Studi pendidikan kepribadian pada penganut Thariqah Naqsyabandiyah (TN) di Desa Ganjaran Gondanglegi Malang BAB II



BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.       Hasil Penelitian Terdahulu
     Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini telah banyak dilakukan. Setelah kami menelaah penelitian terdahulu yang sama dengan penelitian kami yang temukan, kami uraikan hasil penelitian mereka sebagai berikut:
     Pertama Alfi Fuadah, 2013. Mahasiswi Pascasarjana Sunan Ampel Meneliti tentang Upaya TQN dalam meningkatkan ESQ (emotional quotien) para jamaah di pondok Thariqah al-muhajirin Sukorame-Trenggalek. Penelitian ini adalah penelitian lapangan, karena jenis penelitian ini berusaha mengungkapkan beberapa bentuk upaya peningkatan potensi kecerdasan ESQ . Pendekatan yang digunakan dalam penelitian lapangan ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomina tentang apa yang di alami oleh objek peneliti misalnya, upaya peningkatan potensi ESQ. Dengan hasil. Keadaan masyarakat yang menganut Thariqah ini secara umum mencangkup masyarakat seluruh wilayah Sukorame dan luar Sukorame, yang terdiri dari pemuda, remaja dan orang dewasa. Akan tetapi kebanyakan berasal dari jamaah yang berusia 40 tahun.  Hasil pengajaran amalan TQNini yaitu kesempurnaan suluk (merambah jalan kesufian untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT) dengan berada pada tiga dimensi Islam, Iman dan Ihsan. Hasilnya, TQN di pondok Thariqah Al-Muhajirin berjalan dengan baik dengan hasil yang di peroleh pengajian kitab kuning, tarti Al-Qur’an Istighosah dan zikrul Ghofilin yang dilakukan secara istiqomah.
     Kedua Tazkiyatun Nafizah, 2015. Mahasiswi Pascasarjana UIN Jakarta Meneliti tentang Pengaruh TQN Pesantren Suryalaya Terhadap Praktek Keagamaan di Desa Tanjungkerta Kecamatan Pagerageung Tasikmalaya. Dengan mengunakan metode observasi dan wawancara dengan mengunakan Jenis penelitian ini berupa penelitian pendekan historis, dengan mengunakan pendekatan kualitatif, penelitian ini fokus pada fakta-fakta deskripsi tentang keberadaan TQN di Pondok Pesantren Suryalaya. Penelitian historis ini di maksud untuk memecahkan atau mencari permaalah-permaalahan yang ada di msayarakat sosial tentang perbedaan praktek agama. Dan dengan hasil. Pengunaan metode observasi dan wawancara untuk memperoleh hasil pengaruh TQN yang sangat mempengaruhi terhadap masayarakat sekitar. hal ini di buktikan dengan adanya ritual ubudiyah yang dilakukan. Pengaruh Thariqah dengan mengunakan metode observasi sangat baik. Hal ini di buktikan dengan aktifitas-aktifitas yang dilakukan masyarakat di mushalla dan masjid.
     Ketiga Rohmi Hidayati, 2007. Mahasiswi Pasca Sarjana UIN Malang Meneliti tentang Struktur Kepribadian dalam Perspektif Psikonalisa (studi kasus pada lesbian). Dengan mengunakan metode wawancara dan dengan jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif, karena jenis penelitian ini mampu menawarkan cara dan prosedur baru untuk memberbaiki karakteristik atau atribut dari individu aksi dan interaksi perilaku atau peristiwa insiden yang berfungsi sebagai evaluasi hasil. Dan memperoleh hasil. Penerapan metode wawancara maka hasilnya di peroleh dalam peniliti ini ialah bawha semasa kecilnya anaknya dibiarkan dikarenakan kesibukan orang tuanya sehingga mengalami kelainan dari masa kecilnya hingga dewasa. Berdasarkan hail tes normatis seorang anak kebingunggan dengan identitasnya dengan menghindari lesbian kedua luar dengan cara bersembunyi dari perasaan lesbian.
     Kempat  Gufron Ahmadi, 2009. Mahasiswa Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Meneliti tentang.  Sumber ajaran TN Kadirun Yahya (studi kasus di surau Saiful Amin Yogyakarta). Dengan mengunakan metode observasi, wawancara dan dukumentasi dan dengan jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah lapanggan yang bersifat kualitatif yaitu mengungkapkan gejala secara historis melalui kegiatan pengumpulan data yang yang di alami. Sedangkan data yang di peroleh, di gali melalui teknik observasi, wawancara, dan dukumentasi. Selanjutnya dianalisis dengan analisis diskriptif kualitatif dengan cara menyusun data dan mengelompokkan data yang ada, sehingga memberi gambaran nyata pada pembaca. Dan memperoleh hasil. TN pimpinan Kadirun Yahya mempunya pengaruh positif terhadap para pengikutnya, baik dalam keberagaman, kemasyaraktan, moralitas, ekonomi, dan lain-lain. Hal ini bisa di lihat dari pernyataan-peryataan dan meningkatnya sumberdaya manusia para pengikutnya. Ajaran-ajaran yang dipraktekkan TN yang di pimpin Kadirun Yahya sama halnya dengan ajaran-ajaran oleh Guru Mursyid lainnya, yakni mempraktekkan asas-asas yang di sebutkkan Baha’uddin Naqsyabandiyah.
     Kelima Faisal Bahar Sisanto, 2006. Mahsiswa Pascasarjana Universitas Muhammadiyhah  Surakarta meleniti tentang. TQN tinjaun historis dan edukatif TQN. Dengan mengunakan metode wawancara dan observasi serta mengunakan kajian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah lapanggan yang bersifat kualitatif yaitu data yang dikumpulkan dalam bentuk data variabel bukan dalam bentuk angka. Penelitian kualitatif ini mengunakan metode pengumpulan data melalui observasi dan wawancara prosedur yang di gunakan untuk mendapatkan hasil yang diiginkan. Dan memperoleh hasil. Penerapan medote wawancara dan observasi maka hasilnya di peroleh dalam peniliti ini ialah sistem pendidikan dan  pendidikn TQN terhadap pendidikan dalam msyarakat sangat berpegaruh pesat. Berdasarkan hasil historis dan edukatif yang di hasilkan.
     Demikianlah sajian dan uraian dari peneliti terdahulu yang bisa kami sajikan dan untuk titik temu perbedaan antara penliti terdahulu dan yang sekarang kami uraikan di sebagai berikut:


                   Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu
No
Peneliti, judul yang di teliti
Metode yang di gunakan
Hasil analisi
1
Alfi Fuadah, 2013. Upaya TQN dalam meningkatkan ESQ (emotional quotien) para jamaah di pondok Thariqah Al-Muhajirin Sukorame-Trenggalek
Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan, karena jenis penelitian ini berusaha mengungkapkan beberapa bentuk peningkatan potensi kecerdasan ESQ .
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian lapangan ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomina tentang apa yang di alami oleh objek peneliti misalnya, upaya peningkatan potensi ESQ.
Keadaan masyarakat yang menganut TQN adalah masyarakat seluruh wilayah Sukorame dan luar Sukorame, yang terdiri dari pemuda, remaja dan orang dewasa. Akan tetapi kebanyakan berasal dari jamaah yang berusia 40 tahun.
Hasil pengajaran amalan TQN ini yaitu kesempurnaan suluk (merambah jalan kesufian untuk mendekatkan diri kepada allah SWT) dengan berada pada tiga dimensi islam, iman dan ihsan.
Hasil TQN di pondok Thariqah al-muhajirin berjalan dengan baik dengan hasil yang di peroleh pengajian kitab kuning, tarti Al-Qur’an isthiqosah dan zikrul Ghofilin yang dilakukan secara istiqomah.
2
Tazkiyatun Nafizah, 2015. TQN Pesantren Suryalaya Terhadap Praktek Keagamaan di Desa Tanjungkerta Kecamatan Pagerageung Tasikmalaya
Jenis penelitian ini berupa penelitian pendekan historis, dengan mengunakan pendekatan kualitatif, penelitian ini fokus pada fakta-fakta deskripsi tentang keberadaan TQN di Pondok Pesantren Suryalaya .
Penelitian historis ini di maksud untuk memecahkan atau mencari permaalah yang ada di msayarakat sosial tentang perbedaan-perbedaan praktek agama. 
Pengunaan metode observasi dan wawancara untuk memperoleh hasil pengaruh TQN yang sangat mempengaruhi terhadap masayarakat sekitar. Hal ini di buktikan dengan adanya ritual ubudiyah yang dilakukan.
Pengaruh Thariqah dengan mengunakan metode observasi sangat baik. Hal ini di buktikan dengan aktifitas-aktifitas yang dilakukan masyarakat di muollah dan masjid.
