pola pembelajaran ta'lim BAB IV

BAB IV
HASIL PENELITIAN

A.    Gambaran Umum Objek Penelitian
1.      Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Raudlatul Ulum I Putra
a.         Sejarah Singkat Berdirinya Pondok Pesantren Raudlatul Ulum I Putra
Onjek penelitian yang pertama ialah pondok Pesantren Raudlatul Ulum I Putra yang kemudian disingkat dengan nama PPRU I, merupakan pesantren yang di dirikan oleh KH. Yahya Sabrowi pada tahun 1949 M/1368 H. Yang terletak di Jalan Sumber Ilmu nomor 127 Desa Ganjaran Gondanglegi Kabupaten Malang.
KH Yahya Sabrowi di lahirkan pada tahun1907 M di desa kelpenang kecamatan sampang kabupaten sampang. Jika dari rentetan keturunan sang Ayah,memang tidak banyak silsilah yang dicatat. Hanya saja beliau adalah cucuk dari seorang yang wara’i. Akan tetapi dari pihak perempuan Ibunda beliau adalah putri dari KH Ismail (Ompul Sampang Madura), yang merupakan kakak perempuan dari KH Bukhori Ismail (Ganjaran) ayah dari Nyai Mamnunah yang kemudian menjadi istri beliau.
Pada tahun 1937, beliau mengikuti pamannya yang berada di Desa Ganjaran. Sewaktu berada di Desa ini beliau di nikahkan oleh KH Bukhori dengan putrinya yang bernama Nyai Mamnunah dan pada akhirnya beliau menetap tinggal di Desa Ganjaran.
Setelah kurang lebih dari  sepuluh tahun beliau mukim di Desa Ganjaran ini, barulah beliau membangun pondok pesantren Raudlatul Ulum I putra, putri.
Beliau membina santri dengan berbagai pengajian kitab kuning sebagai mana pondok pesantren salaf lainnya. Beliau bukan hanya mendirikan Pondok pesantren saja, tetapi beliau juga mendirikan Sekolah formal yang bernama Raudlatul Ulum Putra dan Putri, karena sekolah Formal ini antara putra dan Putri di pisah yang di bantu oleh para tokoh-tokoh masyarakat lainnya dan beliau juga terlibat dalam pembentukan  Sekolah Tinggi agama Islam yang sekarang di kenal dengan STAI Al-Qolam.
Oleh sebab itu, banyak sekali santri-santri nya yang mengenyam Pendidikan Formal, baik dari tingkatan MI sampai tingkatan ST (sekolah tinggi). dan nama Pondok Pesantrennya juga di beri nama yang sama dengan sekolah formalnya dan nama tersebut terus dilestarikan bagi penerus-penerusnya karena, Sekolah Formal yang terletak di Daerah Ganjaran dibentuk oleh para Mubaligh-Mubalig h sehingga banyak sekali Pondok Pesantren yang di atas namakan dengan Raudlatul Ulum. Tujuannya agar selalu tetap bersatu untuk mendidik masyarakat yang mengenyam pendidikan di tempat tersebut walaupun tempat Pondok Pesantrennya berbeda-beda.
Beliau wafat pada hari jum’at 27 November 1987, jam 18; 30 wib. Semoga ilmu dan Istiqomahnya akan tetap mengalir pada santri-santrinya. Amin.
Setelah pengasuh pertama wafat maka pada era generesasi kedua, di bawa kendali oleh almarhu K.H. Khozin Yahya putra pertama almarhum K.H Yahya Sabrowi, jumlah santri mengalami peningkatan lebih, mencapai 700 orang putra-putri pada masaini pula, didirikan lembaga madrasah diniyah yang ditujukan untuk: memberikan jalur alternatif bagi para santri yang kurang mampu secara ekonomi untuk sekolah formal dan membekali para santri dengan keilmuan kitab kuning sebelum sekolah formal.
Selajutnya ketika K.H Khozin Yahya wafat maka peda era ketiga dipimpin oleh K.H Ahmad Hariri Yahya, K.H Muhlis Yahya dan K.H.M Madarik Yahya, tiga adik kandung K.H Khozin Yahya ini yang menruskan menjadi pimpinapondok pesantren Raudlatul Ulum I Ganjaran Gondanglegi Malang ini dengan di bantu oleh beberapa keluarga yang lain, dalam sebuah wadah kelembagaan yang disebut dengan dewan pengasuh.[1]

b. Visi Pondok Pesantren
Adapun Visi pondok pesantren ini ialah:
                              Menjadi lembaga pendidikan agar terkemuka penghail pemimpin ummat yang islami, dan profisional dan berhaluan ahl al-Sunnah Waljama’ah [2]

c. Misi Pondok Pesantren
               Adapun misi dari pondok pesantren ini ialah:
a)   Mengembangkan menagemen kepemimpinan dan tata kelolah keorganisasian, sesuai dengan visi yayasan, kebutuhan aktual masyarakat, standarisasi yang ditetapkan oleh pemerintahn dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
b)   Meneyelengarakan dan mengembangkan pembelajaran IMTAQ (iman dan taqwa) sesuai dengan haluan al-sunnah wal-jama’ah.
c)   Mengebangkan pola interaksi sosial, baik internal maupun external, yang mampu membentuk kepribadian yang jujur dan kesatrian (shidq), bertangung jawab (amanah), peka dan peduli (fathanah), berani dan terbuka (tabligh), ikhlas dalam beramal, serta santun terhadap siapa saja.
d)  Menyelengarakan dan mengembangkan sistem pendidikan yang berorientasi kepada spesialisasi bidang keilmuan dan keterampilan; ilmua keislaman berbasis kitab kunig, ilmu-ilmu sosial dan humniora, ilmu-ilmu teknologi informasi, dan keterampilan.
e)   Menyelengarakan dan prakit pemberdayaan masyarakat di bidang sosial  keagamaan secara profosional.[3]
d. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Raudlatul Ulum I Putra Ganjaran Gondanglegi Malang 
 









Keamanan
Jumaidi S.Pdi.
 







Gambar 1.1 Setruktur organisasi PPRU I Putra Ganjaran Gondanglegi Malang[4]


e.         Struktur Organisasi Kelas
Struktur organisasi kelas sangat dibutuhkan dalam kelas karna bisa membantu guru dalam menjalankan proses belajar mengajar ketika di mulai berikut ini satruktur organisasi kelas VI B
Wali Kelas
Abdurrosid S.Pdi
 
 



Ketua
Abdul Malik
 
                                                               

 
















Gambar 1.2. Struktur Organisasi Kelas VI B Tahun 2013-2014 pondok pesantren raudlatul ulum I Putra Ganjaran Gondanglegi Malang[5]
Dari struktur di atas dapat peneliti simpulkan bahwa dalam kelas membutuhkan pemimpin juga untuk berjalanya kelancaran pembelajaran baik ketika ada guru maupun tidak ada guru.

f.       Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Raudlatul Ulum I Putra Ganjaran Gondanglegi Malang

