ANTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
(Tugas Mata Kuliah Filsafat
Pendidikan Islam )
Dosen Pembimbing
Dr. M. Ahda
Arafat, MA.

Oleh
Kholilurrohim
Program Pasca Sarjana
Pendidikan Agama Islam
Universitas Islam Malang
2015
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar
Belakang
Filsafat membahas segala sesuatu yang
ada bahkan yang mungkin ada baik bersifat abstrak ataupun riil meliputi
Tuhan,manusia dan alam semesta.Sehingga untuk faham betul semua masalah
filsafat sangatlah sulit tanpa adanya pemetaan-pemetaan dan mungkin kita hanya
bisa menguasai sebagian dari luasnya ruang lingkup filsafat.
Sistematika filsafat secara garis besar
ada tiga pembahasan pokok atau bagian yaitu;epistemologi atau teori pengetahuan
yang membahas bagaimana kita memperoleh pengetahuan,ontologi atau teori hakikat
yang membahas tentang hakikat segala sesuatu yang melahirkan pengetahuan dan
aksiologi atau teori nilai yang membahas tentang guna pengetahuan.Mempelajari
ketiga cabang tersebut sangatlah penting dalam memahami filsafat yang begitu
luas ruang lingkup dan pembahansannya.
Ketiga teori di atas sebenarnya
sama-sama membahas tentang hakikat,hanya saja berangkat dari hal yang berbeda
dan tujuan yang beda pula.Epistemologi sebagai teori pengetahuan membahas
tentang bagaimana mendapat pengetahuan,bagaimana kita bisa tahu dan dapat
membedakan dengan yang lain.Ontologi membahas tentang apa objek yang kita
kaji,bagaimana wujudnya yang hakiki dan hubungannya dengan daya pikir.Sedangkan
aksiologi sebagai teori nilai membahas tentang pengetahuan kita akan
pengetahuan di atas,klasifikasi,tujuan dan perkembangannya.
- Rumusan
Masalah
Dalam makalah ini kami akan mencoba
membahas tentang beberapa pertanyaan berikut;
1.
Apa itu ontologi,epistemologi dan aksiologi?.
2.
Apa objek dan ruang lingkup ontologi,epistemologi dan aksiologi?.
C. Tujuan
Dengan membaca makalah ini diharapkan
pembaca pahan dan mengerti tentang;
1.
Definisi dan maksud dari ontologi,epistemologi dan aksiologi.
2.
Objek dan ruang lingkup ontologi,epistemologi dan aksiologi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Epistemologi
Epistemologi atau Teori Pengetahuan
berhubungan dengan hakikat dari ilmu pengetahuan, pengandaian-pengandaian,
dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan
yang dimiliki oleh setiap manusia. Pengetahuan tersebut diperoleh manusia
melalui akal dan panca indera dengan berbagai metode, diantaranya; metode
induktif, metode deduktif, metode positivisme, metode kontemplatis dan metode
dialektis.
Epistemologi derivasinya dari bahasa
Yunani yang berarti teori ilmu pengetahuan. Epistemologi merupakan gabungan dua
kalimat episteme, pengetahuan; dan logos,theory.Epistemologi adalah cabang ilmu
filasafat yang menengarai masalah-masalah filosofikal yang mengitari teori ilmu
pengetahuan.Epistemologi bertalian dengan definisi dan konsep-konsep ilmu,
ragam ilmu yang bersifat nisbi dan niscaya, dan relasi eksak antara 'alim
(subjek) dan ma'lum (objek).Atau dengan kata lain,epistemologi adalah bagian
filsafat yang meneliti asal-usul, asumsi dasar, sifat-sifat,dan bagaimana
memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model
filsafat.Dengan pengertian ini epistemologi tentu saja menentukan karakter
pengetahuan,bahkan menentukan “kebenaran” macam apa yang dianggap patut diterima
dan apa yang patut ditolak.
