas karena Allah
semata disertai penuh rasa cinta terhadap-Nya. Manakala keadaan semacam ini
sudah sampai pada puncaknya maka akan tercapailah hakekat tujuan hidup yang
sebenarnya sesuai dengan yang dikehendaki oleh Allah sendiri lewat syari’at
yang dibawa Nabi Muhammad saw. Dan juga ketiga asas di atas dijadikan teori
oleh peneliti tentang TN karena hal ini sangat relefan untuk dijadikan teori
dalam penelitian ini.
6.
Titik Berat Amalan Penganut Thariqah
Naqsybandiyah (TN)
Menurut
Mulyati (2006:105-106). Titik berat amalan penganut TN dalah amalan zikir.
Zikir adalah berulang-ulang menyebut nama allah atau menyatakan kalimat la
ilaha illallah (tiada tuhan selain Allah), denga tujuan utnuk mencapai
kesadaran akan allah yang lebih langsung dan permanen. Bagi penganut TN zikir
ini dilakukan terutama zikir khofi (diam, tersembunyi) secara berkesinambunggan,
pada waktu pagi, sore, siang, malam, duduk, berdiri, di waktu sibuk dan di
waktu senggang.
TN
memiliki dua macam zikir di antaranya:
a. Zikir Ism
al-Dzat artinya
mengingat nama yang hakiki dengan mengucap nama Allah berulang-ulang dalam
hati, ribuan kali (di hitung dengan tasbeh) sambil memusatkan perhatian kepada
Allah semata.
b. Zikir Tauhid
artinya mengingat keesaan. Zikir ini
terdiri atas bacaan berlahan diiringgi dengan pengaturan nafas, kalimat la
ilaha illallah yang di bayangkan seperti menggambarkan jalan (garis)
melalui tubuh, caranya (1) bunyi la di gambarkan dari pusar terus keras sampai
keubun-ubun; (2) bunyi ilaha turun kekanan dan berhenti di ujung bahu
kanan; (3) kata selanjutnya illa dimulai dan turun melewati bidang dada
sampai kejantung, dan kearah jantung inilah kata terakhir Allah di hunjamkan
sekuat tenaga. Orang yang sedang berzikir membayangkat jantung itu mendenyutkan
nama allah, dan memusatkan segala kotoran.
Selain hal di atas di dalam Al-Qu’an sudah
di jelaskan oleh firman allah tentang anjuran untuk berzikir dalam surat
Al-Akhzab ayat 41-43 yang berbunyi:
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#râè0ø$# ©!$# #[ø.Ï #ZÏVx. ÇÍÊÈ çnqßsÎm7yur Zotõ3ç/ ¸xϹr&ur ÇÍËÈ uqèd Ï%©!$# Ìj?|Áã öNä3øn=tæ ¼çmçGs3Í´¯»n=tBur /ä3y_Ì÷ãÏ9 z`ÏiB ÏM»yJè=à9$# n<Î) ÍqY9$# 4 tb%2ur tûüÏZÏB÷sßJø9$$Î/ $VJÏmu ÇÍÌÈ
Artinya
Hai
orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang
sebanyak-banyaknya. 42. Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang.
43. Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan
untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang
terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman. (Q.S.
Al-Ahzab 41-43) (Depak. RI, 2005: 423)
Dalam ayat ini dijelaskan, pertama diperintahkan agar
orang-orangg beriman berzikir kepada Allah dengan zikir yang banyak, kira-kira
apa yang dimasud zikir disini, mengingat ada ulama yang membagi zikir itu
kepada dua, zikir dengan lisan saja dan zikir dengan kenyataan, yaitu dengan
sikap dan perilaku.
Yang dimaksud, zikir yang banyak bukan dalam artian jumlah,
seperti membaca laa la ilaha illallah, sepuluh kali, seratus kali,
seribu kali, atau tiga ribu kali, setiap malam jum’at misalnya. Padahal
bilangan itu tidak ada yang banyak, seratu banyak, tapi dibanding seribu
sedikit, seribu di banding sepuluh ribu sedikit, dan seterusnya. Ini
menunjukkan banyak menurut jumlah itu relative.
Syakur (2014:57) memberi
kesimpulan zikir dalam TN sebagai berikut:
Adapun peraktek zikir dalam TN yaitu berulang-ulang menyebut
nama tuhan “Allah Allah” dalam hati yang selanjtnya disebut zikir khofi, inilah
yang di sebut zikir ism al-Dzat. Ucapan
ini di baca 1.000 kali setelah sholat fardhu sambil memejamkan mata denga lidah
ditekuk ke atas (ke langit-langitan).
7.