Untuk mengetahui sarana fisik Pondok pesantren Raudlatul Ulum I Putra gondanglegi Malang, penulis melakukan penggalian data melalui observasi secara langsung di lokasi penelitian didukung oleh data dokumentasi yang penulis peroleh.
Proses pelajaran sebaik apapun tidak bisa dilepaskan dari adanya sarana dan prasarana yang mendukung berjalannya proses tersebut, sebab keberadaan dan kelengkapan sarana dan prasarana juga menjadi salah satu faktor penentu berhasil atau tidaknya proses pembelajaran.
Oleh karena itu, dalam suatu lembaga, baik lembaga pendidikan maupun yang lainnya, harus memiliki sarana dan prasarana. Sebab, sarana dan prasarana disini memiliki arti penting dalam melaksanakan segala aktifitas yang sudah terprogram dan yang sudah direncanakan oleh lembaga tersebut. Sarana dan prasarana tersebut dapat berupa fisik maupun nun fisik misalnya, sarana berupa bangunan-bangunan dan hal lain yang berupa materi. Sedangkan yang berupa sarana non fisik dapat berupa bimbingan maupun fikiran, namun yang lebih dominan yang dimaksud disini adalah sarana yang berupa fisik.
Berpijak pada urayan tersebut, sudah barang tentu Pondok Pesantren Raudlatul Ulum I Putra Ganjaran Gondanglegi Malang sebagai lembaga memiliki seperangkat sarana dan prasarana yang memadai yang digunakan dalam rangka melaksanakan segala aktivitas pesantren, baik yang berupa aktivitas keagamaan, kependidikan maupun kemasyarakatan.
Sarana dan prasarana Pondok Pesantren Raudlatul Ulum I Putra Ganjaran Gondanglegi Malang pada saat ini berkembang sangat pesat. Salah satunya ditandai dengan adanya gedung dan aula yang dijadikan tempat proses belajar mengajar serta pembagian dalam proses belajar mengajar di Pondok Pesantren Raudlatul ulum I Putra. Akan tetapi sarana dan prasarana yang dimiliki pondok Pesantren ini masih belum mencapai taraf kesempurnaan. Hal ini disebabkan oleh kurangnya dana untuk melengkapi kekurangan sarana dan prasarana tersebut.
Adapun mengenai sarana dan prasarana pondok Pesantren Raudlatul Ulum I Putra Ganjaran Gondanglegi Malang pada saat ini dapat dilihat pada table sebagai berikut.



Tabel 4.1 Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Raudlatul Ulum I Putra    Ganjaran Gondanglegi Malang[6]
No
Jenis Sarana
Jumlah
Keterangan
1
Kamar Putra
40
Terpakai
2
Aula (tempat pertemuan
1
Terpakai
3
Masjid/Musholla
1
Terpakai
4
Kantor  pondok
1
Terpakai
5
Ruang tamu
1
Terpakai
6
Kamar  mandi Putra
17
Terpakai
7
Gudang
4
Terpakai
8
Dapur putra
1
Terpakai
9
Konveksi
1
Terpakai
11
Bese Camp (komunitas Arab)
3
Terpakai

Sebagai catatan, lembaga yang baik bukanlah lembaga yang hanya memiliki sarana dan prasarana yang lengkap, tetapi sebuah lembaga yang mampu memanfaatkan sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sebuah lembaga, namun jika tidak diikuti dengan pengelolaan yang baik hanya akan menjadikan kelengkapan sarana dan prasarana yang dimiliki oleh lembaga tersebut sebagai hiasan saja.
g.      Kitab-Kitab Yang Diajarkan dalam Pondok Pesantren Raudlatul Ulum I Putra Ganjaran Gondanglegi Malang
Pondok Pesantren Raudlatul Ulum I Putra Ganjaran Gondanglegi Malang adalah salah satu  yang menyelenggarakan proses pendidikan sesuai dengan ketentuan-ketentuan Islam, maka yang menjadi dasar dalam Pendidikan Pondok Pesantren ini adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah. Hal ini menjadi corak yang paling mendasar bagi pelaksanaan aktivitas Islam secara menyeluruh.
Pesantren ini juga mempunyai tujuan yang ingin dicapai dari aktifitas atau kegiatan yang dilaksanakan didalam Pondok Pesantren tersebut. Namun secara kongkrit, tujuan ini belum tersusun kedalam rumusan yang kemudian dijadikan setandar pengukuran bagi keberhasilan kependidikannya. Adapun tujuan Pondok Pesantren Raudlatul Ulum I Putra ini adalah untuk mewujudkan generasi yang bertaqwa kepada Allah SWT, berakhlakul karimah, mampu mengemban amanah, mengajak dan mengerjakan amar ma’ruf nahi mungkar. Kendatipun demikian, secara implicit dinyatakan bahwa tujuan utama dan yang paling mendasar yang ingin dicapai oleh Pondok Pesantren Raudlatul Ulum I Putri Gondanglegi Malang ini adalah pembentukan akhlakul karimah yang sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran-ajaran syari’at Islam. Hal inilah yang menyebabkan berbagai kitab klasik (kuning) yang di suguhkan kepada santriwati seperti di bawah ini:




Tabel 4.2 Daftar Kajian Kitab Kuning Pondok Pesantren Raudlatul Ulum I Putra 2013-2014 [7]
No
Nama Kitab
Ustadz
1
تفسير الجلالين
Gus Abdurrahman Said
2
احياء علوم الد ين
Gus Abdurrahman Said
3
متممه
Gus Nashihuddin Khozin
4
منهاج العا بدين
Gus Nashihuddin Khozin
5
ابن عقيل
Gus Nashihuddin Khozin
6
خلا صة نوراليقين 
Ust Fawaid Azman
7
مبادئ الفقهيته
Ust Muhammad Yusqi
8
تجويدالقران
الا خلاق للبنين
Ust Mashudi Halim
9
الاخلاق للبنين
عقيدةالعوام
Ust Syaiful Arifin
10
مبادئ فقهيه
تجويدالقران
خلاصةنوراليقين
Ust Ahmad Habibi
11
العوامل الاجرومية
سفينةالنجاه
تيسيرالخلاق
تعلم المتعلم
Ust Abdurrosid
12
قواعدالصرفيه
جواهرالكلامية
Ust ABD Rofiq

h.      Santri Pondok Pesantren Raudlatul Ulum I Putra Ganjaran Gondanglegi Malang
Adapun Santri merupakan wadah kegiatan dalam mengemban dan mengaktifkan kegiatan para Santri baik keluar maupun kedalam, sehingga diharapkan nantinya para santri sudah mampu membentuk lembaga pendidikan yang semacam pesantren apabila telah mengabdi pada nantinya.
Sejalan dengan berlalunya waktu jumlah Santri di Pondok Pesantren Raudlatul Ulum I Putra ini mengalami perkembangan yang cukup signifikat. Hal ni sesuai dengan yang diutarakan oleh ketua majlis Tarbiyah  Santriwati Isnaini Mukhsin bahwasannya Santri dari tahun ke-tahun mengalami perkembangan yang sangat pesat.
Seluruh Santri Yang berada di Pondok Pesantren Raudlatul Ulum I Putra Ganjaran Gondanglegi Malang minimal adalah lulusan MI/SD atau sederajat. Mereka diwajibkan mengikuti seluruh kegiatan yang sudah di program oleh Pondok Pesantren Raudlatul Ulum I Putra Ganjaran Gondanglegi Malang seperti: Sholat maghrib dan subuh berjema’ah, istighosah, halaqoh dan pengajian kitab kuning serta aktivitas rutin yang sering dilakukan di Pondok Pesantren Raudlatul Ulum I Putra Ganjaran Gondanglegi Malang, misalnya: pembacaan diba’, manakib dan berjanji pada malam minggu atau malam senin serta pembacaan tahlil pada malam jum’at.
Adapun data jumlah Santri Pondok Pesantren Raudlatul Ulum I Putra Ganjaran Gondanglegi Malang dari tahun ke-tahun dapat dilihat dari table berikut ini.
Tabel 4.3 Jumlah Santri Pondok Pesantren Raudlatul Ulum I Putra Ganjaran Gondanglegi Malang Tahun 1949-2012[8]
No
Tahun
Jumlah
No
Tahun
Jumlah
No
Tahun
Jumlah
1
1945
25
22
1970
175
43
1991
180
2
1950
50
23
1971
85
44
1992
200
3
1951
90
24
1972
150
45
1993
200
4
1952
80
25
1973
170
46
1994
250
5
1953
80
26
1974
125
47
1995
175
6
1954
90
27
1975
125
48
1996
175
7
1955
120
28
1976
130
49
1997
180
8
1956
120
29
1977
195
50
1998
150
9
1957
120
30
1978
185
51
1999
150
10
1958
120
31
1979
170
52
2000
150
11
1959
120
32
1980
200
53
2001
160
12
1960
150
33
1981
195
54
2002
170
13
1961
170
34
1982
125
55
2003
170
14
1962
180
35
1983
150
56
2004
190
15
1963
175
36
1984
150
57
2005
195
16
1964
175
37
1985
150
58
2006
200
17
1965
200
38
1986
150
59
2007
200
18
1966
180
39
1987
175
60
2008
130
19
1967
160
40
1988
150
61
2009
174
20
1968
165
41
1989
150
62
2010
233
21
1969
150
42
1990
170
63
2011
230
64
2012
340

Melalui table tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa secara kuantitas jumlah Santriwati dari tahun ke-tahun mengalami peningkatan yang cukup baik, dan secara tidak langsung hal ini menunjukkan tantang banyaknya minat peserta didik  yang ingin menjadi Santri di Pondok Pesantren Raudlatul Ulum I Putra Desa Ganjaran Gondanglegi Malang. Bahkan santri bukan hanya berasal dari daerah luar Jawa Timur saja melainkan lebih banyak dominan dari luar Jawa seperti Kalimantan Barat, Madura dan Jawa Barat.
Dalam hal ini status Santriwati yang berada di Pondok Pesantren Raudlatul Ulum I Putra Desa Ganjaran Gondanglegi Malang, selain mereka bersetatus menjadi Santriwati mereka juga bersetatus sebagai Siswi baik tingkat MTs, MA, SMK dan ST (sekolah tinggi) dan ada juga yang menjadi Siswi Madrasah Diniyah.