Manusia dengan latar
belakang,kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan yang berbeda mesti
akan berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti,dari manakah saya
berasal?Bagaimana terjadinya proses penciptaan alam?.Apa hakikat manusia?.Tolok
ukur kebaikan dan keburukan bagi manusia?.Apa faktor kesempurnaan jiwa
manusia?.Mana pemerintahan yang benar dan adil?Mengapa keadilan itu ialah
baik?Pada derajat berapa air mendidih?Apakah bumi mengelilingi matahari atau
sebaliknya?.Dan pertanyaan-pertanyaan yang lain.Tuntutan fitrah manusia dan
rasa ingin tahunya yang mendalam niscaya mencari jawaban dan solusi atas
permasalahan-permasalahan tersebut dan hal-hal yang akan dihadapinya.
Pada dasarnya, manusia ingin menggapai
suatu hakikat dan berupaya mengetahui sesuatu yang tidak diketahuinya.Manusia
sangat memahami dan menyadari bahwa:
1. Hakikat itu ada dan nyata;
2.
Kita bisa mengajukan pertanyaan tentang hakikat itu;
3.
Hakikat itu bisa dicapai,diketahui,dan dipahami;
4.
Manusia bisa memiliki ilmu, pengetahuan,dan makrifat atas hakikat itu.
Akal dan pikiran manusia bisa menjawab
persoalan-persoalan yang dihadapinya,dan jalan menuju ilmu dan pengetahuan
tidak tertutup bagi manusia.
Apabila manusia melontarkan suatu
pertanyaan yang baru,misalnya bagaimana kita bisa memahami dan meyakini bahwa
hakikat itu benar-benar ada? Mungkin hakikat itu memang tiada dan semuanya
hanyalah bersumber dari khayalan kita belaka? Kalau pun hakikat itu ada, lantas
bagaimana kita bisa meyakini bahwa apa yang kita ketahui tentang hakikat itu
bersesuaian dengan hakikat eksternal itu sebagaimana adanya?Apakah kita yakin
bisa menggapai hakikat dan realitas eksternal itu?.Sangat mungkin pikiran kita
tidak memiliki kemampuan memadai untuk mencapai hakikat sebagaimana adanya,
keraguan ini akan menguat khususnya apabila kita mengamati kesalahan-kesalahan
yang terjadi pada indra lahir dan kontradiksi-kontradiksi yang ada di antara
para pemikir di sepanjang sejarah manusia?
Persoalan-persoalan terakhir ini berbeda
dengan persoalan-persoalan sebelumnya,yakni persoalan-persoalan sebelumnya
berpijak pada suatu asumsi bahwa hakikat itu ada,akan tetapi pada
persoalan-persoalan terakhir ini,keberadaan hakikat itu justru masih menjadi
masalah yang diperdebatkan.Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut
ini.Seseorang sedang melihat suatu pemandangan yang jauh dengan teropong dan
melihat berbagai benda dengan bentuk-bentuk dan warna-warna yang berbeda,lantas
dia meneliti benda-benda tersebut dengan melontarkan berbagai
pertanyaan-pertanyaan tentangnya.Dengan perantara teropong itu sendiri,dia
berupaya menjawab dan menjelaskan tentang realitas benda-benda yang
dilihatnya.Namun, apabila seseorang bertanya kepadanya:Dari mana Anda yakin
bahwa teropong ini memiliki ketepatan dalam menampilkan warna,bentuk dan ukuran
benda-benda tersebut? Mungkin benda-benda yang ditampakkan oleh teropong itu
memiliki ukuran besar atau kecil?.Keraguan-keraguan ini akan semakin kuat
dengan adanya kemungkinan kesalahan penampakan oleh teropong.Pertanyaan-pertanyaan
ini berkaitan dengan keabsahan dan kebenaran yang dihasilkan oleh
teropong.Dengan ungkapan lain, tidak ditanyakan tentang keberadaan realitas
eksternal,akan tetapi yang dipersoalkan adalah keabsahan teropong itu sendiri
sebagai alat yang digunakan untuk melihat benda-benda yang jauh.