3
Rohmi Hidayati, 2007. Struktur Kepribadian dalam Perspektif Psikonalisa (studi kasus pada lesbian)
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif, karena jenis penelitian ini mampu menawarkan cara dan prosedur baru untuk memberbaiki karakteristik atau atribut dari individu aksi dan interaksi prilaku atau pristiwa insiden yang berfungsi sebagai evaluasi hasil
Penerapan medote wawancara maka hasilnya di peroleh dalam peniliti ini ialah bawha semasa kecilnya anaknya dibiarkan dikarenakan kesibukan orang tuanya sehingga mengalami kelainan dari masa kecilnya hingga dewasa.
 Berdasarkan hasil tes normatis seorang anak kebingunggan dengan identitasnya dengan menghindari lesbian kedua luar dengan cara bersembunyi dari perasaan lesbian.
4
Gufron Ahmadi, 2009, sumber ajaran TN Kadirun Yahya (studi kasus di surau Saiful Amin Yogyakarta)
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah lapanggan yang bersifat kualitatif yaitu mengungkapka gejala secara historis melalui kegiatan pengumpulan data yang yang di lami.
Sedangkan data yang di peroleh, di gali memalui teknik observasi, wawancara, dan dukumentasi.
Selanjutnya dianalisis dengan analisis diskriptif kualitatif dengan cara menyusun data dan mengelompokkan data yang ada, sehingga memberi gambaran nyata pada pembaca
TN pimpinan Kadirun Yahya mempunya pengaruh positif terhadap para pengikutnya, baik dalam keberagaman, kemasyaraktan, moralitas, ekonomi, dan lain-lain. Hal ini bisa di lihat dari pernyataan-peryataan dan meningkatnya sumberdaya manusia para pengikutnya.
Ajaran-ajaran yang dipraktekkan TN yang di pimpin Kadirun Yahya sama halnya dengan ajaran-ajaran oleh gurh mursyid lainnya, yakni mempraktekkan asas-asas yang di sebutkkan baha’uddin Naqsyabandiyah.
5
Faisal Bahar Sisanto, 2006, TQN tinjaun historis dan edukatif TQW
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah lapangan yang bersifat kualitatif yaitu data yang dikumpulkan dalam bentuk data variabel bukan dalam bentuk angka. Penelitian kualitatif ini mengunakan metode pengumpulan data melalui observasi dan wawancara perosedur yang di gunakan untuk mendapatkan insiden hasil yang diiginkan
Penerapan medote wawancara dan observasi maka hasilnya di peroleh dalam peniliti ini ialah sistem pendidikan dan  pendidikn TQN terhadap pendidikan dalam msyarakat sangat berpegaruh pesat
 Berdasarkan hasil historis dan edukatif yang di hasilkan
    
Berdasarkan kajian terdahulu di atas,  peneliti mengkaji dan meneliti judul yang hampir sama tetapi berbeda tempat lokasi penelitian. Dalam penelitian yang dilakukan, penulis sebagai peneneliti baru karena peneliti hanya mengambil konsep penelitian secara tidak langsung. Dalam hal ini, kesamaan yang dijadikan acuan peneliti berdasarkan penelitian terdahulu pada indikator kepribadian masyarakat muslim dan TN. Dalam penelitian ini, peneliti mengkaji lebih spisifik pada indikator pendidikan keprinbadian.
B.       Tinjauan Tentang Pendidikan
1.    Pengertian Pendidikan
        Menurut Suyanto (2010: 38). Pendidikan adalah merupakan suatu proses sistematis untuk meningkatkan martabat manusia secara historis,  yang memungkinkan dapat berkembang secara optimal. Dengan demikian, pendidikan seyogyanya menjadi wahana strategi bagi upaya penegembangan segenap potensi individu, sehinga citai-cita membangun manusia seutuhnya bisa tercapai.
        UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003  adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Sedangkan menurut Ki Hadjar Dewantara, pengertian pendidikan yaitu tuntutan dalam hidup tumbuhnya anak-anak yang bermaksud menuntun segala kekuatan kodrati pada anak-anak itu supaya mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat mampu menggapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. (http://9wiki.net/pengertian-pendidikan/)
        Untuk tercapainya keinginah yang diatas maka kita harus mengetahuai macam-macam pendidikan sebagaimana yang akan diuraikan dibawah ini:
2.    Macam-macam Pendidikan
             Pendidikan dapat di bedakan menjadi dua bagian. Pendidikan formal dan pendidikan non formal sebagai mana yang di uraikan di bawah ini: (http://www.contohmakalah28.com)
a.          Pendidikan Formal
          Pendidikan jalur formal adalah kegiatan sistematis, berstruktur, bertingkat dimulai dari sekolah dasar sampai keperguruan tinggi dan yang setaraf dengannya; termasuk didalamnya adalah kegiatan studi yang berorientasi akademis dan umum, program spesialisasi, dan latihan professional yang dilaksanakan dalam waktu yang terus menerus. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Sedangkan pengertian pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Pendidikan di selenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (Undang-undang No 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat ( 11 ) dan Ayat ( 13 ).Yang mana pendidikan formal meliputi SD, MTS, SMA Perguruan tinggi dan universitas yang sudah terstrukter lembaga pendidikannya.
b.         Pendidikan Non Formal
        Pendidikan jalur non formal adalah pendidikan luar sekolah (pendidikan nonformal) ingin melayani, dicintai, dan dicari masyarakat, maka mereka harus berani meniru yang baik dari apa yang tumbuh dimasyarakat dan kemudian diperkaya dengan sentuhan-sentuhan yang sistematis dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesusai dengan lingkungan masyarakatnya. Pendidikan luar sekolah adalah, “suatu kegiatan yang dilakukan di luar sekolah, yang diselenggarakan oleh suatu kemasyarakatan’’.
Menurut Undang Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional yang di maksud dengan pengertian non formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Lembaga pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat pembelajaran masyarakat dan majlis ta’lim.
c.          Pendidikan Informal
Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Hasil pendidikan informal diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan (https://sitiativa.wordpress.com).
Adapun berbagai macam pendidikan diatas hanya sebagai penegas saja dalam penelitian ini. Bahwasannya yang ada pada pendidikan dalam penelitian ini adalah pendidikan non formal yang mana bentuk pengjarannya dalam bentuk kelompok masyarakay untuk membentuk kepribadian yang lebih baik dalam menjalani hidupnya.
3.  Strategi Pendidikan
Menurut (Syaefudin 2011:111 ) Strategi Pendidikan dapat didefinisikan sebagai perubahan sosial atau pengajaran kembali ( re-education ), pendidikan di pakai untuk mencapai perubahan sosial. Dengan demikian jika pendidikan menggunakan  strategi pendidikan itu sama saja mengadakan suatu perubahan sosial dengan cara menyampaikan fakta, dengan begitu orang yang menggunakan fakta atau informasi itu dapat menentukan dan mengambil tindakan yang akan dilakukanya. Setiap manusia memiliki dasar pemikiran yang berbeda-beda untuk dapat  membedakan fakta serta memilih untuk mengatur sikap atau tingkah lakunya apabila fakta itu ditujukan kepadanya.
Penggunaan strategi pendidikan dalam suatu pendidikan sangat perlu karena untuk mempermudah proses pendidikan sehingga dapat mencapai hasil yang optimal. Tanpa strategi yang jelas, proses pendidikan tidak akan terarah sehingga tujuan pendidikan  yang telah efektif dan efisien semuanya sia-sia.
a.         Strategi pendidikan akan dapat digunakan secara tepat dalam kondisi dan situasi sebagai berikut:
1.1.Apabila perubahan sosial yang diinginkan, tidak terjadi dalam waktu yang singkat.
1.2.Apabila sasaran perubahan ( klien ) belum memiliki keterampilan atau pengetahuan tertentu yang dibutuhkan untuk melaksanakan program perubahan.
1.3.Apabila menurut perkiraan akan terjadi penolakan yang kuat oleh klien terhadap perubahan yang diharapkan.
b.    Strategi pendidikan untuk melaksanakan program perubahan akan efektif  jika:
1.1.       Digunakan untuk menanamkan prinsip-prinsip yang perlu dikuasai untuk digunakan sebagai dasar tindakan selanjutnya sesuai dengan tujuan perubahan sosial yang dicapai.
1.2.       Disertai dengan keterlibatan berbagai pihak misalnya dengan adanya :sumbangan dana, donator, serta berbagai penunjang yang lain.
4.      Tujuan dan Proses Pendidikan
a.       Tujuan Pendidikan
Tirtaraharja Umar (2010:37-40). Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar dan indah untuk kehidupan kerana itu tujuan pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memebrikan arahan pada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan suatu yang ingin di capai oleh segenap kegiatan pendidikan.
b.    Proses Pendidikan
Proses pendidikan merupakan kegiatan mobilitas segenap komponen pendidikan. Pendidikan terarah kepada pencapaian tujuan pendidikan. Bagaimana proses pendidikan dilaksanakan itu sangat menentukan kualitas pencapaian hasil tujuan pendidikan.