2.      Sejarah Pondok Pesantren Miftahul Ulum Raudlatul Ulum IV Putra Ganjaran Gondanglegi Malang

a.      Sejarah Singkat Pondok Pesantren Miftahul Ulum Raudlatul Ulum IV Putra Ganjaran Gondanglegi Malang
Objek penelitian yang kedua yaitu Pondok Pesantren Miftahu Ulum beralamat di Jalan Sumber Waras Nomor 02 Desa Ganjaran Kecamatan Gondanglegi Kabupaten Malang. Pondok pesantren ini didirikan sejak tahun 1955 M oleh Hadratus Syeh KH. As`ad Isma`il (Alm.) bersama dengan warga masyarakat Desa Ganjaran, dan beliau juga sekaligus sebagai pendiri dan pengasuh pesantren Miftahul Ulum yang pertama. Sedangkan yang menjabat sebagai pengasuh pesantren yang sekarang adalah KH.Alimuddin As`ad, putra bungsu dari enam bersaudara dari KH.As`ad Isma`il, dan beliau merupakan pengasuh yang ke empat, menggantikan KH. Abdul Hannan As`ad (pengasuh ke II) yang wafat pada tahun 1999 M, dan KH. Kholili Nawawi (pengasuh ke III) yang wafat pada tahun 2005.
Pada awal berdirinya, Pondok Pesantren Miftahul Ulum didirikan di atas tanah seluas 60x100 m2 dengan satu bangunan untuk asrama santri berukuran 4 x 12m, di bagi menjadi tiga buah ruangan atau kamar masing-masing berukuran 4 x 3m, sedangkan ruangan belajar santri menempati mushalla pesantren yang kondisinya sangat sederhana.
Sejak awal pendiriannya, pengajaran yang ada di pondok pesantren ini tergolong podok pesantren salafiyah, hal ini dapat terlihat dari keadaan pondok pesantren yang tetap mempertahankan Kitab-kitab Islam klasik atau yang lebih sering di sebut dengan istilah kitab kuning sebagai inti pendidikan pesantren. dalam bentuk klasikal pada jenjang madrasah diniyah.
Pondok Peantren Miftahul Ulum Ganjaran Gondanglegi Malang secara sepintas bisa dikatakan bahwa skisistensianya cukup inten dengan berbagai kegiatan-kegiatan kemasyarakatan.
Sampai saat ini Pondok Pesantren Miftahu Ulum Ganjaran Gondanglegi Malang, masih berkecimpung dengan kegiatan sosial dan kemasyarakatan, misalnya, kumpulan pengajian masayarakat tua-tua, pengajian atau kumpulan ibu-ibu, santunan anak yatim yang dilaksanakan sore hari.[9]
Adapun visi dan misi pondok pesantren Miftahul Ulum adalah sebagai berikut:

b.Visi Pondok Pesantren

Visi Pondok Pesantren Miftahul Ulum Raudlatul Ulum IV Putra Ganjaran Gondanglegi Malnag.
a)         Untuk  membina  para  santri  agar  berkepribadian muslimah yang  sesuai  dengan  ajaran Islam Ahlus Sunnah Wal Jama’ah,
b)Menanamkan  rasa  keagamaan  pada  berbagai  kehidupannya
c)         Mencetak Santri sholeh yang berguna bagi  agama,  masyarakat  dan  Negara.[10]

c.         Misi Pondok Pesantren

Berikut ini merupakan misi dari Pondok Pesantren Miftahul Ulum Raudlatul Ulum IV Putra antara lain:
a)    Mengembangkan pesantren  secara  keilmuan  dan  kelembagaan
b)     Melakukan  pencerahan  kepada  masyarakat  melalui  kegiatan  belajar mengajar, tarbiyah  dan  ta’dib
c)      Mengembangkan  kompetensi lulusan  pondok  pesantren  melalui pembekalan  moral, skill  dan  pengokohan  dibidang  ilmiah  amaliah  serta  pengembangan  wawasan.[11]

d.   Struktur organisasi Pondok Pesantren Miftahul Ulum Raudlatul Ulum VI Putra Ganjaran Gondanglegi Malang
Struktur organisasi merupakan suatu kerangka atau susunan yang menghubungkan hubungan antara komponen yang satu dengan yang lainnya, sehingga jelas tugas, wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam suatu kebulatan yang utuh. Adapun struktur organisasi Pondok Pesantren Miftahul Ulum Raudlatul Ulum IV Putra seperti yang tertera dibawah ini:










 






















           

Gambar 1.1. Struktur Organisasi PPRU IV Putra Ganjaran Gondanglegi Malang.[12]
e.    Struktur Organisasi Kelas
Struktur organisasi kelas sangat dibutuhkan dalam kelas karna bisa membantu guru dalam menjalankan proses belajar mengajar ketika di mulai berikut ini satruktur organisasi kelas A

Wali Kelas
Muslim
 
 



Ketua
Abdussalam
 
                                                               

 

















Gambar 1.2. Struktur Organisasi Kelas A Tahun 2013-2014 PP Miftahul Ulum IV Putra Ganjaran Gondanglegi Malang[13]

Melihat tabel di atas peneliti bisa menyimpulkan bahwa struktur di atas bukan lah hanya sekedar pajangan atau perhiasan kelas saja melainkan juga mempunyai ketangung jawaban untuk melaksakan apa-apa yang berkaitan di dalam kelas seperti kebersihan, kedisiplinan santri, dan eksisnya kelas ketika belajar mengajar di mulai.

f.     Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Miftahul Ulum Raudlatul Ulum IV Putra Ganjaran Gondanglegi Malang
Sarana Pondok Pesantren merupakan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan untuk menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar Pondok Pesantren seperti: Kamar, tempat belajar, musholla serta perlengkap laninya. Adapun yang dimaksud dengan prasarana Pesantren adalah fasilitas secara tidak langsung menunjang proses pengajaran seperti halaman, jalan menuju Pesantren dan sebagainya.
                        Sarana dan prasarana sangat penting bagi sebuah kelangsungan Pondok Pesantren karena keberadaannya akan menjadikan kegiatan proses belajar mengajar lebih mudah dan lancar. Untuk mengetahui keadaan sarana dan prasarana Pondok Pesantren Miftahul Ulum Raudlatul Ulum IV Putra dapat dijelaskan sebagai berikut :
Tabel 4.1 Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Miftahul Ulum Raudlatul Ulum IV Putra Ganjaran Gondanglegi Malang.[14]
No
Jenis Bangunan
Jumlah
Keterangan
1.
Kamar santri
23
Kondisi baik
2
Kamar tamu
2
Kondisi baik
3
Kamar mandi santri
13
Kondisi baik
4
Kamar mandi tamu
2
Kondisi baik
5
Kantor podok pesantren
1
Kondisi baik
6
Kntor madrasah diniyah
1
Kondisi baik
7
Musholla
1
Kondisi baik
8
Aula
1
Kondisi baik
9
Koperasi
1
Kondisi baik
10
Ruang kelas madrasah dini
9
Kondisi baik
         