Keraguan-keraguan tentang hakikat
pikiran,persepsi-persepsi pikiran,nilai dan keabsahan pikiran,kualitas
pencerapan pikiran terhdap objek dan realitas eksternal, tolok ukur kebenaran
hasil pikiran,dan sejauh mana kemampuan akal-pikiran dan indra mencapai hakikat
dan mencerap objek eksternal,masih merupakan persoalan-persoalan aktual dan
kekinian bagi manusia.Terkadang kita mempersoalkan ilmu dan makrifat tentang
benda-benda hakiki dan kenyataan eksternal dan terkadang kita membahas tentang
ilmu dan makrifat yang diperoleh oleh akal-pikiran dan indra. Semua persoalan
ini dibahas dalam bidang ilmu epistemologi.
Dengan memperhatikan definisi
epistemologi, bisa dikatakan bahwa tema dan pokok pengkajian epistemologi ialah
ilmu, makrifat dan pengetahuan.Dalam hal ini, dua poin penting akan dijelaskan:
a)
Cakupan pokok
bahasan, yakni apakah subyek epistemologi adalah ilmu secara umum atau ilmu
dalam pengertian khusus seperti ilmu hushûlî.Ilmu itu sendiri memiliki istilah
yang berbeda dan setiap istilah menunjukkan batasan dari ilmu itu.
Istilah-istilah ilmu tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Makna leksikal ilmu adalah sama dengan pengideraan secara umum dan mencakup
segala hal yang hakiki, sains, teknologi, keterampilan,kemahiran dan juga
meliputi ilmu-ilmu seperti hudhûrî, hushûlî,ilmu Tuhan, ilmu para malaikat dan
ilmu manusia.
2.
Ilmu adalah kehadiran (hudhûrî) dan segala bentuk penyingkapan.Istilah ini
digunakan dalam filsafat Islam.Makna ini mencakup ilmu hushûlî dan ilmu
hudhûrî.
3.
Ilmu yang hanya dimaknakan sebagai ilmu hushûlî dimana berhubungan dengan ilmu
logika (mantik).
4.
Ilmu adalah pembenaran (at-tashdiq) dan hukum yang meliputi kebenaran yang
diyakini dan belum diyakini.
5.
Ilmu ialah kebenaran dan keyakinan yang bersesuaian dengan kenyataan dan
realitas eksternal.
6.
Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang saling bersesuaian
dimana tidak berhubungan dengan masalah-masalah sejarah dan geografi.
7.
Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang bersifat empirik.
b)
Sudut
pembahasan,yakni apabila subyek epistemologi adalah ilmu dan makrifat, maka
dari sudut mana subyek ini dibahas,karena ilmu dan makrifat juga dikaji dalam
ontologi, logika, dan psikologi.Sudut-sudut yang berbeda bisa menjadi pokok
bahasan dalam ilmu. Terkadang yang menjadi titik tekan adalah dari sisi hakikat
keberadaan ilmu. Sisi ini menjadi salah satu pembahasan dibidang ontologi dan
filsafat. Sisi pengungkapan dan kesesuian ilmu dengan realitas eksternal juga
menjadi pokok kajian epistemologi. Sementara aspek penyingkapan ilmu baru
dengan perantaraan ilmu-ilmu sebelumnya dan faktor riil yang menjadi penyebab
hadirnya pengindraan adalah dibahas dalam ilmu logika.Dan ilmu psikologi
mengkaji subyek ilmu dari aspek pengaruh umur manusia terhadap tingkatan dan
pencapaian suatu ilmu. Sudut pandang pembahasan akan sangat berpengaruh dalam
pemahaman mendalam tentang perbedaan-perbedaan ilmu.
Dalam epistemologi akan dikaji
kesesuaian dan probabilitas pengetahuan, pembagian dan observasi ilmu, dan
batasan-batasan pengetahuan.Dan dari sisi ini, ilmu hushûlî dan ilmu hudhûrî
juga akan menjadi pokok-pokok pembahasannya. Dengan demikian, ilmu yang
diartikan sebagai keumuman penyingkapan dan pengindraan adalah bisa dijadikan
sebagai subyek dalam epistemologi.