Dari uraian di atas dapat kami simpulkan bahwa antara tujuan dan proses pendidikan adalah sutau strategi pengelolahan pendidikan suapaya dalam suatu tujuan pendidikan bisa tercapai dan berjalan dengan lancar sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Apa bila pendidikan tidak mempunyai tujuan dan proses maka tujuan pendidikan tidak akan berhasil dan berjalan murni dalam keinginan yang diinginkan.
C.  Tijauan Tentang Kepribadian
1.    Pengertian Kepribadian
وَ يُبَيِّنُ اِبْنُ الْقَيِّمِ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ مَدَارِجُ السَّالِكِيْنَ أَنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ قَدِ اخْتَصَّ الشَّخْصِيَّةَ اَلْاِنْسَانِيَّهَ بِمُمَيِّزَاتٍ عَدِيْدَةٍ, حِيْنَ جَعَلَهَا أَكْرَمُ الْخَلْقِ فَخَلَقَ لَهَا كُلُّ شَيْئٍ لِتَنْتَفِعَ بِهِ وَسَخَّرَ لَهَا مَا فِي السَّمَوَاتِ وَالْاَرْضِ لِخِدْمَتِهَا حَتَّى الْمَلَائِكَةُ جَعَلَهَا حَافِظَةُ لَهَا فِي مَنَامِهَا وَ يَقْظَتُهَا كَمَا أَرْسَلَ اِلَيْهَا الْأَنْبِيَاءُ وَالرُّسُلُ عَلَيْهِمْ السَّلَامُ لِتَتَعَرِّفَ عَلَيْهِ عَزَّ وَجَلَّ وَتُؤْمِنُوْ بِهِ وَتَعْبُدَهُ عَلَى حَقِيْقَةٍ وَمَعْرِفَةٍ وَعِلْمٍ.
فَاللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى اِتَّخَذَ مِنْهَا: الْخَلِيْلُ وَالْكَلِيْمُ وَالْأَوْلِيَاءُ وَالْحِوَاصُ وَالْأَحْبَارُ وَهِيَ لَهَا شَأْنٌ لَيْسَ لِغَيْرِهَا مِنْ سَائِرِ الْمَخْلُوْقَاتِ، فَقَدْ خَلَقَهَا اللهُ تَعَالَى بِيَدِهِ وَنُفِخَ فِيْهَا رُوْحَهُ وَأسْجُدْ لَهَا الْمَلَائِكَةَ وَعَلَّمَهَا أَسْمَاءَ شَيْءٍ وَ أَظْهَرَ فَضْلَهَا عَلَى الْمَلاَ ئِكَةِ.

Ibnu Qayim Rahimahullah menjelaskan dalam kitabnya “ Madarijus Salikin “ bahwa Allah SWT memberikan beberapa keistimewaan pada pribadi manusia, yaitu ketika Allah SWT menjadikannya sebagai makhuk yang paling mulia maka diciptakan baginya segala-galanya agar bisa dimanfaatkan semuanya, menundukkan apa yang ada di langit dan di bumi untuk di manfaatkannya sampai malaikat menjaganya ketika tidur dan bangunnya.
Begitu juga Allah SWT mengutus kepada mereka para Nabi dan Rasul agar tahu akan Tuhannya, supaya mengimaninya dan menyembahnya dengan cara benar, yakin dan beradasarkan ilmu. Allah SWT menjadikan sebagian dari mereka kekasihnya, juru bicaranya, wali-walinya, orang-orang istimewanya dan para pendeta ( ahli ibadah ) yang hal ini semua tidak diberikan kepada makhluk selain manusia.
Sungguh Allah SWT dengan kekuasannya telah menciptakan manusia dan meniupkannya ruh lalu menyuruh para malaikat untuk sujud kepadanya kemudian mengajarkan nama-nama sesuatu dan setelah itu melebihkan keutamannya diatas malaikat. (Ibnu Tiamiyah, 1792. 210)
Menurut Alwisol (2014:2-6). Kepribadaian adalah bagian dari jiwa yang membangun keberadaan manusia menjadi satu kesatuan, tidak terpecah-pecah dalam fungsi-fungsi. Memahami kepribadian berarti memahami aku, diri, self, atau memahami manusia seutuhnya. Hal terpenting yang harus di ketahui berkaitan dengan pemahaman kepribadian adalah bahwa pemahaman itu sangat di pengaruhi oleh paradikma yang di pakai sebagai acuan untuk mengembangkan teori itu sendiri. Para ahli kepribadian menyakini bahwa kepribadian yang berbeda-beda, yang mempengaruhi secara sitimatis seluruh pole pemikirannya tentang kepribadian manusia. Paradigma sebagaian ahli mengemukakan secara tegas, pada sebgaian yang lain para digmanya tersamar dan di kenali melalui model analisisnya. Para digma yang berbeda yang dipergunakan oleh akhli-akhli kepribadian untuk mengembangkan teorinya akan menghasilkan teori yang berbeda, tidak saling berhubungan, bahkan saling berlawanan, teori kepribadian di kelompokkan menjadi 4 paradigma di antaranya:
a.         Paradigma psikonalisis: tradisi klinik psikiatri. Tradisi klinik berangkat dari dua asumsi dasar; pertama manusia adalah bagian dari dunia binatang, dan manusia adalah bagian dari sistem enerji. Asumsi yang kedua bisa di pandang sebagai kelanjutan dari asumsi pertama sebagai binatang manusia adalah oerganisme hidup yang membutuhkan enerji dan hidup berarti mampu mengelolah enerji yang di miliki.
b.         Paradigma traits: tradisi psikologi fungsionalisme dan psikologi pengukuran. Tradisi fungsionalisme menguraikan tentang habitat, ingatan, berfikir, mutifasi dan fungsi jiwa lainnya. Dengan mengunakan pendekatan pragmatisme untuk menghubungkan fungsi-fungsi jiwa itu dengan kehidupan sehari-hari. Manusia adalah kumpulan kopetensi-kopetensi, dan kepribadian adalah aktualisasi dari potensi-potensi itu bagaimana potensi digunakan dalam kehidupan.
c.         Paradigma kognitif: tradisi gestalt. Gestalt adalah kesatuan, keseluruhan, pola, konfigrasi. Pengalaman yang di alami manusia selalu membentuk kesatuan, yang memiliki pola dan konfigurasi tertentu.  Paradigma kognitif memakai kontekstualisme sebagai akar metafora. Konsep dasarnya adalah fikiran dan keyakinan seseorang menjadi kunci sebagai memahami tingkah laku. Ingatan, fikiran dan kenyataan ini mempunyai referensi khuus terhadap dunia. Persepsi adalah hasil-hasil kerja bareng antara dunia (stimulus) dengan pamerhati (kecendrungan diri untuk memperoleh hal yang bagus).
d.        Paradigma behaviorisme: tradisi kondisioning.  Kondisionining menyakini asumsi dasar bahwa manusia adalah mesin. Tingkah laku manusia itu fungsi stimulus, artinya determinan tingkah laku tidak berada dalam diri manusia tetapi berada dalam lingkungan. Behaviorisme lebih dekat dengan pembelajaran. Pakar bahaviorissme berusaha menjelaskan bahwa manusia berinteraksi dengan lingkungan, dan bagaimana tingkah laku dapat berubah sebagai dampak dari interaki itu.
     Dari berbagai keterangan kepribadian di atas maka dapat di simpulkan bahwa kepribadian menurut ibnu taymiyah bahwa manusia di beri beberapa keistimewahan dalam kepribadiannya manusia karena manusia telah di karunia beberapa keistimewahan oleh allah sehingga manusia mempunya kepribadian yang baik untuk di manfaatkan di dunia, saking istimewahnya manusia sehingga tidurnya di jaga oleh para malaikat. Sedangkan kepribadian menurut alwisol kepribadiam merupaka satu kesatuan yang memahami diri sendiri atau memahami menusia seutuhnya. Jadi pada intinya dua keterangan ini sama bahwa kepribadian manusia harus di pergunakan dengan sebaik-baiknya di dunia supaya manusia bisa menjalankan kepribadian hidupnya yang baik di dunia sesuai dengan keistimewaan yang Allah berikan.
2.    Pola Kepribadian
Menurut Elizabeth B. Hurlock (1986) yang di kutib oleh Yusuf (2013:7-10). Mengungkapkan bahwa pola kepribadian merupakan suatu penyatuan struktur yang multidimensi yang terdiri atas self-concept sebagai inti atau pusat gravitasi kepribadian dan Traint sebagai stuktur yang mengidentitaskan kecendrungan pola-pola respon. Di anatara pola-pola tersebut sebagai berikut:
a.    Self Concept dapat diartikan sebagai : (a) persepsi, keyakinan, perasaan, atau sikap seseorang tentang dirinya; (b) kualitas pensifatan individu tentang dirinya; (c) suatu sistem pemaknaan suatu invidu dan pandangan orang lain tentang dirinya.
b.    Traits ini berfungsi untuk mengintegrasikan kebiasaan, sikap, dan keterampilan kepada pola-pola berfikir, meras, dan bertindak. Sementara konsep diri berfungsi untuk mengintegrasikan kapasitas-kapasitas psikologis dan parkarsa-prakarsa kegiatan. Selain hal tersebut traits juga dapat di artikan aspek atau dimensi kepribadian yang terkai dengan karakteristik respon atai riaksi seseorang yang relatif konsisten (ajeg) dalam rangka menyesuaikan dirinya secara has.