  1. Kitab-Kitab Yang Diajarkan dalam Pondok Pesantren Miftahul Ulum Raudlatul Ulum IV Putra Ganjaran Gondanglegi Malang
Pondok Pesantren Miftahul Ulum Raudlatul Ulum IV Putra Ganjaran Gondanglegi Malang adalah salah satu pesantren yang menyelenggarakan proses pendidikan sesuai dengan ketentuan-ketentuan Islam, maka yang menjadi dasar dalam Pendidikan Pondok Pesantren ini adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah. Hal ini menjadi corak yang paling mendasar bagi pelaksanaan aktivitas Islam secara menyeluruh.
Karena itu, Pondok Pesantren Miftahul Ulum Raudlatul Ulum IV Putra Ganjaran Gondanglegi Malang ini mempunyai tujuan yang sangat intelek yaitu: menginginkan santriwatinya menjadi santriwati yang dapat berguna khususnya dalam masyarakat disekitarnya dan juga menginginkan santriwati yang taat pada ajaran agamanya. Karena itulah, pondok Pesantren ini Mempelajari berbagai kitab kuning yang dapat di mutola’ah dan di praktekkan oleh santriwati.
Berikut ini Kitab-kitab yang di pelajari di Pondok Pesantren Miftahul Ulum  Raudlatul Ulum IV Putra Ganjaran Gondanglegi Malang.
Tabel 4.2 Daftar Kajian Kitab Kuning Pondok Pesantren Miftahul Ulum Raudlatul Ulum IV Putra Ganjaran Gondanglegi Malang 2013-2014.[15]
NO
KITAB
USTADZ
1
تيسير الخلاق
Ust. Sutriadi
2
اخلاق للبنين
Ust Baharudin
3
القران
Ust.Tplib
4
برالوالدين
تعلم المتعلم
Ust. Muslim
5
اصفو ر ية
Ust. Dahlan
6
 فتح القريب
Ust. Ulil
7
بدية الهديه
Ust. Ahmad Shodik
8
رياض الصالحين
Ust. Nur Hasan
9
نصا ئح العباد
Ust. Agus Ibad
10
نورالظلام
Ust. Yusrol
11
نهاية الزين
Ust. Biadi
12
تنبه الغافلين
Ust. Abdurrohman
           
  1. Santri Pondok Pesantren Miftahul Ulum Raudlatul Ulum IV Putra Ganjaran Gondanglegi Malang
Santri adalah seseorang yang dijadikan obyek sekaligus sebagai subyek dalam pendidikan, dalam hal ini santri yang sangat berperan dalam pembelajaran. Minat, bakat, motivasi, dan juga dukungan dari santriwati itu yang menjadikan berhasil tidaknya sebuah lembaga pendidikan Pondok Pesantren.
Adapun data mengenai Pondok Pesantren Miftahul Ulum Raudlatul Ulum IV Putra Ganjaran Gondanglegi Malang pada tahun 2013-2014 sebanyak 175. Sedangkan banyaknya santri dari pertama berdiri sudah tidak bisa di ketahui, karena data mengenai santri telah banyak yang hilang sehingga data yang ada hanya pada tahun 2000 saja, di sebabkan karena Pondok Pesantren menurut penuturan Ketua Pondok Pesantren Miftahul Ulum. Maka peneliti hanya dapat mengakses dari tahun yang telah di sebutkan di atas dan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:


Tabel 4.3 Jumlah Santri Pondok Pesantren Miftahul Ulum Raudlatul Ulum IV Putra Ganjaran Gondanglegi Malang pada Tahun 2000-2014.[16]
No
Tahun
Jumlah
1
2000
105
2
2001
117
3
2002
134
4
2003
135
5
2004
139
6
2005
144
7
2006
147
8
2007
150
9
2008
156
10
2009
157
11
2010
159
12
2011
162
13
2012
170
14
2013
170
15
2014
175

Melalui tabel tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa Sejak awal berdirinya Pondok Pesantren ini sampai sekarang mengalami perkembangan yang signifikan secara kuantitas jumlah Santriwati dari tahun ke-tahun mengalami peningkatan dan secara tidak langsung hal ini menunjukkan tantang banyaknya minat peserta didik  yang ingin menjadi Santri di Pondok Pesantren Miftahul Ulum Raudlatul Ulum IV Putra Ganjaran Gondanglegi Malang.
Sehubungan dengan ini. Santri bukan hanya berasal dari daerah luar Jawa Timur saja melainkan lebih banyak berasal dari Daerah Luar Jawa seperti Kalimantan Barat, Madura dan Sumatera.
Sedangkan status Santri yang berada di Pondok Pesantren Miftahul Ulum Raudlatul Ulum IV Putra Ganjaran, selain mereka bersetatus menjadi Santri mereka juga bersetatus sebagai Siswi baik tingkat MI, MTs, MA dan ST (sekolah tinggi).

3.      Sejarah Pondok Pesantren Al-Bukhori Raudlatul Ulum V Putra Ganjaran Gondanglegi Malang

a.      Sejarah Singkat Pondok Pesantren Al-Bukhori Raudlatul Ulum V Putra Ganjaran Gondanglegi Malang
Nama pesantren yang dijadikan objek penelitian yang ketiga adalah “Pondok Pesantren Al-Bukhori Raudlatul Ulum V Putra Ganjaran Gondanglegi Malang”. Nama Pondok Pesantren “Al-Bukhori” ini diambil dari nama Abah beliau yaitu KH. Bukhori Ismail, tujuannya: Agar santri-santrinya dapat mengikuti jejak beliau khususnya dalam hal menjalankan agama dan dapat menjadi pembawa hikmah bagi masyarakat di mana mereka berada. Nama pesantren tersebut secara resmi dipakai pada tahun 1920 oleh KH. Bukhori. Sedangkan nama Raudlatul Ulum diambil dari Sekolah Formal yang terletak di Desa Ganjaran Gondanglegi Malang. Banyak sekali yang mengatas namakan Raudlatul Ulum tujuan ini kerena pendiri Sekolah Formal ini adalah tokoh-tokoh Ulama yang berada di Desa Ganjaran yang di dukung oleh masyarakat setempat, agar Pondok Pesantren khususnya yang berada di Desa Ganjaran Gondanglegi Malang tetap bersatu dalam menjalankan misi dari Sekolah Formal tersebut, maka sejumlah  pengasuh mengatas namakan Pondok pesantrennya dengan nama Raudlatul Ulum.
Lokasi pesantren ini secara geografis terletak di Desa Ganjaran, Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang, tepatnya di depan Masjid As-Syafi’iyah Desa Ganjaran.
Sebenarnya Pondok Pesantren Al-Bukhori atau Raudlatul Ulum V Putra Ganjaran Gondanglegi Malang telah ada sejak tahun1920 yang didirikan oleh KH. Bukhori Ismail beserta istrinya Ny. Fatma, tetapi beliau hanya mendirikan Pondok Pesantren Putra saja dan setelah diganti oleh putra Bungsunya yaitu: “KH. Mujtaba Bukhori” barulah Pondok Pesantren Putra ini didirikan pada tahun 2001.[17]
Proses berdirinya Pondok Pesantren Al-Bukhori Raudlatul Ulum V Putra Ganjaran Gondanglegi Malang, bermula ketika istri KH. Mujtaba Bukhori yaitu  Ny. Surohah berada di dalemnya (rumah) sendirian, beliau merasa kasihan melihat istrinya, maka beliau mempunyai inisiatif untuk mencarikan teman istri tercintanya tersebut. Tetapi lambat laun ada beberapa orang yang ingin menitipkan putrinya kepada beliau untuk di didiknya, dengan pertimbangan yang cukup matang beliau mengizinkannya oleh sebab itulah KH. Mujtaba Bukhori mendirikan Pondok Pesantren Al-Bukhori Raudlatul Ulum V Putra Ganjaran Gondanglegi Malang.