B. Ontologi
Ontologi adalah bagian metafisika yang
mempersoalkan tentang hal-hal yang berkenaan dengan segala sesuatu yang ada
atau the existence khususnya esensinya.Dalam dictionary of philosophy,James K
Frebleman mengatakan bahwa ontologi adalah “the theory of being qua being”
teori tentang keberadaan sebagai keberadaan.Menurut Aristoteles ontologi adalah
the first of philosophy dan merupakan ilmu mengenai esensi benda.Dari sekian
definisi ini dapat disimpulkan bahwa ontologi adalah salah satu bagian penting
dalam filsafat yang membahas atau mempermasalahkan hakikat-hakikat semua yang
ada baik abstrak maupun riil.Ontologi di sini membahas semua yang ada secara
universal,berusaha mencari inti yang dimuat setiap kenyataan meliputi semua
realitas dalam segala bentuknya.Jadi objek dari ontology adalah segala yang ada
dan tidak terikat pada satu perwujudan tertentu(hakikat).Hasbullah Bakry
mengatakan bahwa ontology mempersoalkan bagaimana menerangkan hakekat segala
yang ada baik jasmani maupun rohani dan hubungan antara keduanya.
Dalam penyelesaian masalah dan
pertanyaan tentang hakekat,lahirlah mazhab-mazhab ontology yang mencoba
menjawab semuanya melalui beberapa pendekatan yang berbeda
yaitu;Naturalisme,Materialisme,Idealisme,hylomorphisme dan Logic
Empiricism(Louis O Katsof).Untuk lebih jelasnya mari kita bahas satu persatu
kelima mazhab tersebut secara umum saja.
a)
Naturalisme
Menurut Hasbullah Bakri naturalisme juga
mempersoalkan bagaimana menerangkan hakikat segala yang ada baik rohani maupun
jasmani serta hubungan keduanya.Penganut naturalisme modern beranggapan bahwa
kategori pokok tentang kenyataan adalah kejadian-kejadian kealaman.Jadi
menuurut paham naturalisme ini semua kenyataan itu pasti bersifat kealaman yang
dapat ketahui dengan bebagai kejadian alam.
b)
Materialisme
Materialisme adalah teori yang
mengatakan bahwa atom materi yang berada sendiri dan merupakan unsur-unsur yang
membentuk alam.Menurut penganut materialisme hakikat dari suatu benda adalah
benda itu sendiri atau wujud materi dari benda tersebut dan dunia fisik itu
adalah satu.
c)
Idealisme
Idealisme adalah pandangan dunia
metafisik yang mengatakan bahwa realitas terdiri atas atau sangat erat
hubungannya dengan ide-ide,fikiran,akal dan jiwa.Jadi Idealisme juga merupakan
ajaran kefilsafatan yang berusaha menunjukkan agar kita dapat memahami materi
atau tatanan kejadian yang terdapat dalam ruang dan waktu sampai pada hakikat
terdalam dengan menggunakan ide,akal,fikiran-fikiran dan jiwa atau ruh.
d)
Hylomorphisme
Secara etimologi hylomorphisme berasal
dari bahasa yunani yaitu hylo yang berarti materi atau substansi dan morph atau
bentuk.Dari sini dapat disimpulkan bahwa tidak satu hal-pun yang ragawi itu
bukan merupakan kesatuan dari esensi dan eksistensi.Esensi adalahsegi tertentu
dari yang ada yang memasuki akal kita sehingga dapat diketahui atau bisa
dibilang wujud nyata suatu benda yang pertama kali dapat menyentuh akal kita
saat melihatnya.Menurut Mariatin esensi adalah sesuatu yang terdapat pada obyek
manapun yang dipikirkan secara langsung dan yang pertama dihadapkan pada
akal.Sedangkan eksistensi adalah hal-hal yang satu demi satu bersifat
khusus,mandiri dan mempunyai sarana lengkap untuk berada dan berbuat.
e)
Logic Empiricism
Logika adalah ilmu yang memberikan peraturan-peraturan
yang harus diikuti agar dapat berfikir valid sedangkan empris adalah
pengalaman-pengalaman atau fakta.Jadi Logic empiricism di sini adalah semua
pandangan yang sampai saat ini telah dibicarakan mendasarkan diri pada
penalaran akal dan semuanya memakai perangkat fakta yang sama sebagai landasan
penopang untuk menunjukkan kebenarannya.