Difinisi di atas dapat disimpulkan mengambarkan bahwa trait dan Self Concept merupakan kecendrungan yang di pelajari untuk (a) mengevaluasi situasi dan (b) meriaksi situasi dengan cara-cara tertentu.
3.   Perubahan Kepribadian
     Menurut Yusuf (2013:11). Kepribadian seseorang itu relatif konstan, namun kenyataan sering ditemukan adanya perubahan kepribadian perubahan itu terjadi di pengaruhi oleh faktor lingkungan fisik dan lingkngan.
     Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan kepribadian di antaraya sebagai berikut.
a.    Faktor fisik, seperti: ganguan otak, kurang gizi (malnutrisi), mengkonsumsi obat-obat terlarang (NAPZA) atau NARKOBA, minuman keras, dan ganguan organik (sakit atau kecelakaan).
b.    Faktor lingkungan sosial budaya: kerisis politik, ekonomi, dan keamanan yang menyebabkan terjadinya maslah pribadi (setres, depresi) dan masalah sosial (penganguran, premanisme, dan kriminalitas).
c.    Faktor diri sendiri, seperti : tekanan emosional (prustasi yang berkepanjangan), dan identifikasi atau imitasi terhadap orang lain yang berkepribadian menyimpang.
Dari uarayan di atas dapat disimpulkan teejadinya perubahan kepribadian manusia itu  bisa dari faktor fisik. Faktor lingkungan dan faktor diri sendiri. Jadi jangan heran ketika ada perubahan keprinadian manusia itu tidak akan jauh di pengaruhi oeleh tiga faktor tesebut.
4.    Karakteristik Kepribadian
Menurut Hurlock (1986) yang di kutip oleh Nurihsan (2013:12-15). Mengungkapkan bahwa karakteristik penyesuayan yang sehat atau kepribadian yang sehat dalam (healthi personality) di tandai dengan.
a.    Mampu menilai diri secara realistik. Individu yang kepribadiannya sehat maupun menilai diri apa adanya, baik kelebihan maupun kelemahannya, menyangkut fisik (postur tubuh, wajah, keutuhan, dan kesehatan) dan kemampuan (kecerdasan dan keterampilan).
b.    Mampu menilai situasi secara rialistis. Individu dapat menghadi situasi atau kondisi kehidupan yang di alaminya secara realistik dan mau menerimanya secara wajar.
c.    Mampu menilai prestasi yang di peroleh secara realistik. Individu dapat menilai prestasinya (keberhasilan yang di perolehnya) secara realistik dan mereaksi secara rasional. Di tidak menjadi sombong, angkuh atau mengalami “superiolity complex” , apabila memperoleh prestasi yang tinggi, atau kesuskesan dalam kehidupanya.
d.   Menerima tangung jawab. Individu yang sehat adalah individu yang bertangung jawab. Dia mempunyai keyakinan terhadap kemampuanya untuk mengatasi maslah-maslah kehidupan yang dihadapinya.
e.    Kemandirian (autonomy). Individu memiliki sifat mandiri dalam cara berfikir dan bertindak, mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan mngembangkan diri serta menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku di lingkunggannya.
f.     Dapat mengoontor emosi. Individu merasa nyaman dengan emosinya. Dia dapat menhadapi situasi prustasi, depresi atau setres secara positif atau konstrukti, tidak destrukti (merusak).
g.    Berorientasi tujuan. Setia orang mempunyai tujuan yang ingin di capainya namun, dalam merumuskan tujuan itu ada yang realistik dan ada yang tidak realistik. Individu yang sehat kepribadiannya dapat merumuskan tujuannya berdasarkan pertimbangan secara matang (rasional), tidak atas dasar paksaan dari luar.
h.    Berorientasi keluar. Individu yang sehat memiliki orientasi keluar (ekstrovert). Dia bersifat respek (hormat), empati terhadap orang lain mempunya kepedulian terhadap situasi, atau maslah-masalah lingkunganya dan bersifat pleksibel dalam berfikir. Menurut Barret Leonart dalam (Nurisha, 2013:13). Mengemukakan sifat-sifat individu yang berorientasi keluar, yaitu: (a) menghargai dan menilai orang lain seperti dirinya sendiri; (b) merasa nyaman dan terbuka terhadap orang lain ; (c) tidak membiarkan dirinya dimaafkan untuk menjadi korban orang lain dan tidak mengorbankan orang lain karena kekecewaan dirinya.
i.      Penerimaan sosial. Individu di nilai positif oleh orang lain mau berpartisifasi aktif dalam kehidupan sosial, dan memiliki sikap bersahabat dalam berhubungan dengan orang lain.
j.      Memiliki filsafat hidup. Dia mengarahkan hidunya berdasarkan filsafat hidup yang berakan dari keyakinan agama yang dianutnya.
k.    Berbahagian. Individu yang sehat, situassi kehidupanya di warnai kebahagian. Kebahagian ini di dukung oleh faktor-faktor achievpement (pencapayan prestasi), acceptance (penerimaan dari orang lain), dan affection (prasaan di cintai dan di sayang orang lain).
5.    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepribadian
     Menurut Stefflre dan Matheny yang dikutip oleh Yusuf (2013:16). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepribadian, yaitu sebagai berikut.
a.    Personal, teori merupakan refleksi dari kepribadian pembangunanya (personality of its builder).
b.    Sosiologis, corak kehidupan sosial budaya tempat pembangunan itu hidup.
c.    Filsafat, cara pandang yang di anut oleh pembangun teori tentan suatu fenomina kehidupan.
d.   Agama, keyakinan yang di anut oleh perkembangan teori.
6.    Strategi Kepribadian
     Menurut Freud (1923) yang dikutip oleh Arif (2011:17-20). Bahwa kepribadian memiliki tiga asas kepribadian di antaranya Id, Ego, dan Superego.
a.    Id adalah komponen kepribadian yang paling primitif . pada mulanya yang ada hanya Id. Struktur kepribadian lain berasal dari Id yang terdiferensiasi setelah mengalami interaksi dengan realiatas. Id sendiri terletak ketidak sadaran, sehingga tidak bersentuhan langsung dengan realitas. Oleh karena itu, Id bekerja dengan pleasure principle.
     Telah di sebutkan di atas, bhawa ide adalah bagian dari kepribadian yang mengubah isting-isting biologis menjadi phantasy, yaitu reprentasi mental dari insting. Dari hasil kerja Id lah, munjul hasrat dan doronggan (drive) dasar yang kemudian mengerakkan tingkah laku. Dua doronggan dasar yang utama adalah doronggan sek sual dan doronggan agresi.
b.    Ego adalah setruktur kepribadian yang bersentuhan langsung dengan kepribadian. Fungsi ego yang utama adalah mengatur dialog/interaksi/transaksi antara dunia internal individu dengan realitas extrenal. Dia menjembatani sedemikian rupa agar interaksi antara rialitas internal dan external berlangsung dengan mulus.
c.    Superego adalah struktur kepribadian (bagian dari dunia internal kita) yang mewakili nilai-nilai external. Funsi superego adalah untuk mendorong individu untuk memenuhi nilai-nilai yang berlaku di realitas external tersebut, sehingga menghindari komplik antara individu dengan realitas external. Bial tidak ada perwakilan nilai-nilai external dalam diri kita, maka ketaatan kita pada nilai tersebut sangat tergantung pada kehadiran pengawas externak yang mengamati tingkah laku kita dan siap menghukum bila mana kita melanggar.
Tabel 2.2
Perbandingan Kerangka teori yang meliputi tiga asas kepribadian
Sigmund freud (1932) yang di kutip oleh (alwisol, 2014:17)
ID
EGO
SUPEREGO
Original istem, asal muasal dari sistem yang lain. Berisis insting dan penyediaan enerji psikis untuk dapat bereperasinya sistem yang lain. Hanya mengetahui dunia dalam tidak berhubunggan dengan dunia luar, tidak memiliki pengetahuaan mengenai realitas objektif.
Berkembang dari Id untuk menangani dunia external. Memperoleh enerji dari Id. Memiliki pengetahuan baik dari dunia dalam maupun dunia realitas objektif.
Berkembang dari ego untuk berperan sebagai tangan-tangan moral kepribadian. Merupaka wujud internalisasi nilai-nilai orang tua. Di kelompokkan menjadi dua; conscience (yang menghukum tingkah laku yang salah) dan ego ideal (yang mneghadia tingkah laku yang benar). Seperti Id, speregi tidak berhubungan dengan dunia luar, tidak memiliki pengetahuan mengai realitas objektif
Mengikuti perinsip kenikmatan (plaisure principle) dan bekerja dengan bentuk proses primer. Tujuanya tunggal yakni mengenali kenikmatan dan rasa sakit sehingga dapat memperoleh kenikmatan dan menghindari rasa sakit.