b.   Visi Pondok Pesantren
      Visi adalah gambaran masa depan yang diinginkan oleh pondok Pesantren, agar pesantren yang bersangkutan dapat menjamin kelangsungan hidup dan berkembangannya. Dengan kata lain visi harus tetap dalam koridor kebijakan Pendidikan Pesantren akan tetapi harus sesuai dengan kebutuhan Santriwati dan masyarakat setempat. Berikut ini adalah visi dari Pondok Pesantren Al-Bukhori Raudlatul Ulum V Putra Ganjaran Gondanglegi Malang antara lain:
a)    Untuk  membina  para  santri  agar  berkepribadian muslimah yang  sesuai  dengan  ajaran Islam  Ahlus-Sunnah  Wal  Jama’ah,
b)   Mencetak Santri yang berahlakul karimah terhadap masyarakat dan Negara
c)     Menciptakan santri yang sholehah dan berbakti kepada kedua Orang Tua dan menjaga nama baik Pondok Pesantren.[18]

c.       Misi Pondok Pesantren
               Misi adalah tindakan untuk mewujudkan/merealisasikan visi tersebut. Karena visi harus mengakomodasi semua kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah, maka misi juga diartikan sebagai tindakan untuk memenuhi kepentingan masing-masing kelompok yang terkait dengan pesantren. Berikut ini adalah misi dari Pondok Pesantren Al-Bukhori Raudlatul Ulum V Putra Ganjaran Gondanglegi Malang antara lain:
a)    Menumbuhkan penghayatan pengamalan terhadap ajaran agama dan budi pekerti.
b)   Melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara efektif agar mencapai tujuan yang optimal
c)   Menerapkan disiplin kedalam kegiatan sehari-hari sehingga tercipta suasana yang kondusif.
d)  Mengembangkan sumberdaya Santri melalui pendekatan keagamaan, keilmuan serta keterampilan sebagai penunjang proggram Pondok Pesantren[19]

d.      Struktur Organisai Pondok Pesantren Al-Bukhori Raudlatul Ulum V Putra Ganjaran Gondanglegi Malang
Dalam rangka mewujudkan Pondok Pesantren sebagai lembaga pendidikan, maka dalam aktifitas sehari-hari gerak langkah komponen-komponen pendukung Pondok Pesantren Al-Bukhori Raudlatul Ulum V Putra Ganjaran Gondanglegi Malang dibingkai dalam sebuah tata kerja yang harmonis. Adapun struktur organisasi akan penulis gambarkan sebagai berikut
 





















Gambar 1.1. Struktur Organisasi PPRU V Putra Ganjaran Gondanglegi Malang.[20]

e.            Struktur Organisasi Kelas
Wali Kelas
Kholilurrohim
 
Struktur kelas sangat di butuhkan dalam lembaga pendidikan dikarenakan bisa membatu guru untuk mengetahui mengetahui siapa yang menjadi acuan didalam kelas ketika ada salah satu santri yang tidak hadir atau pun seabagainya maka dari itu dibentuklah sebuah struktur kelasa sebagai berikut :

Ketua
Abdul Hafidz
 
                                                               

 
















Gambar 1.2. Struktur Organisasi Kelas IV Tahun 2013-2014 PP Albukhori RU V Putra Ganjaran Gondanglegi Malang.[21]

Melihat tabel di atas peneliti bisa menyimpulkan bahwa struktur di atas bukan lah hanya sekedar pajangan atau perhiasan kelas saja melainkan juga mempunya ketangung jawaban untuk melaksakan apa-apa yang berkaitan di dalam kelas seperti kebersihan, kedisiplinan santri, dan eksisnya kelas ketika belajar mengajar di mulai.


f.              Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Al-Bukhori Raudlatul Ulum V Putra Ganjaran Gondanglegi Malang
Dalam rangka mencapai target kualitas Pondok Pesantren yang  bermutu, tentunya tidak terlepas dari beberapa faktor pendukung yang berupa sarana dan prasarana secara fisik, seperti: lingkungan pesantren yang memadai serta peralatan-peralatan yang dapat membuat santri nyaman dalam beraktivitas belajar kitab kuning maupun pelajaran-pelajaran umum lainnya. Adapun sarana dan prasarana yang berada di Pondok Pesantren Al-Bukhori Raudlatul Ulum V Putra Ganjaran Gondanglegi Malang sebagai berikut.




Tabel 4.1. Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Al-bukhori raudlatul Ulum V Putra Ganjaran Gondanglegi Malang.[22]

No
Jenis Sarana
Jumlah
Keterangan
1
Kamar Santri
17
Terpakai
2
Aula (tempat pertemuan
1
Terpakai
3
Masjid/Musholla
1
Terpakai
4
Kantor
1
Terpakai
5
Ruang tamu
1
Terpakai
6
Kamar  mandi
4
Terpakai
7
Jeding
3
Terpakai
9
Lab Komputer
1
Terpakai
11
Koprasi
1
Terpakai

g.        Kitab-Kitab yang di Pelajari di Pondok Pesantren Al-Bukhori Raudlatul Ulum V Putra Ganjaran Gondanglegi Malang
               Dasar pelaksanaan pembelajaran di Pondok Pesantren Al-Bukhori Raudlatul Ulum V Putra Ganjaran Gondanglegi Malang adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai mana lembaga pendidikan Pondok Pesantren lainnya. Adapun tujuan umum dari Pondok Pesantren Al-Bukhori Raudlatul Ulum V Putra Ganjaran Gondanglegi Malang ini adalah mewujudkan generasi yang bertaqwa kepada Allah SWT, berahlakul karimah, mampu mengemban amanah serta mampu mengerjakan amar ma’ruf nahi mungkar. Dalam mencapai hal ini Pondok Pesantren Al-Bukhori Raudlatul Ulum V Putra Ganjaran Gondanglegi Malang memberikan pelajaran-pelajaran yang dapat mendukung atau menunjang tercapainya tujuan dengan pelajaran kitab-kitab salafi yang dapat membangun santriwati dalam menjalankan amanah yang telah diembannya. Berikut ini table yang akan menggambarkan kitab-kitab yang dikaji dalam Pondok Pesantren Al-Bukhori Raudlatul Ulum V Putra Ganjaran Gondanglegi Malang.
Tabel 4.2. Daftar Kajian Kitab Kuning Pondok Pesantren Al-Bukhori Raudlatul Ulum V Putra Ganjaran Gondanglegi Malang 2013-2014.[23]
No
Kitab
Ustadz



1


تفسير الجلالين
الفية ابن مالك



KH. Mujtaba Bukhori



2

رياض الصالحين
مهداب

Gus. Hasbullah huda M. Ag

3
دقائق الاخبر
Ning farhatun Nisa S. Pdi

4

كىلاني
تو حيد

Ust. Jamaluddin


5

تعلم المتعلم
تو حيد

Uts. Ismail


6
فتح القريب
تو حيد

Ust. Kholilurrohim

7
نحو
كىلاني

Ust. Rofiq

8

المبا دى الفقهيه
فتح القريب


Ust. Khoiri

9

صراف

Ust. Qomar


10

محتار الحد يث
تيسير الخلاق

Uts. Abdulloh  
12
كىلاني
نحو
Ust. Syariful Anam

h.        Santri Pondok Pesantren Al-Bukhori Raudlatul Ulum V Ganjaran Putra Gondanglegi Malang
Santri merupakan wadah yang dapat mendukung terbentuknya Sebuah pesantren  dan santri pulalah yang dijadikan obyek sekaligus sebagai subyek dalam pendidikan, hal ini santri yang sangat berperan dalam pembelajaran, sedangkan guru hanya menyiapkan kebutuhannya saja. Adapun minat, bakat, motivasi, dan juga dukungan dari santri itu yang menjadikan berhasil tindakanya sebuah lembaga pendidikan.
Berikut ini peneliti akan memberikan tabel data mengenai santri Pondok Pesantren Al-Bukhori Raudlatul Ulum V Putra Ganjaran Gondanglegi Malang dari pertama berdiri sampai sekarang:





Tabel 4.3 Jumlah Santriwati Pondok Pesantren Al-Bukhori Raudlatul Ulum V Putra Ganjaran Gondanglegi Malang Tahun 2000-2011.[24]

NO
TAHUN
JUMLAH
1
2001
15
2
2002
17
3
2003
20
4
2004
25
5
2005
27
6
2006
27
7
2007
30
8
2008
35
9
2009
25
10
2010
30
11
2011
35
12
2012
50
13
2013
60
14
2014
72


Dari tabel ini dapat di ambil kesimpulan bahwa santri Pondok Pesantren Al-Bukhori Raudlatul Ulum V Putra Ganjaran Gondanglegi Malang jumlah santri masih dibawah rata-rata, karena pondok Pesantren ini masih dalam tahap perkembangan beda halnya dengan Pondok Pesantren yang telah di bangun sejak dahulu.
 Pondok Pesantren Al-Bukhori Raudlatul Ulum V Putra Ganjaran Gondanglegi Malang ini diwajibkan atas santrinya untuk mengikuti tatatertip yang telah di buat oleh pengurus Pondok Pesantren yang telah disetujui oleh Pengasuh seperti: Sholat fardhu berjema’ah, sholat malam satu minggu sekali, baca sholawat pada malam jum’at sesudah isyak, sholat maqrib di Masjid pada malam rabu dan jum’at dan peraturan-peraturan lainnya.
Sehubungan dengan ini. Santri bukan hanya berasal dari daerah luar Jawa Timur saja melainkan lebih dominan berasal dari Kalimantan Barat, karena bagi masyarakat Kalimantan Barat Pengasuh Pondok Pesantren ini sangat tidak asing lagi. Beliau dikenal dengan guru mursyid “TORIKOT NAKSABENDIYAH”. Maka dari itulah masyarakat disana tidak meragukan lagi putrinya untuk di asuhnya dalam rangka mendalami ilmu agama dan pelajaran-perajaran lainnya yang dapat membawanya kejalan yang lebih baik.
Status Santri yang berada di Pondok Pesantren Al-Bukhori Raudlatul Ulum V Putra Ganjaran Gondanglegi Malang, selain mereka bersetatus menjadi Santri mereka juga bersetatus sebagai Siswi baik tingkat MI, MTs, MA dan S1 (sekolah tinggi). Walaupun santri berstatus seperti yang telah disebutkan di atas, mereka juga di wajibkan mengikuti kegiatan-kegiatan di Pondok Pesantren seperti: Belajar Diniyah.

B.       Pemeriksa Data

Untuk mengetahuan hasil pengumpulan data yang telah disajikan oleh peneliti dalam upaya untuk memecahkan masalah, maka peneliti perlu memaparkan pengelolahan data yang telah di peroleh dari responden, oleh karena itu  telah memperoleh data dari responden perlu dilakukan pengecekan kembali hasil data secara satu persatu supaya bisa mngetahuai yang mana yang harus olah dan tidak dapat di olah.
Adapun data interview yang dapat di olah apabila telah memenuhi kriteria sebagai berikut :
1.        Bahwa subyek (Responden) adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri.
2.      Bahwa apa yang di nyatakan oleh subyek kepada peneliti adalah benar dan dapat di percaya.
3.      Bahwa interpretasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yang di ajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang di maksudkan oleh peneliti.[25]
Dari pertanyaan yang diajukan dari peneliti kepada responden ternyata bisa terjawab semua oleh responden, setelah semuanya terjawab maka peneliti memriksa kembali bedasarkan kreteria di atas, ternya semua jawaban telah memenuhi syarat untuk di olah, denegan demikian pertanyaan yang dapat di sajikan berjumlah dua petanyaan dan menghasilkan tiga jawab dari responden  yang hapir sama cuma berbeda bahasa saja dalam jawaban dari responden namun pada hakekatnya tujuannya sama.


C.      Analisi Data
Setelah melakukan pemeriksaan data, tahap selanjutnya adalah menganalisis data-data yang sudah diangap layak untuk dijadikan penganalisis data tersebut, peneliti melakukannya secara berurutan sesuai dengna pertanyaan yang telah disajikan kepada responden. Adapun analisis data yang di maksud yakni pola pembelajaran ta’lῑm muta’allῑm dan implementasi nilai-nilai etika pembelajaran di pondok pesantren Ganjaran Gondanglegi Malang.
Dalam hal ini peneliti akan memapakan seluruh data yang peroleh oleh peneliti baik melui metode observasi, interview maupun metode dukumentasi.
Dari penelitian ini, maka penulis menganlisis data, sesuia dengan tujuan penelitian, sebagiman yang telah di paparkan dalam teknis analisis data yaitu mengunakan mengunakan metode dskriftis kualitatif.
Data yang disajikan oleh peneliti bersumber dari beberapa sumber baik dari guru, pengurus sebagai oarang yang berperan dalam pondok pesantren untuk mengetahui pola pembelajaran ta’lῑm muta’allῑm dan implementasi nilai-nilai etika pembelajaran di pondok pesantren Ganjaran Gondanglegi Malang, dukumen-dukumen pesantren dan pengamatan lokasi yang mendukung serta melaluai wawancara atau interview dengan responden yang bersangkutan.

1.    Bagaimana Pola Pembelajaran Ta’lim di Pesantren Ganjaran Gondanglegi Malang
Sebagi mana yang telah di paparkan dalam bab sebelumnya pola pembelajaran yang mempengaruhi belajar itu berasal dari tiga aspek di antaranya : internal, eskternal dan pendekatan pembelajaran, jika, tiga aspek tersebut tidak berjalan maka proses belajar mengajar akan terganggu.
Sedangkan yang di maksud pola pembelajaran adalah segal sesuatu yang berkaitan dalam proses belajar mengajar baik yang ditimbulkan oleh siswa maupun oleh gurunya sendiri ketika pelajaran di mulai.
Pola pembalajarn ini lah yang menjadi bahan acuan bahan pemikiran semua guru yang ada di lembaga pondok pesantren Ganjaran Gondanglegi Malang selaku pelaksan utama dalam proses belajara mengajar belangsung.
Sehubungan dengan hal ini, peneliti melakukan wawancara dengan salah satu guru dan pengasuh pondok pesantren RU I, IV dan V Ganjaran Gondanglegi Malang untuk mengetahui bagaimana pola pembelajaran dan implementasi ketika saat proses belajar mengajar di mulai.
Wawancara yang di lakukan peneliti pertama adalah kepada pengasuh Pondok Pesantren Raudlatul Ulum Putra I kepada Abdurrohim Said, yang menyatakan bahwa:
Pola pembelajaran di pondok ini bandongan dan sorongan kalau guru kadang nyasa dan santri membaca kedepan satu-satu, selain itu ada cara lain yang dilakukan pengasuh atau keluarga dalem untuk memajukan kreterian santri di dalam pondok pesantren materi yang diajarkan materi yang di ambil dari Ta’lῑm Muta’llῑm yang paling banyak, peran guru dalam pembelajaran bukan hanya mendidik entelektualnya tetapi membangun spritualnya, bahkan pengurus berusaha bangun malam untuk membangunkan santri untuk sholat dan sebagainya antara lain peran guru bukan hanya pada jasmani tetapi kerohaniannya juga, pran santri harus bersifat aktif dalam artian mendengarkan dalam proses belajar mengajar, ada rujukan lain selain Ta’lῑm di antaranya Ayyuhal Welad, Mohtasor Ihya’ Ulumuddin, Ahlakuklil Banin, dalam pemahaman teks santri di suruh membaca dan apa bila keliru maka diarahkan pada yang benar oleh guru, secara khusus evaluasi tidak ada secara umum ada harus hatam kalau amplikasi evaluasi ada apabila ada santri melangar aturan Ta’lim maka langsung di tegor di tempat.[26]
Selanjutnya peneliti melakukan wawancara kedua dengan pengasuh  pondok pesantren Miftahul Ulum Raudlatul Ulum Putra IV dengna Moh Ridwa. Beliau juga mengatakan bahwa:
Pola pembelajarannya sistem sorongan dan bamdomgan, peran guru sebagai sumber utama dalam penyampai materi pembelajaran, peran santri sebagai penerima sumber belajar atau pendengar ketika guru mengajar, maslah rujukan lain ada seperti kitab Attakrib Attahrim dan Birruwelidain untuk sementara ini, ada evaluasi seperti bentuk tingkah laku anak atau ahlak anak setiap hari itu adalah hasil pelajaran yang di evaluasi bukan dari segi metode pembelajarannya.[27]
Selanjutnya ketiga peneliti melakukan wawancara dengan Pengasuh Pondok Pesantren Al-Bukhorhi Raudlatul Ulum Putra V dengan Muhammad Hasbullah Huda  beliau juga mengatakan Bahwa:
Pola pembelajarannya pakai metode bandongan dan sorongan tergantung dari materi yang diajrkan, peran guru sementara sangat sentral karna kondisi santri masih sangat pemula, respon santri normal positif tidak ada daya tolak dari santri, ya ada seperti Taisirul Kholak dan sebagainyalah, ya sedikit menguasi, ada dalam bentuk bacaan secara lisan.[28]
Selanjutnya peneliti selain melakukan wawancara dengan pengasuh peneliti juga meakukan wawancara dengan ustadz pondok pesantren Raudlatul Ulum I, IV dan V Ganjaran Gondanglegi Malang pertama peneliti melakukan wawancara dengan ustadz pondok pesantren Raudlatul Ulmu dengan Ustaz Adurrosid dia menyatakan bahwa:
Secara garis besar pola pembelajaran di bagi dua yang pertama guru mebaca, menyasan dan menjelaskan kedua santri diperkenannkan untuk bertanya baik pemahamannya metode yang jelas ya itu metode bandongan dan sorongan, peran guru menjadi media, fasilitator, dan motifator dalam pembelajaran, peran santri yaitu menerima tiga hal di atas tadi yang disebutkan, maslah rujukan pasti ada rujukan lain selain Ta’lῑm, Tafsir Ihya’, dam Minhejul Abidin, untuk memahami teks santri berbeda ada yang memahami secara sempurna baik bacaan. Morot ada juga yang tidak bisa membaca apalagi memahami, maslah evaluasi tergantung kebutuhan contoh melihat kelas dulu bila kelasnya siswa sudah mampu maka di perbanyak keterangan saja tetapi apabila ada yang kurang tau maka guru lebih menekankan untuk belajar atau memahami pelajaran.[29]