C. Aksiologi
Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu
yang mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan ilmunya.Aksiologi adalah
istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu; axios yang berarti sesuai atau
wajar. Sedangkan logos yang berarti ilmu. Aksiologi dipahami sebagai teori
nilai. Jujun S.Suriasumantri mengartika aksiologi sebagai teori nilai yang
berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.Menurut John
Sinclair, dalam lingkup kajian filsafat nilai merujuk pada pemikiran atau suatu
sistem seperti politik, sosial dan agama. sedangkan nilai itu sendiri adalah
sesuatu yang berharga, yang diidamkan oleh setiap insan.
Aksiologi adalah ilmu yang membicarakan
tentang tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri.Jadi Aksiologi merupakan ilmu yang
mempelajari hakikat dan manfaat yang sebenarnya dari pengetahuan, dan
sebenarnya ilmu pengetahuan itu tidak ada yang sia-sia kalau kita bisa
memanfaatkannya dan tentunya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dan di jalan
yang baik pula. Karena akhir-akhir ini banyak sekali yang mempunyai ilmu
pengetahuan yang lebih itu dimanfaatkan di jalan yang tidak benar.
Pembahasan aksiologi menyangkut masalah
nilai kegunaan ilmu.Ilmu tidak bebas nilai.Artinya pada tahap-tahap tertentu
kadang ilmu harus disesuaikan dengan nilai-nilai budaya dan moral suatu
masyarakat; sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan oleh
masyarakat dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan bersama, bukan sebaliknya
malahan menimbulkan bencana.
Dalam
aksiologi, ada dua penilain yang umum digunakan yaitu;
1.
Etika
Etika adalah cabang filsafat yang
membahas secara kritis dan sistematis masalah-masalah moral.Kajian etika lebih
fokus pada prilaku,norma dan adat istiadat manusia.Etika merupakan salah-satu
cabang filsafat tertua.Setidaknya ia telah menjadi pembahasan menarik sejak
masa Sokrates dan para kaum shopis.Di situ dipersoalkan mengenai masalah
kebaikan, keutamaan, keadilan dan sebagianya.Etika sendiri dalam buku Etika
Dasar yang ditulis oleh Franz Magnis Suseno diartikan sebagai pemikiran
kritis,sistematis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan
moral. Isi dari pandangan-pandangan moral ini sebagaimana telah dijelaskan di
atas adalah norma-norma,adat,wejangan dan adat istiadat manusia.Berbeda dengan
norma itu sendiri,etika tidak menghasilkan suatu kebaikan atau perintah dan
larangan, melainkan sebuah pemikiran yang kritis dan mendasar.Tujuan dari etika
adalah agar manusia mengetahi dan mampu mempertanggungjawabkan apa yang ia
lakukan.
Didalam etika,nilai kebaikan dari
tingkah laku manusia menjadi sentral persoalan.Maksudnya adalah tingkah laku
yang penuh dengan tanggung jawab,baik tanggung jawab terhadap diri
sendiri,masyarakat,alam maupun terhadap tuhan sebagai sang pencipta.
Dalam perkembangan sejarah etika ada
empat teori etika sebagai sistem filsafat moral yaitu, hedonisme, eudemonisme,
utiliterisme dan deontologi. Hedoisme adalah padangan moral yang menyamakan
baik menurut pandangan moral dengan kesenangan. Eudemonisme menegaskan setiap
kegiatan manusia mengejar tujuan. Dan adapun tujuan dari manusia itu sendiri
adalah kebahagiaan.
Selanjutnya utilitarisme yang
berpendapat bahwa tujuan hukum adalah memajukan kepentingan para warga negara
dan bukan memaksakan perintah-perintah ilahi atau melindungi apa yang disebut
hak-hak kodrati. Selanjutnya deontologi, adala h pemikiran tentang moral yang
diciptakan oleh Immanuel Kant. Menurut Kant, yang bisa disebut baik dalam arti
sesungguhnya hanyalah kehendak baik. Semua hal lain disebut baik secara
terbatas atau dengan syarat. Misalnya kekayaan manusia apabila digunakan dengan
baik oleh kehendak manusia.
2.