Pengaruh Thariqah di Indonesia
Menurut
Anwar (2014:221-221) dalam perkembangan Thariqah-Thariqah itu
bukan hanya memusatkan perhatian kepada tasawuf ajaran-ajaran Gurunya tetapi
juga mengikuti kegiatan politik. Umpamanya Thariqah Jananiyah yang terkenal dengan pergerakan politik yang
menentang penjajahan Perancis di Afrika Utara. Sanusiah menentang penjajahan Itali
di libia. Ahmadia ,menentang orag-orang salib yang datang ke Mesir. Jadi, sungguhpun mereka memusatkan
perhatian kepada akhirat, kalau udah ada pola dunianya, mereka ikut bergerak
menyelamatkan ummat islam dari bahaya yang mengancamnya.
Thariqah
mempengaruhi muslim mulai dari abad ke 13. Kedudukan Thariqah saat ini
sama dengan parpol (partai politik). Bahkan, tentara juga menjadi anggota Thariqah.
Penyokong Thariqah Bektashi, umpamanya, adalah tentara turki oleh karena
itu, ketika Thariqah ini di bubarkan oleh Sultan Mahmud II, tentara
turki yang di sebut Jenissari menentangnya jadi Thariqah tekad hanya
bergerak dalam soal agama, tetapi bergerak juga dalam persoalan dunia yang
mereka pikirkan.
Thariqah
keagamaan meluaskan pengaruh dalam organisasinya keseluruh Pelosok Negri,
menguasai masyarakat melalui jenjang yang terancang dengan baik, dan memberikan
otonomi kedaerahan seluas-luasnya setiap desa atau kelompok desa ada wali
lokalnya yang didukung dan di muliakan sepanjang hidupnya bahkan di puja dan di
agung-agungkan setelah kematiannya.
Mulayati (2006:91) memberi
penjelasan tentang TN di indonesia sebagai berikut :
TN
mempuyai dampak dan pengaruh yang sangat besar kepada masyarakat muslim di berbagai
wilayah yang berbeda-beda. Thariqah ini pertama kali berdiri di Asia
Tengah kemudian meluas ke Turki, Suriyah, Afganistan, dan India. Di asia tengah
bukan hanya di kota-kota penting, melainkan di kampung-kampung kecil pun
thoroqoh ini mempunya zafiyah (padepokan sufi) dan rumah peristirahatan
Naqsyabandi sebagai tempat berlangsungnya aktifitas keagamaan yang semarak.
Dari urian di atas dapat di simpulkan bahwa
pengaruh pengembanagan TN di indonesia sanggat baik hal ini terlihat dari
kegigihannya para pengikut Thariqah dalam menentang segala rintangan
yang menentang pelaksanaan Thariqah di laksanankan sampai-sampai di
contohkan seorang tentara menampakkan keantusiasannya diri dalam mengikuti Thariqah
dengan cara menetang keputusan Sultan Muhammad II ketika Thariqah di
bubarkan.
E. Pendidikan
Kepribadian Pada Penganut Thariqah Naqsyabandiyah (TN) dan media
Selain uraian di atas maka kami perlu juga menguraikan
tentang metode, media dan pengamalan untuk pendidikan kepribadian pada penganut
TN sebagai berikut:
1.
Metode pendidikan Kepribadian Pada Thariqah Naqsyabandiyah (TN)
Menuru Sukron (2014:55-57). Metode yang digunakan dalam TN untuk
membentuk kepribadian penganut TN ada sebelas metode yang digunakan di
antaranya:
a.
Hush dan dam, artinya seorang sufi haruslah sadar setiap menarik
nafas, menghembuskan nafas dan ketika berhenti sebentar diantara keduanya.
b.
Nazar
ber qadam, artinya seorang
murid haruslah menjaga setiap langkahnya sewaktu berjalan dan memandang kedepan
sewaktu duduk supaya tidak terpemngaruh pada hal yang tidak relevan.
c.
Safar
dar watan, artinya
melakukan perjalanan batin yakni meningalkan segala yang menimbulkan ketidak
sempurnaan dalam menuju ke hakekatnya.
d.
Khalwat
dar anjuman, artinya menyibukkan
diri dengan memperbanyak berzikir walaupun di tempat keramayan.
e.
Yak
kand, artinya terus menerus mengulan nama
Allah baik dalam hati atau lisan agar dalam hati selalu bersemayam nama allah
secara permanen,
f.
Baz
gasyt, artinya kembali mengulang kalimat Illahi
anta maqsudi wa ridhaka mathlubi (Ya Allah Tuhanku engkaulah tempatku
memohon kerifhaanmu-lah kuharapkan).
g.
Nigah
dasyt, artinya waspada dalam pengartian
menjaga pikiran dan perasaan terus-menerus sewaktu melakukan zikir.
h.
Yad
dasyt, artinya mengingat kembali dengan
pengertian menangkap secara langsung Dzat Allah melalui penglihatan yang
diberikan.
i.
Wuquf
zaman, artinya mengamati secara teratur bagaimana
seseorang menghabiskan waktunya. Jika seseorang secara terus menerus sadar dan
tengelam dalam zikir dan melakukan maksiat, hendaklah ia minta maaf pada Allah.
j.