Selanjutnya peneliti melakukan wawancara kedua dengan Ustadz pondok pesantren Miftahul Ulum Raudlatul Ulum Putra IV dengna Ustadz Muslim. Beliau juga mengatakan bahwa:
Pola pembelajaranya pakai  sorongan dan bandongan tetap seperti yang dulu, peran guru sebgai tutor, evaluator dan motivator sementara ini yang di pakai di pesantren ini, peran santri hanya sebagai peserta didik, anak didik, masalah rujukan lain ada seperti kitab Attaktib Attahrim dan Birruwelidain hanya ini sementara, memahami teks ada dua perta berperan aktif dalam pelajaran Ta’lim kedu belajar di luar kegiatan jam Ta’lῑm, ada melihat metode sorongan dan bandongan evaluasi utama amplikasi seharian santri yaitu tingkah laku santri.[30]
Selanjutnya ketiga peneliti melakukan wawancara dengan Ustadz Pondok Pesantren Al-Bukhorhi Raudlatul Ulum Putra V dengan Ustadz Khoiri  beliau juga mengatakan Bahwa:
Kalau pola pembelajaranya tetap seperti dulu mengunakan metode bandongan dan sorongan dalam belajar kitab kuning ini, peran guru itu ya mengajar dan menyampaikan materi yang ada di kitab, kalau peran santri berkewajiban mengasah ilmu yang telah dituangkan guru kepada santri, kalau rujukan lain ada selain ta’lim seperti Akhlaqul Banin dan sebagainya yang berkaitan dengan Akhlaq, ya pastinya ada pengevaluasian itu seperti di suruh baca kitabnya satu persatu biar ada peningkatan tujuannya.[31]
Dari semua hasil wawancara dengan pengasuh beserta Ustadz di atas tersebut dapat kami simpulkan bahwa pola pembelajaran pesantren RU I, IV da V Putra Ganjaran Gondanglegi Malang, tetap seperti dulu mengunakan metode bandongan dan sorongan untuk meningkatkan kualitas santri di pondok pesantren Raudlatul Ulum I, IV dan V ganjaran Gondanglegi Malang, metode Bandongan adalah kiyai menggunakan daerah setempat, kiyai membaca, menerjemahkan, menerangkan, kalimat demi kalimat kitab yang dipelajarinya, santri secara cermat mengikuti penjelasan yang diberikan oleh kyai dengan memberikan catatan-catatan tertentu pada kitabnya masing-masing dengan kode-kode tertentu sehingga kitabnya disebut kitab jenggot karena banyaknya catatan yang menyerupai jenggot seorang kiayi. Dengan metode pengajaran bandongan ini lama belajar santri tidak tergantung lamanya tahun belajar tetapi berpatokan kepada waktu kapan murid tersebut menamatkan kitabnya yang telah ditetapkan,[32] selanjutnya metode sorongan adalah Metode yang ditempuh dengan cara menyampaikan pelajaran kepada santri secara individual. Sasaran metode ini adalah sekompok santri pada tingkat rendah yaitu mereka yang baru menguasai pembacaan Kitab Kelebihan metode ini perkembangan intelektual santri bisa ditangkap secara utuh.[33]
Untuk menegtahui seberapa besar pola pembelajaran terhadap santri Pondok Pesatren RU I, IV dan V Putra Ganjaran Gondanglegi Malang, maka peneliti melakukan wawancara langsung dengan salah satu santri di pondok pesantren RU I, IV dan V Putra Ganjaran Gondanglegi Malang, maka peneliti melakukan wawancara pertama dengan santri pondok pesantren Raudlatul Ulum I dengan satri yang bernama Sayudi yng menyatakan bahwa :
Pola pembelajaran yang guru gunakan sangat baik karena selain mengajar guru juga memberi kesempatan pada santri untuk bertanya dan sebagainya, peran guru saat melakukan proses belajar mengajar sistemnya sama seperti nyasa’ menerangkan dan menyampaikan selain itu guru memberi kesempatan pada santri untuk bertanya pada hal yang dianggap tidak mengerti, peran say sebagai santri mendengarjan dari keterangan guru dan ketika ada materi yang tidak mengerti maka santri bertanya pada guru, kalau guru aga’ lama datangnya kami melakukan musyauwaroh, rujukan lain ada selain kitab Ta’lῑm, Taisirul Kholak, Ihya dan Minhejul Abidin, evaluasi itu ada seperti guru memberikan kesempatan untuk menbaca ke depan satu persatu supaya di ketahui kemampuanya.[34]
Yang kedua kalinya peneliti malakukan wawancara dengan Pondok Pesantren Miftahul Ulum RU IV dengan salahsatu santri yang bernama Lukman Hakim dia juga mengatakan bawha:
Pola pembelajarannya sangat baik dan pengunaan metodenya juga baik karena guru memberi kesempatan keapa santri untuk mengeluarkan satu hal yang tidak di mengeti ketika pembelajaran, peran guru dalam proses belajar sangat baik karena guru selalu memberikan arahan pada santri, peran saya sebgai santri ya mendengarkan dan mencermati apa yang disampaikan guru pak,  rujukan lain ada pak seperti kitab Attakrib Attahrim dan Birruwelidain itu aja pak, dalam memahami teksnya kurang maksimal pak karena kami belum bisa menguasai secara menyeluruh isi Ta’lῑm, ada dengan cara santri di suruh membaca kitab satu persatu kedepan tujuannya biar guru mengetahui sampai mana kemampuan kita yang di capai.[35]
Dan yang ketiga tau yang terakhir peneliti melakukan wawancara dengan Pondok Pesantren Al-Bukhori RU V dengan salah satu santri yang bernama Abdul hafidz dia juga mengatakan.
Menyampaikan sangat baik dan metode yang digunakan efektif yang mana guru menyuruh santri musauwarah ketika masih ada waktu yang cukup, guru sangat aktif dan sangat berperan ketika proses belajar mengajar, kalau peran santri menurut saya standarlah kadang ada yang mendengarkan ada yang tidak pak, ada  di antaranya Akhlaqul Banin dan Sullam Taufiq kan kitab itu juga mengaju sama aklaq pak, kurang efektif dalam memahami teksnya dikarnakan santri belum sepenuhnya menguasai dari kitab Ta’lῑm, ada di antaranya sistem presentasi satu siswa menjadi penangung jawab yang lain mendengar dan bertanya ketika tidak mengerti..[36]
Berdasarkan hasil wawan cara yang dilakukan dengam salah satu satri Pondok Pesantren RU I, IV dan V Ganjaran gondanglegi malang maka dapat di simpulkan bahwa pola pebelajaran yang dilakukan oleh guru sudah mengacu kepada metode yang digunakan oleh pengasug dan ustadz yang digunakan di pondok pesantren Ganjaran Gondanglegi Malang, karena santri diberi kesempatan untuk bertanya dan musauwaroh ketika materi pembelajarannya tidak di mengerti yang telah disampaikan oleh guru pada santri.