Estetika
Estetika merupakan bidang studi manusia
yang mempersoalkan tentang nilai keindahan.Keindahan mengandung arti bahwa
didalam diri segala sesuatu terdapat unsur-unsur yang tertata secara tertib dan
harmonis dalam satu kesatuan hubungan yang utuh menyeluruh. Maksudnya adalah
suatu objek yang indah bukan semata-mata bersifat selaras serta berpola baik
melainkan harus juga mempunyai kepribadian.
Sebenarnya keindahan bukanlah merupakan
suatu kualitas objek, melainkan sesuatu yang senantiasa bersangkutan dengan
perasaan.Misalnya kita bengun pagi, matahari memancarkan sinarnya kita merasa
sehat dan secara umum kita merasaakan kenikmatan.Meskipun sesungguhnya pagi itu
sendiri tidak indah tetapi kita mengalaminya dengan perasaan nikmat. Dalam hal
ini orang cenderung mengalihkan perasaan tadi menjadi sifat objek itu, artinya
memandang keindahan sebagai sifat objek yang kita serap. Padahal sebenarnya
tetap merupakan perasaan.
Aksiologi berkenaan dengan nilai guna
ilmu,baik itu ilmu umum maupun ilmu agama, tak dapat dibantah lagi bahwa kedua
ilmu itu sangat bermanfaat bagi seluruh umat manusia, dengan ilmu sesorang
dapat mengubah wajah dunia.Berkaitan dengan hal ini,menurut Francis Bacon
seperti yang dikutip oleh Jujun.S.Suriasumatri yaitu bahwa “pengetahuan adalah
kekuasaan” apakah kekuasaan itu merupakan berkat atau justru malapetaka bagi
umat manusia. Memang kalaupun terjadi malapetaka yang disebabkan oleh ilmu,
bahwa kita tidak bisa mengatakan bahwa itu merupakan kesalahan ilmu, karena
ilmu itu sendiri merupakan alat bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan
hidupnya, lagi pula ilmu memiliki sifat netral, ilmu tidak mengenal baik
ataupun buruk melainkan tergantung pada pemilik dalam menggunakannya.
Nilai kegunaan ilmu, untuk mengetahui
kegunaan filsafat ilmu atau untuk apa filsafat ilmu itu digunakan, kita dapat
memulainya dengan melihat filsafat sebagai tiga hal,yaitu:
1.
Filsafat sebagai kumpulan teori digunakan memahami dan mereaksi dunia
pemikiran.
Jika seseorang hendak ikut membentuk
dunia atau ikut mendukung suatu ide yang membentuk suatu dunia, atau hendak
menentang suatu sistem kebudayaan atau sistem ekonomi, atau sistem politik,
maka sebaiknya mempelajari teori-teori filsafatnya. Inilah kegunaan mempelajari
teori-teori filsafat ilmu.
2.
Filsafat sebagai pandangan hidup.
Filsafat dalam posisi yang kedua ini
semua teori ajarannya diterima kebenaranya dan dilaksanakan dalam kehidupan.
Filsafat ilmu sebagai pandangan hidup gunanya ialah untuk petunjuk dalam
menjalani kehidupan.
3.
Filsafat sebagai metodologi dalam memecahkan masalah.
Dalam hidup ini kita menghadapi banyak
masalah. Bila ada batui didepan pintu, setiap keluar dari pintu itu kaki kita
tersandung, maka batu itu masalah. Kehidupan akan dijalani lebih enak bila
masalah masalah itu dapat diselesaikan. Ada banyak cara menyelesaikan masalah,
mulai dari cara yang sederhana sampai yang paling rumit. Bila cara yang
digunakan amat sederhana maka biasanya masalah tidak terselesaikan secara
tuntas.penyelesaian yang detail itu biasanya dapat mengungkap semua masalah
yang berkembang dalam kehidupan manusia.
Nilai itu bersifat objektif, tapi
kadang-kadang bersifat subjektif.Dikatakan objektif jika nilai-nilai tidak
tergantung pada subjek atau kesadaran yang menilai. Tolak ukur suatu gagasan
berada pada objeknya, bukan pada subjek yang melakukan penilaian. Kebenaran
tidak tergantung pada kebenaran pada pendapat individu melainkan pada
objektivitas fakta. Sebaliknya, nilai menjadi subjektif, apabila subjek
berperan dalam memberi penilaian; kesadaran manusia menjadi tolak ukur
penilaian.Dengan demikian nilai subjektif selalu memperhatikan berbagai pandangan
yang dimiliki akal budi manusia, seperti perasaan yang akan mengasah kepada
suka atau tidak suka, senang atau tidak senang.