Mengikuti prinsip realitas (realitas principle) dan bekerja dengan bentuk skunder. Tujuannya untuk membedakan antara fantasi dan realitas sehingga dapat memuaskan kebutuhan organisme. Harus dapat menggabungkan (coorbinate) kebutuhan Id. Tujuan umum adalah mempertahankan hidup dan kehidupan jenisnya (produksi).
Mengikuti prinsip conscience dan ego ideal.  Tujuannya membedakan yang slah dan benar dan menuntut bahwa diri telah mematuhi ancaman moral. Dan memuaskan kebutuhan kesempurnaa.
Mencari kepuasan insting segera.
Menunda kepuasan insting sehingga kepuasan itu dapat di capai tampa mengalami konflik dengan superego dan dunia external.
Menghambat kepuasan insting
Tidak rasional
Rasional
Tidak rasional
Beroperasi di daerah unconscious
Beroperasi di daerah consciouns, preconscious dan unconscious
Beroperasi di daerah consciouns, preconscious dan unconscious

Dari urayan di atas dapat disimpulkan bahwa struktur kepribadian manusia  di bagia darai tiga asas yaitu ID, Ego, dan Superego dan ini lah yang dijadikan bahan acua sebagai teori dalam penelitian ini karena hal ini sangat relefan untuk dijadikan  suatu teori dalam penelitian ini menurut peneliti.
7.    Perkembangan Kepribadian
Menurut Murphy yang dikutib oleh Suryabrata (2013:252-354) bahwa perkembangan kepribadian adalah:
Secara garis besar. Ada tiga fase perkembangan,  yaitu yang pertama fase keseluruhan tanpa diferensiasi, individu berbuat terlebih-lebih sebagai keseluruhan terhadap kseluruhan situasi. Kedua fase diferensiasi, fungsi-fungsi khusus mengalami deferensiasi dan muncul keseluruhan. Ketiga fase integrasi, fungsi-fungsi yang sudah mengalami deferensiasi itu diintegrasikan dalam suatu unitas yang berkoordinasi dan terorganisasi.
Perlu di catat, bahwa ketiga fase ini bukanlah fase yang satu sama lain dapat di batasi dengan tajam. Kecuali ketiga fase ini mempunya Ieverlapping satu sama lain.
D.  Tinjauan Tentang Thariqah Naqsyabandiyah (TN)
1.     Pengertian Thariqah Naqsyabandiyah (TN)
     Menurut Mulyati (2006:91-92) TN adalah sebuah Thariqah yang mempunya dampak dan pengaruh yang sangat besar kepada masyarakat muslim di berbagai wilayah yang berbeda-beda. Thariqah ini pertama kali berdiri di asia tengah kemudia meluas keturki, suriayah, afganistan, dan india. Di asia tengah bukan hanya di kota-kota penting, melaikan di kapung-kampung kecil pun Thariqah ini mempunya zawiyah (padepokan sufi) dan rumah peristirahatan naqsabandi sebagai tempat berlangsungnya aktifitas keagamaan yang bersemarak.
     Ciri yang menonjol TN adalah pertma, di ikutinya syariat secara kuat, keseriusan dalam beribadah yang menyebabkan penolakan terhadap musik dan tari, dan lebih suka berzikir dalam hati kedua, upaya yang serius dalam memengaruhi kehidupan dan pemikiran golonggan penguasa serta mendekatkan diri pada agama. Berbeda dengan Thariqah lainnya, TN kebijaksanaan disolasi diri dalam menghadapi pemerintihan yang sedang berkuasa pada saat itu. Sebaliknya ia melancarkan konfrontasi dengan berbagai kekuatan politik agar dapat merubah pandangan mereka selain itu Thariqah ini pun membebankan tangung jawab yang ssma pada para penguasa dan menganggap bahwa upaya meperbaiki penguasa adalah sebagai para syara’ untuk memperbaiki masyarakat.
     Sholihin (2014:203) Asal kata Thariqah dalam bahas Arab ialah Thariqah yang berarti jalan, keadaan, aliran, atau garis pada sesuatu. Thariqah adalah jalan yang di tempuh para sufi dan dapat digambarkan sebagai jalan yang berpangkal dari syariat, sebab jalan utama di sebut sayara’, sedangkan anak jalan di sebut thariq. Kata turunan ini menunjukkan bahwa menurut anggapan para sufi, pendidikan mistik merupakan cabang dari jalan utama yang terdiri dari hukum ilahi, tempat berbijk bagi setiap muslim. Takmungkin ada anak jalan tampa ada jalan utama tempat berpangkal. Pengalaman mistik tak mungkin di dapat bila perintah syariat yang mengikat itu tidak di taati terlebih dahulu dengan seksama.
          Dalam Thariqah ada yang di namakan guru mursit dan bai’at maka dari itu Syakur (2014:48-53) Mursyid ialah Guru spiritual yang benar-benar memiliki otoritas, artinya secara spirital telah mendapatkan mandat dari mursyidanya untuk menjadi Guru dan teruji secara praktis dalam kehidupan sehari-hari, di samping secara sya’i telah menguasai ilmu-ilmu syari’at islam secara baik. Syarat-syarat tersebut menjadi ukuran baku bagi pembimbing Thariqah agar tidak tergelincir kepada praktek-praktek yang tidak di benarkan menurut agama. Sedangkan yang di maksud dengan bai’at ialah janji setia yang biasanya di ucapakan oleh seorang murid di depan mursyid atau Guru untuk menjalankan segala persyaratan yang ditetapka oleh seorang mursyid dan tidak akan melangarnya sesuai dengan syariat islam. Bai’at ini dijadikan acar ritual resmi setelah seseorang menjadi anggota Thariqah. Yang selanjutnya dijadikan janji setia kepda mursyid dan ajaran-ajaranya. Tanpa menegasinya makna bai’at yang pernah terjadi pada Rosulullah SWT, tampaknya pada masa timbulnya Thariqah, bai’at tidak hanya sebagai perwujudan persetiaan dan loyalitas kepada ajaran islam. Justru bergerak kearah kesetiaan terhadap Thariqah tertentu dalam rangka dalam pembentukan dan pembinaan.
2.    Sejarah Thariqah Naqsyabandiyah (TN)
     Mulyati (2006:89-90) Pendiri TN adalah seorang pemuka tasawuf terkenal yakni, Muhammad bin Muhammad Baha’ al-Din al-Uwaisi al-Bukhari Naqsyabndiyah (717h/1318M-791H/1389M), di lahirkan di sebuah desa Qashurul Arifah, kurang lebih empat mil dari Bukhara tempat lahir imam Bukhori dia berasal dari lingkunggan yang baik. Iya mendandapat gelar syeh yang menunjukkan posisinya yang penting sebagai seorang pemimpin sepritual. Setelah lahir segera di bawah oleh ayahnya kepada Babah al Samasi yang menerimanya dengan gembira ia belajar tasyawuf sama Baba samasi ketika berusia 18 tahun kemudia ia belajr ilmu Thariqah pada seorang Quthb di Nasaf yaitu Amif Sayif Kulal Al Bukhori (w. 772/1371). Kulal adalah seorang Kholifah Muhammad Baba al Samasi. Dari Kulal inilah ia pertama belajat Thariqah yang didirikannya selain itu Naqsyabandi pernah juga belajar pada seorang arif bernama al-Dikkirani selama sekitar 1 tahun ia pun pernah belajr untuk ahli penguas samarkand kira-kira selama 12 tahun. Ketika sang penguasa digulingkan pada tahun 748 atau 1747 M, dia pergi ke Ziwartun. Di sana ia mengembala binatang ternak selama 7 tahun, dan 7 tahun berikut TN dalam pekerjaan perbaikan jalan. Hal ini dilakukan sebgai bagian pendidikan dan pembinaan mistiknya untuk memperdalam sumber rasa kasih sayang dan cinta sesama manusia serta membangkitkan perasaan pengabdian dalam memasuki lingkungan mistik.
     Secara umum menurut Solihin (2014:206-207)  peralihan tasawuf yang bersifat personal kepada Thariqah yang bersifat lembaga tidak terlepas dari perkembangan yang dan peluasan taswuf itu sendiri. Semakin luas pengaruh tasawuf, semakin banyak pula orang yang berhasrat mempelajarinya. Untuk itu, mereka menemui orang yang memiliki pengetahui dan pengalaman yang luas dalam pengalaman tasawuf yang dpat menuntun mereka. Sebab, belajar dari seorang Guru dengan metode mngajar yang di susun berdasarkan pengalaman dan suatu ilmu yang bersifat praktikal merupakan suatu keharusan bagi mereka. Seorang Guru tasawuf biasanya memang meformolasikan suatu sistem pengajaran taswuf berdasrkan pengalamnya sendiri. Sistem pengajaran itulah yang kemudian menjadi ciri has bagi suatu Thariqah yang mebedakannya dari Thariqah yang lain.