Wiquf
adadi, artinya memeriksa hitungan zikir
yaitu dengan hati-hati berapa kali orang mengulangi kalimah zikir tampa
pikirannya mengembar kemana-mana.
k.
Wuquf
qolbi, artinya menjaga hati tetap
terkontrol dengan cara membayangkan dalam hati bahwa seseorang berada di
hadirat Allah sehingga hati tidak sadar yang lain kecuali Allah.
Dari urayan di atas maka dapat di simpulkan apabila manusia bisa
menjalankan hal-hal di atas maka manusia secara permanen akan memiliki
kepribadian atau ahlaq yang baik dalam berinteraksi dengan sesama dan dengan
allah.
2.
Strategi Pendidikan Kepribadian Pada Penganut Thariqah
Naqsyabandiyah (TN)
Startegi pendidikan kepribadian terhadap
penganut TN di antaranya ialah:
a.
Pengamalan Pembentukan Pendidikan Kepribadian Pada Penganut Thariqah
Naqsyabandiyah (TN)
Pengamalan pembentukan pendidikan kepribadian pada penganut TN menurut
(Syukron 2014:271-272). Ialah melalui zikir Khafi, artinya ialah zikir
rahasia atau zikir Samar (sirr) atau zikir hati (qalbi) perbedan
nama-nama tesebut karena berbeda dalam sudut padang, yang tidak berbeda dalam
esensinya.
zikir artinya ingat, ingat itu bisa secara lisan bisa secara batin
(hati). zikir lisan di harapkan bisa menuntun zikir hati. Apabila seseorang
bisa dzikir hati berarti sudah bisa melakukan sikap zikir, artinya setiap saat
dia selalu ingat padanya. Kemudia yang terakhir zikir perbuatan (af-‘al),
artinya zikirnya yang tadi tidak hanya secara bersifat pasif, tetapi bersifat
aktif, yakni diwujudkan dengan perbuatan sehari-hari, seperti menyantuni kaum dlu’afa
(lemah), membantu perbaikan jalan umum, memperbaiki tempat pendidikan,
perbaiki tempat ibadah, mempunya kepribadian dan akhlaq yang baik dan
sebagainya.
Adapun pengamalan penganut TN
dalam membentuk kepribadian yang lebih baik menurut Syah Abdul Wahab Rokan Al-Kalidi
Naqsyabandiyah yang di kutib oleh Sri mulayati (2004- 109-110) melalui Kaifiah Zikir yang
terdiri dari sepuluh asas.
1.
Menghimpun
segala pengenalan dalam hati.
2.
Menghadapkan
diri (perhatian) kepada Allah.
3.
Membaca
Istiqhfar sekurang-kurangnya toga kali.
4.
Membaca
al-fatihah dan surah al-ihlas.
5.
Menghadirkan
roh Syaikh TN
6.
Menghadiahkan
pahala bacaan kepada Syaikh TN.
7.
Melaksanakan
rabithah.
8.
Mematikan
diri sebelum mati.
9.
Munajat
dengan mengucapkan Illahi anta maqshudi wa ridhaka mathlubi.
10.
Berzikir
dengan mengucapkan Allah, Allah, Allah, dalam hati dalam keadaan mata terpejam,
duduk seperti kebalikan dari duduk Thawarruk dalam sholat, menguci gigi,
melekatkan lidah kelangit-langit mulut.
Selanjutnya menurut Amin al-kurdi ada sebelas asal yang dapab memebentuk
kepribadian manusia yang lebih baik yang di kutib oleh Sri Mulyati
(2004-110-111) di antaranya sebagai berikut.
1.
Mempunyai
wudlu, selalu dalam keadaan suci dari hadas.
2.
Melaksanakan
sunnah dua raka’at.
3.
Menghadap
kiblat di tempat sunyi.
4.
Duduk
denggan posisi kebalikan dari duduk tawarruk, karena yang dilakukan oleh
sahabat Rosululloh seperti itu.
5.
Memohon
ampun kepada Allah dari segala kesalahan dan dosa.
6.
Membaca
Surat al-Fatihah satu kali dan al-Ikhlas tiga kali.
7.
Memejamkan
kedua mata, mengunci mulut dengan mempertemukan kedua bibir, lidah di naikkan
ke langit-langitan mulut.
8.
Rabithah
kubur, yakni membayangkan bahwa diri kita, telah mati, dimandikan, dikafani,
disholatkan, diusung ke kuburan, dan dikebumikan.
9.
Rabithah
mursyid, yakni murid menghadapka hatinya kepada hati Syaikh (Guru) dan
menghayal rupa guru dengan menganggap bahwa hati Guru itu puncaran dalam lautan
yang luas kedalam hati murid.
10.
Menghimpun
semua puncaran panca indra.
11.
Pada
waktu zikir mau selesai, menunggu sesuatu yang muncul sebelum membuka mata.
0 Komentar "Studi pendidikan kepribadian pada penganut Thariqah Naqsyabandiyah (TN) di Desa Ganjaran Gondanglegi Malang BAB II"