Bagaimana dengan objektivitas ilmu?
Sudah menjadi ketentuan umum dan diterima oleh berbagai kalangan bahwa ilmu
harus bersifat objektif. Salah satu faktor yang membedakan antara peryataan
ilmiah dengan anggapan umum ialah terletak pada objektifitasnya. Seorang ilmuan
harus melihat realitas empiris dengan mengesampingkan kesadaran yang bersifat
idiologis, agama dan budaya. Seorang ilmuan haruslah bebas dalam menentukan
topik penelitiannya, bebas melakukan eksperimen-eksperimen. Ketika seorang
ilmuan bekerja dia hanya tertuju kepada proses kerja ilmiah dan tujuannya agar
penelitiannya be rhasil dengan baik. Nilai objektif hanya menjadi tujuan
utamanya, dia tidak mau terikat pada nilai subjektif.
BAB III
P E N U T U P
A.
Kesimpulan
Filsafat sangat luas pembahasannya yang
mana objek materinya meliputi segala yang ada bahkan yang mungkin ada sekalipun
baik tampak maupun tidak.Penelitian tentang filsafat terus berkembang dan tak
kan pernah berhenti,sehingga sampai saat ini banyak sekali penemuan-penemuan
para filsuf.
Secara garis besar ada tiga bagian
struktur filsafat yaitu;epistemologi,ontologi dan aksiologi.Epistemologi atau
teori pengetahuan membahas tentang bagaimana kita memperoleh
pengetahuan,ontologi atau teori hakikat membahas tentang hakikat segala sesuatu
yang melahirkan pengetahuan dan aksiologi atau teori nilai membahas tentang
guna pengetahuan.
Epistemologi sebagai teori pengetahuan
membahas tentang bagaimana mendapat pengetahuan,bagaimana kita bisa tahu dan
dapat membedakan dengan yang lain.Ontologi membahas tentang apa objek yang kita
kaji,bagaimana wujudnya yang hakiki dan hubungannya dengan daya pikir.Sedangkan
aksiologi sebagai teori nilai membahas tentang pengetahuan kita akan
pengetahuan di atas,klasifikasi,tujuan dan perkembangannya.
Dalam penyelesaian masalah dan
pertanyaan tentang hakekat,lahirlah mazhab-mazhab ontologi yang mencoba
menjawab semuanya melalui beberapa pendekatan yang berbeda yaitu
Naturalisme,Materialisme,Idealisme,hylomorphisme dan Logic Empiricism(Louis O
Katsof).
Dalam aksiologi, ada dua penilain yang
umum digunakan yaitu;Pertama Etika atau cabang filsafat yang membahas secara
kritis dan sistematis masalah-masalah moral dan yang Kedua Estetika atau bidang
studi manusia yang mempersoalkan tentang nilai keindahan.
DAFTAR
PUSTAKA
Syafiie, Inu Kencana, 2004, Pengantar
Filsafat. PT Rafika Aditama: ____
Katsof, O Louis,__________, Pengantar
filsafat. PT Tiara Wacana : ¬¬-Jogja
Romdon. Drs. MA,____ ,Ajaran Ontologi
Ilmu Kebatinan. _____: _____
Praja,Juhaya s, 1997,Aliran-Afilsafat
dan Etika. PT Yayasan Piara :Bandung
Azyumardi, Azza. Integrasi Keilmuan,
PPJM dan UIN Jakarta Press:Jakrta
Elmasyar, MA Bidin Masri, dkk, Integrasi
Ilmu Agama dan Ilmu Hukum, UIN Jakarta Press : Jakarta
Burhanuddin, Salam. 1997, Logika
Materil, Filsapat Ilmu Pengetahuan, Reneka Cipta: Jakarta
Jujun S, Sumatria Sumatri.1988, Filsafat
Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Sinar Harapan: Jakarta
0 Komentar "Antologi epistemologi aksiologi filsafat pendidikan islam "