     Di tinjau dari segi historisnya, kapan dan Thariqah mana yang mula-mula timbul sebagai suatu lembaga, sulit di ketahui secara pasti. Namu, Dr. Kamil Mustofa Asy-Syibi dalam tesisnya tentang gerakan taswuf dan gerakan syi’ah mengungkapka, tokoh peretama kali yang mengenalkan sitem Thariqah itu Syakh Abdulqodir al-Jailani (w. 561H/1166M ) di Baghadat, Sayyid ahmaf arrifa’i  di Mesir dengan Thariqah Rifa’iyah dan Jalal ad-Din Ar Rumi (w.672H/1273M) di Parsi.
3.    Unsur-Unsur Thariqah Naqsyabandiyah (TN)
Dalam Thariqah, Aziz ((http//www.blogspot.co.id) setidaknya ada lima unsur penting yang menjadi dasar terbentuknya sebuah Thariqah. Kelima hal tersebut adalah:
a.  Mursyid
Mursyid adalah dianggap telah mencapai tahap mukasyafah, telah terbuka tabir antara dirinya dan Tuhan. Mursyid atau guru atau master atau bertugas menemani dan membimbing para penempuh jalan spiritual untuk mendekati Allah, seperti yang terjadi pada diri sang Guru. Guru spiritual itu kadang disebut dengan istilah Thayr al-Quds (burung suci) atau Khidir. Dalam Thariqah, bimbingan guru yang telah mengalami perjalanan rohani secara pribadi dan mengetahui prosedur-prosedur setiap mikraj rohani adalah sangat penting.
b.   Baiat
Baiat atau talqin adalah janji setia seorang murid kepada Gurunya, bahwa ia akan mengikuti apa pun yang diperintahkan oleh sang Guru, tanpa “reserve”.
c.  Silsilah
Silsilah Thariqah adalah “nisbah”, hubungan Guru terdahulu sambung-menyambung antara satu sama lain sampai kepada Nabi. Hal ini harus ada sebab bimbingan kerohanian yang diambil dari Guru-guru itu harus benar-benar berasal dari Nabi. Kalau tidak demikian halnya berarti Thariqah itu terputus dan palsu, bukan warisan dari Nabi.
d.  Murid
Murid atau kadang disebut salik adalah orang yang sedang mencari bimbingan perjalanannya menuju Allah. Dalam pandangan pengikut Thariqah, seorang yang melakukan perjalanan rohani menuju Tuhan tanpa bimbingan Guru yang berpengalaman melewati berbagai tahap (maqamat) dan mampu mengatasi keadaan jiwa (hal) dalam perjalanan spiritualnya, maka orang tersebut mudah tersesat.
e.   Ajaran
Ajaran adalah praktik-praktik dan ilmu-ilmu tertentu yang diajarkan dalam sebuah Thariqah. Biasanya, masing-masing Thariqah memiliki kehasan ajaran dan metode khusus dalam mendekati Tuhan. Guru-guru Thariqah yang sama mengajarkan metode yang sama kepada murid-muridnya.
Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa lima komponen ini tidak bisa di pisahkan karena hal tersebuut adalah komponen yang penting dalam Thariqah. Tampa lima konponen tersebut Thariqah belum bisa dikatakan sempurna.
4.    Istilah-Istilah  Thariqah Naqsyabandiyah (TN)
     Menurut Mustofa (2014:285-288) ada beberapa istilah Thariqah di antaranya:
a.       Syariat
        Kata syariat berarti perjalanan atau peraturan. Maksudnya para ahli Thariqah berpendapat berupa amalan-amalan lahir. Semisal sholat, puasa dan lain-lainya.
b.      Hakikat
                        Kata hakikat berarti puncak atau ke sudahan sesuatu atau asal sesuatu. Arti lain kebalikan dari sesuatu yang tidak sebenarnya (arti kiyasan). Namun dalam istilah Thariqah berarti seebagai kebalikan syariat yakni yang menyangkut batin.
c.       Ma’rifat
            Ma’rifat berarti mengetahui dan mengalami. Menurut istilah ma’rifat ialah pengetahuan dengan mengerjakan syariat dan hakikat. Para ahli Thariqah berpendapat bahwa ma’rifat adalah sifat sumi yang bertingkat-tingkat.
d.      Thariqah
            Kata Thariqah berarti jalan. Menurut istilah, Thariqah ialah jalan atau cara yang di tempuh menuju keridaan Allah.
e.    Suluk
            Kata suluk berarti menempuh perjalanan. Kata suluk berasal dari kata salakah. Dalam itilah taswuf, suluk adalah ikhtiar (usaha) dalam menempuh jalan untuk mencapai tujuan Thariqah. Orang yang menjalankan Thariqah di sebut salik.
f.       Manazil
            Manazil artinya tempat-tempat perhatian yang di lalui salik yang melaksankan suluk
g.      Masyahid
            Ialah hal-hal yang terlihat pada perjalanan di tengah sedang menjalankan suluk
h.      Maqamat
            Ialah darajat-darajat yang di peroleh dengan usaha sendiri
i.        Kasbiyah
            Ialah yang diperoleh semata-mata dengan anugrah Allah yang di sebut al ahwal atau mauhibiyah.
5.    Pengetahuan dan Ritual Thariah Naqsyabandiyah (TN)
     Menurut Mulyati (2006:102-105) TN seperti juga Thariqah yang lainnya mempunya beberapa tatacara pribadatan pengetahuan spiritual dan ritual tersendiri. Sebagai Thariqah yang terorganisir, Naqsyabandiyah mempunyai sejarah dalam rintangan masa hampir 6 abad, yang secara geografis penyeberannya meliputi tiga benua hal ini berimplikasi pada warna dan tatacara TN yang sanggat berfariasi, menyesuaikan masa, kondisi, dan tempat tumbunya. Adaptasi ini terjadi karena berapa hal, di antaranya adalah karena keadaan yang memang berubah, Guru-guru yang berbeda meberi penekanan berbeda dari asas yang sama atau para pembaharu memperkenalkan suatu yang lain dengan mengahapus pola pikir tertentu. Walaupun mempunya warna dan tatacara yang berfariasi, namun tarekan ini mempunya asas atau ajaran yang sama sebagai acua dan peganggan bagi pengikutnya.
     Menurut Syaikh Bah’ al-Din Naqsabandiyah dalam kitab Tanwir al-Qulub  yang dikutib oleh Mulyati (2006: 105) bahawa ada tiga asas di antaranya adalah:
a.    Wuquf Zamani, memeriksa pengunaan waktu yaitu orang yang bersuluk senantiasa selalu mengamati dan memeperhatikan dengan teratur keadaan setiap 2 atau 3 jam sekali. Apabila keadaan terus menerus sadar dan tengelam dalam zikir dan melakukan yang tepuji, maka hendaknya ia bersyukur kepadanya. Sebaliknya apbila dalam keadaan alpa atau lalay dalam melakukan perbuatan dosa, maka harus meminta ampun dan tobat kepada allah serta kembali kepada kehadiran hati yang smepurna.
     Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam firman Allah dalam surat al Jin ayat 16 yang berbunyi :
Èq©9r&ur (#qßJ»s)tFó$# n?tã Ïps)ƒÌ©Ü9$# Nßg»oYøs)óV{ ¹ä!$¨B $]%yxî ÇÊÏÈ  
Artinya
 dan bahwasanya: Jikalau mereka tetap berjalan Lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezki yang banyak). (Q.S. Al-Jin 16) (Adlani, 2005:1175)

     Dalam ayat ini dapat ditarik kesimpulan bahwa ketika manusia berjalan dalan jalan Allah maka Allah akan memberikan kemudahan dalam segala perbuatannya baik dalam segi rizqi dan kenyamanan hidupnya kelak di akhirat. Dan ayat ini juga bisa di jadikan landasan yang kuat untuk ummat muslim dalam menjalankan Thariqah supaya tidak ada kecandungan atau keraguan dalam menjalan Thariqahnya.
b.    Wuquf a’dadi, memeriksa hitungan zikir yang dengan penuh hati-hati (konsentrasi penuh) memelihara bilanggan gajil pada zikir nafi-itsba, 3 atau 5 sampai 21 kali.
     Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam firman Allah dalam surat al-Ahzab Ayat 41-42 yang berbunyi :
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#râè0øŒ$# ©!$# #[ø.ÏŒ #ZŽÏVx. ÇÍÊÈ   çnqßsÎm7yur Zotõ3ç/ ¸xϹr&ur ÇÍËÈ
Artinya   

Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. 42. dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang. (al-Ahzab Ayat 41-42) (Adlani, 2005:833)

      Dalam ayat ini apat di tarik kesimpulan bahwasannya untuk berzikir kepada Allah itu tidak ada batasannya sekuatnya manusia untuk berzikir kepada Allah supaya tujuan yang di ingginkan allah bisa mengkabulkan. Selain hal ini Allah menganjurkan supaya manusia untuk selalu bertasbih kepada baik di waktu pagi dan siang supaya manusia selalu ingat sama Allah SWT.
c.    Waquf Qalbi,  menjaga hati tetap terkontrol kehadiran hati serta kebenaran yang tiada tersisa, sehingga perhatian seorang secara sempurna sejalan dengan zikir dan maknanya selain kebenaran Allah dan tiada menyimpang dari mkana dan perhatian zikir. Lebih jauh dikatakan bahwa hati orang yang berzikir itu berhenti (wuquf) menghadap Allah dan bermula dengan lafat-laft zikir.
     Sebagai mana hadis Rosulluh SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori berbunyi sebagai berikut:
       عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَارِزًا يَوْمًا لِلنَّاسِ فَأَتَاهُ رَجُلٌ فَقَالَ: مَا الْإِيْمَانُ ؟ قَالَ: اَلْإِيْمَانُ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَبِلِقَائِهِ وَرُسُلِهِ وَتُؤْمِنَ بِالْبُعْثِ.قَالَ: مَاالْإِسْلَامُ؟ قَالَ: اَلْإِسْلاَمُ أَنْ تَعْبُدَاللهَ وَلاَ تُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَ تُقِيْمَ الصَّلَاةَ وَتُؤْدِىَ الزَّكَاةَ اَلْمَفْرُوْضَةَ وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ. قَالَ: مَااْلإِحْسَانُ؟ قَالَ: أَنْ تَعْبُدَاللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنَّ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ. (رواه البخارى(
            Artinya
 “ Diriwayatkan dari Abi Hurairah berkata bahwa pada suatu hari Nabi berada di tengah-tengah sekelompok orang banyak tiba-tiba ada seoarang laki-laki (Jibril) datang kepadanya seraya bertanya: Apakah Iman itu? Nabi menjawab: Iman ialah Kamu percaya adanya Allah, dan percaya kepada Malaikat-Nya, percaya akan bertemu Allah di hari akhirat, percaya terhadap para Rasul-nya dan percaya kepada adanya hari kebangkitan. Selanjutnya laki-laki tersebut bertanya lagi kepada Nabi : Apakah Islam itu ? jawab Nabi : Islam ialah menyembah kepada Allah dan jangan menyekutukan-nya, mengerjakan shalat (fadlu), menunaikan zakat, berpuasa Ramadlon. Kemudian laki-laki itu bertanya lagi kepada diri Nabi ? Apakah Ikhsan itu? Jawab Nabi: Ikhsan yaitu keadaan engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-nya, sekiranya engkau tidak melihat-Nya maka Allah melihat engkau” (H R. Bukhari). (http//www.blogspot.co.id)

     Dari uraiah hadits di atas dapat di simplakan bahwa kehidupan agama dalam jiwa seseorang akan menjadi sempurna jika dapat dikumpulkan tiga faktor pokok yang sangat menentukan, yaitu Iman, Islam, dan Ihsan. Masing-masing dapat dicapai lantaran mempelajari dan memahami serta mengamalkan ilmu-ilmu yang membicarakan masalahnya. Iman, Islam dan Ihsan, ketiganya berkaitan erat mencapai sasaran pokok yakni mengenal Allah untuk diyakini. Hal ini menuntut terwujudnya sikap tindak perbuatan nyata dalam hidup ini, segala bukti kepatuhan melaksanakan segala yang diperintah, dikerjakan dan yang dilarang ditinggalkan dengan penuh ikhlas karena Allah semata disertai penuh rasa cinta terhadap-Nya. Manakala keadaan semacam ini sudah sampai pada puncaknya maka akan tercapailah hakekat tujuan hidup yang sebenarnya sesuai dengan yang dikehendaki oleh Allah sendiri lewat syari’at yang dibawa Nabi Muhammad saw. Dan juga ketiga asas di atas dijadikan teori oleh peneliti tentang TN karena hal ini sangat relefan untuk dijadikan teori dalam penelitian ini.
6.    Titik Berat Amalan Penganut Thariqah Naqsybandiyah (TN)
     Menurut Mulyati (2006:105-106). Titik berat amalan penganut TN dalah amalan zikir. Zikir adalah berulang-ulang menyebut nama allah atau menyatakan kalimat la ilaha illallah (tiada tuhan selain Allah), denga tujuan utnuk mencapai kesadaran akan allah yang lebih langsung dan permanen. Bagi penganut TN zikir ini dilakukan terutama zikir khofi (diam, tersembunyi) secara berkesinambunggan, pada waktu pagi, sore, siang, malam, duduk, berdiri, di waktu sibuk dan di waktu senggang.
     TN memiliki dua macam zikir di antaranya:
a.    Zikir Ism al-Dzat artinya mengingat nama yang hakiki dengan mengucap nama Allah berulang-ulang dalam hati, ribuan kali (di hitung dengan tasbeh) sambil memusatkan perhatian kepada Allah semata.
b.    Zikir Tauhid artinya mengingat keesaan. Zikir ini terdiri atas bacaan berlahan diiringgi dengan pengaturan nafas, kalimat la ilaha illallah yang di bayangkan seperti menggambarkan jalan (garis) melalui tubuh, caranya (1) bunyi la di gambarkan dari pusar terus keras sampai keubun-ubun; (2) bunyi ilaha  turun kekanan dan berhenti di ujung bahu kanan; (3) kata selanjutnya illa dimulai dan turun melewati bidang dada sampai kejantung, dan kearah jantung inilah kata terakhir Allah di hunjamkan sekuat tenaga. Orang yang sedang berzikir membayangkat jantung itu mendenyutkan nama allah, dan memusatkan segala kotoran.
    Selain hal di atas di dalam Al-Qu’an sudah di jelaskan oleh firman allah tentang anjuran untuk berzikir dalam surat Al-Akhzab ayat 41-43 yang berbunyi:
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#râè0øŒ$# ©!$# #[ø.ÏŒ #ZŽÏVx. ÇÍÊÈ   çnqßsÎm7yur Zotõ3ç/ ¸xϹr&ur ÇÍËÈ   uqèd Ï%©!$# Ìj?|ÁムöNä3øn=tæ ¼çmçGs3Í´¯»n=tBur /ä3y_̍÷ãÏ9 z`ÏiB ÏM»yJè=à9$# n<Î) ÍqY9$# 4 tb%Ÿ2ur tûüÏZÏB÷sßJø9$$Î/ $VJŠÏmu ÇÍÌÈ  
Artinya
Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. 42. Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang. 43. Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman. (Q.S. Al-Ahzab 41-43) (Depak. RI, 2005: 423)
Dalam ayat ini dijelaskan, pertama diperintahkan agar orang-orangg beriman berzikir kepada Allah dengan zikir yang banyak, kira-kira apa yang dimasud zikir disini, mengingat ada ulama yang membagi zikir itu kepada dua, zikir dengan lisan saja dan zikir dengan kenyataan, yaitu dengan sikap dan perilaku.
Yang dimaksud, zikir yang banyak bukan dalam artian jumlah, seperti membaca laa la ilaha illallah, sepuluh kali, seratus kali, seribu kali, atau tiga ribu kali, setiap malam jum’at misalnya. Padahal bilangan itu tidak ada yang banyak, seratu banyak, tapi dibanding seribu sedikit, seribu di banding sepuluh ribu sedikit, dan seterusnya. Ini menunjukkan banyak menurut jumlah itu relative.
Syakur (2014:57) memberi kesimpulan zikir dalam TN sebagai berikut:
Adapun peraktek zikir dalam TN yaitu berulang-ulang menyebut nama tuhan “Allah Allah” dalam hati yang selanjtnya disebut zikir khofi, inilah yang di sebut zikir  ism al-Dzat. Ucapan ini di baca 1.000 kali setelah sholat fardhu sambil memejamkan mata denga lidah ditekuk ke atas (ke langit-langitan).


7.    Pengaruh Thariqah di Indonesia
     Menurut Anwar (2014:221-221) dalam perkembangan Thariqah-Thariqah itu bukan hanya memusatkan perhatian kepada tasawuf ajaran-ajaran Gurunya tetapi juga mengikuti kegiatan politik. Umpamanya Thariqah Jananiyah  yang terkenal dengan pergerakan politik yang menentang penjajahan Perancis di Afrika Utara. Sanusiah menentang penjajahan Itali di libia. Ahmadia ,menentang orag-orang salib yang datang  ke Mesir. Jadi, sungguhpun mereka memusatkan perhatian kepada akhirat, kalau udah ada pola dunianya, mereka ikut bergerak menyelamatkan ummat islam dari bahaya yang mengancamnya.
     Thariqah mempengaruhi muslim mulai dari abad ke 13. Kedudukan Thariqah saat ini sama dengan parpol (partai politik). Bahkan, tentara juga menjadi anggota Thariqah. Penyokong Thariqah Bektashi, umpamanya, adalah tentara turki oleh karena itu, ketika Thariqah ini di bubarkan oleh Sultan Mahmud II, tentara turki yang di sebut Jenissari menentangnya jadi Thariqah tekad hanya bergerak dalam soal agama, tetapi bergerak juga dalam persoalan dunia yang mereka pikirkan.
     Thariqah keagamaan meluaskan pengaruh dalam organisasinya keseluruh Pelosok Negri, menguasai masyarakat melalui jenjang yang terancang dengan baik, dan memberikan otonomi kedaerahan seluas-luasnya setiap desa atau kelompok desa ada wali lokalnya yang didukung dan di muliakan sepanjang hidupnya bahkan di puja dan di agung-agungkan setelah kematiannya.
Mulayati (2006:91) memberi penjelasan tentang TN di indonesia sebagai berikut :
            TN mempuyai dampak dan pengaruh yang sangat besar kepada masyarakat muslim di berbagai wilayah yang berbeda-beda. Thariqah ini pertama kali berdiri di Asia Tengah kemudian meluas ke Turki, Suriyah, Afganistan, dan India. Di asia tengah bukan hanya di kota-kota penting, melainkan di kampung-kampung kecil pun thoroqoh ini mempunya zafiyah (padepokan sufi) dan rumah peristirahatan Naqsyabandi sebagai tempat berlangsungnya aktifitas keagamaan yang semarak.
     Dari urian di atas dapat di simpulkan bahwa pengaruh pengembanagan TN di indonesia sanggat baik hal ini terlihat dari kegigihannya para pengikut Thariqah dalam menentang segala rintangan yang menentang pelaksanaan Thariqah di laksanankan sampai-sampai di contohkan seorang tentara menampakkan keantusiasannya diri dalam mengikuti Thariqah dengan cara menetang keputusan Sultan Muhammad II ketika Thariqah di bubarkan.
E.   Pendidikan Kepribadian Pada Penganut Thariqah Naqsyabandiyah (TN) dan media
     Selain uraian di atas maka kami perlu juga menguraikan tentang metode, media dan pengamalan untuk pendidikan kepribadian pada penganut TN sebagai berikut:
1.              Metode pendidikan Kepribadian Pada Thariqah Naqsyabandiyah  (TN)
Menuru Sukron (2014:55-57). Metode yang digunakan dalam TN untuk membentuk kepribadian penganut TN ada sebelas metode yang digunakan di antaranya:
a.    Hush dan dam, artinya seorang sufi haruslah sadar setiap menarik nafas, menghembuskan nafas dan ketika berhenti sebentar diantara keduanya.
b.    Nazar ber qadam, artinya seorang murid haruslah menjaga setiap langkahnya sewaktu berjalan dan memandang kedepan sewaktu duduk supaya tidak terpemngaruh pada hal yang tidak relevan.
c.    Safar dar watan, artinya melakukan perjalanan batin yakni meningalkan segala yang menimbulkan ketidak sempurnaan dalam menuju ke hakekatnya.
d.   Khalwat dar anjuman, artinya menyibukkan diri dengan memperbanyak berzikir walaupun di tempat keramayan.
e.    Yak kand, artinya terus menerus mengulan nama Allah baik dalam hati atau lisan agar dalam hati selalu bersemayam nama allah secara permanen,
f.     Baz gasyt, artinya kembali mengulang kalimat Illahi anta maqsudi wa ridhaka mathlubi (Ya Allah Tuhanku engkaulah tempatku memohon kerifhaanmu-lah kuharapkan).
g.    Nigah dasyt, artinya waspada dalam pengartian menjaga pikiran dan perasaan terus-menerus sewaktu melakukan zikir.
h.    Yad dasyt, artinya mengingat kembali dengan pengertian menangkap secara langsung Dzat Allah melalui penglihatan yang diberikan.
i. Wuquf zaman, artinya mengamati secara teratur bagaimana seseorang menghabiskan waktunya. Jika seseorang secara terus menerus sadar dan tengelam dalam zikir dan melakukan maksiat, hendaklah ia minta maaf pada Allah.
j. Wiquf adadi, artinya memeriksa hitungan zikir yaitu dengan hati-hati berapa kali orang mengulangi kalimah zikir tampa pikirannya mengembar kemana-mana.
k.    Wuquf qolbi, artinya menjaga hati tetap terkontrol dengan cara membayangkan dalam hati bahwa seseorang berada di hadirat Allah sehingga hati tidak sadar yang lain kecuali Allah.
Dari urayan di atas maka dapat di simpulkan apabila manusia bisa menjalankan hal-hal di atas maka manusia secara permanen akan memiliki kepribadian atau ahlaq yang baik dalam berinteraksi dengan sesama dan dengan allah.
2.    Strategi Pendidikan Kepribadian Pada Penganut Thariqah Naqsyabandiyah (TN)
   Startegi pendidikan kepribadian terhadap penganut TN di antaranya ialah:
a.      Pengamalan Pembentukan Pendidikan Kepribadian Pada Penganut Thariqah Naqsyabandiyah (TN)
Pengamalan pembentukan pendidikan kepribadian pada penganut TN menurut (Syukron 2014:271-272). Ialah melalui zikir Khafi, artinya ialah zikir rahasia atau zikir Samar (sirr) atau zikir hati (qalbi) perbedan nama-nama tesebut karena berbeda dalam sudut padang, yang tidak berbeda dalam esensinya.
zikir artinya ingat, ingat itu bisa secara lisan bisa secara batin (hati). zikir lisan di harapkan bisa menuntun zikir hati. Apabila seseorang bisa dzikir hati berarti sudah bisa melakukan sikap zikir, artinya setiap saat dia selalu ingat padanya. Kemudia yang terakhir zikir perbuatan (af-‘al), artinya zikirnya yang tadi tidak hanya secara bersifat pasif, tetapi bersifat aktif, yakni diwujudkan dengan perbuatan sehari-hari, seperti menyantuni kaum dlu’afa (lemah), membantu perbaikan jalan umum, memperbaiki tempat pendidikan, perbaiki tempat ibadah, mempunya kepribadian dan akhlaq yang baik dan sebagainya.
Adapun  pengamalan penganut TN dalam membentuk kepribadian yang lebih baik menurut Syah Abdul Wahab Rokan Al-Kalidi Naqsyabandiyah yang di kutib oleh Sri mulayati  (2004- 109-110) melalui Kaifiah Zikir yang terdiri dari sepuluh asas.
1.      Menghimpun segala pengenalan dalam hati.
2.      Menghadapkan diri (perhatian) kepada Allah.
3.      Membaca Istiqhfar sekurang-kurangnya toga kali.
4.      Membaca al-fatihah dan surah al-ihlas.
5.      Menghadirkan roh Syaikh TN
6.      Menghadiahkan pahala bacaan kepada Syaikh TN.
7.      Melaksanakan rabithah.
8.      Mematikan diri sebelum mati.
9.      Munajat dengan mengucapkan Illahi anta maqshudi wa ridhaka mathlubi.
10.  Berzikir dengan mengucapkan Allah, Allah, Allah, dalam hati dalam keadaan mata terpejam, duduk seperti kebalikan dari duduk Thawarruk dalam sholat, menguci gigi, melekatkan lidah kelangit-langit mulut.
Selanjutnya menurut Amin al-kurdi ada sebelas asal yang dapab memebentuk kepribadian manusia yang lebih baik yang di kutib oleh Sri Mulyati (2004-110-111) di antaranya sebagai berikut.
1.      Mempunyai wudlu, selalu dalam keadaan suci dari hadas.
2.      Melaksanakan sunnah dua raka’at.
3.      Menghadap kiblat di tempat sunyi.
4.      Duduk denggan posisi kebalikan dari duduk tawarruk, karena yang dilakukan oleh sahabat Rosululloh seperti itu.
5.      Memohon ampun kepada Allah dari segala kesalahan dan dosa.
6.      Membaca Surat al-Fatihah satu kali dan al-Ikhlas tiga kali.
7.      Memejamkan kedua mata, mengunci mulut dengan mempertemukan kedua bibir, lidah di naikkan ke langit-langitan mulut.
8.      Rabithah kubur, yakni membayangkan bahwa diri kita, telah mati, dimandikan, dikafani, disholatkan, diusung ke kuburan, dan dikebumikan.
9.      Rabithah mursyid, yakni murid menghadapka hatinya kepada hati Syaikh (Guru) dan menghayal rupa guru dengan menganggap bahwa hati Guru itu puncaran dalam lautan yang luas kedalam hati murid.
10.  Menghimpun semua puncaran panca indra.
11.  Pada waktu zikir mau selesai, menunggu sesuatu yang muncul sebelum membuka mata.



0 Komentar "Studi pendidikan kepribadian pada penganut Thariqah Naqsyabandiyah (TN) di Desa Ganjaran Gondanglegi Malang BAB II"

Back To Top