2.      Bagaimana Implementasi Nilai-Nilai Etika Belajar Dalam Kitab Ta’lim Muta’lim di Pesantren Ganjaran Gondanglegi Malang
               Yang dimaksud dengan Implementasi ialah penerapan santri yang dilakukan dalam kesehari-harian di dalam pondok pesantren Raudlatul Ulum I, IV dan V ganjaran Gondanglegi Malng, penerapan etika adalah salah satu tujuan utama dalam pondok pesantren maka dari itu pengasuh beserta utadz mengadakan program yang mana hal itu untuk membangun rasa kemauan santri untuk menerapkan etika yang baik yang telah dianjurkan dalam pesanten dan kitab.
               Sehubungan dengan ini, maka peneliti melakukan wawancara langsung dengan salah satu Pengasug dan ustadz Pondok Pesantren Raudlatul Ulum I, IV dan V Putra Desa ganjaran Gondanglegi Malang untuk mengetahui solusi yang dilakukannya.
               Pertama kali peneliti melakukan wawancara langsung bersama salah satu Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatul Ulum I Putra dengan Abdurrohim Sai’d yang menyatakan bahwa:
Implementasi santri di sini akan di beri motivasi untuk menerapkan yang ada dalam Ta’lim itu juga termasuk mutu utama dalam pesantren, ada lagi ubudiyah yang mana materinya tetntang peraktek ibadah dan sholat walaupun tidak semua santri bisa mengimplementasikan semua hal tesebut, etika terhadap meghormati ilmu sesuai dengan kitab Ta’lῑm mengunakan sebaiknya dari hal yang kecil sampai pada hal yang besar, etika santri pada guru sopan, santun pada guru contoh tidak bertanya pada saat guru menjelaskan patuh pada guru, dan paling utama tidak membantah dauh guru atau kiyai bahkan mengikuti undang-undang pndok, selain itu di pondok kami ada program penyuratan izin yang sangat sulit semua itu untuk menerapkan tata berizin dalam pesantren, berusaha untuk menjaga, merawat dan tidak menempatkan kitab pada sembarangan tempat ada kaidah santri di pondok kami makin banyak sasa’an maka baik bukan berarti tidak menghormati kitab, santri dalam mengunakan jam belajar sangat baik yang telah di berikan waktu 50 samapi 1 jam di situ semua belajar baik santri, guru juga belajar untuk bahan mengajar, secara umum tetap berahlak baik dan menerima dengan baik dalam pembelajaran di mulai sebisa mungkin sanriuntuk melakukan penerapan menghadap kiblat dalam Ta’lῑm dan guru memeberi wejangan untuk menghormati kiblat baik dalam tidur biarpun gak seluruh santri demikian.[37]
Kedua kalinya peneliti melakukan wawancara dengan salah satu Pengasuh pondok pesantren Miftahul Ulum RU IV Putra dengan Moh Ridwan yang menyatakan bahwa:
Penerapanya ya dalam keadaan sehari-hari di pesantren dan insyaallah hampir emua santri menerapkan nilai-nilai etika dalam Ta’lῑm, untuk menghormati ilmu dengan cara mengimplemenetasikan nilai-nilai yang ada di dalam Ta’lῑm Muta’llῑm, contoh sikap hormat ke pada Guru, menghargai teman, memuliakan Guru, menjaga nama baik Guru, dan lain-lain, meletakkan kitab ya menempatkan pada tempatnya dan membawa ktab dengan tangan kanan begitu juga ketika mengambil kitab juga dengan tangan yang kanan, ya memamfaatkan waktu belajar semaksimal dengan jadwal yang telah ditetapkan oleh pesantren, mengambil ilmu kepada yang lebih tua dengan cara menghormati, menghargai dan memuliakan, sebagian besar pada saat kegiatan belajar mengikuti atau menghadap kiblat dalam belajar tergantung lokasib tempat belajar.[38]
ketiga atau yang terakhir peneliti melakukan wawancara dengan salah Pengasuh Pondok Pesantren Al-Bukhori RU V Putra dengan Muhammad Hasbullah Huda yang menyatakan bahwa:
Ya diterapkan dalam keseharian dan di awasi oleh pengasuh dan pengurus biarpun tidak 100%, untuk menghormati ilmu sebagian besar memiliki mutivasi belajar dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan ada sebagian kecil santri kurang mutivasi belajarnya sehingga kurang minat terhadap ilmu pengetahuan, untuk meghormati guru mayoritas para santri beretika kepada guru sebagaimana yang telah diajarkan biarpun tidak seluruh santri demikian, sebagian santri menempatkan kitab sebagai bahan penting biarpun sebagain perlu ada yang ditingkatkan, memanfaatkan dengan baik pada waktu belajar, beretika dengan baik birpun tidak sepenuhnya, sesuai dengan tempat belajarnya bisa jadi menghadap kibat bisa tidak.[39]
Selanjutnya peneliti selain melakukan wawancara dengan Pengasuh peneliti juga meakukan wawancara dengan ustadz pondok pesantren Raudlatul Ulum I, IV dan V Ganjaran Gondanglegi Malang pertama peneliti melakukan wawancara dengan ustadz pondok pesantren Raudlatul Ulmu dengan Ustaz Adurrosid dia menyatakan bahwa:
Pada realitanya implementasi bebrbeda-beda ada yang baik ada yang tidak, sebaian santri relatif menghormati ilmu sebagian besar tidak kebanyakan relatif tidak menghormati, untuk menghormati guru relatif kurang karena santri berbeda antara satu dengan yang lainnya begitu juga untuk etika menghormati kitab juga sama demikian, yntuk memanfaatkan waktu belajar ada yang memang aktif ketika belum masuk kelas dengan cara belajar pelajaran yang akan disampaikan ada yang pasif dalam ketika belajar, menghormati pada orang yang lebih tua hampir 100% diterapkan karena usia pengurus dan asatid lebih tua daripada santri, untuk menghormati kiblat relatif yang lain kecuali jam wajib belajar 30 menit diam di musollah ia dimungkinkan kepada santri untuk menghadap kiblat.[40]
Selanjutnya peneliti melakukan wawancara kedua dengan Ustadz pondok pesantren Miftahul Ulum Raudlatul Ulum Putra IV dengna Ustadz Muslim. Beliau juga mengatakan bahwa:
Implementasinya di sini ada kesenjangan karena berbeda pola ada santri yang condong pasif dari ilmu itu, santri dalam ilmplemetasinya juga pasif faktornya dari metodenya, ketika santri aktif maka cara penerapan implementasinya akan baik dan maksimal, kalau masalah menghormati ilmu itu dengan cara belajar, kalau menghormati guru santri masih separuh-separuh karna dalam proses pembelajarannya ada yang aktif dan pasif di sinilah sehingga menimbulkan kurangnya ahlak santri kepada guru, kalau menghormati kitab hanya sebagian santri saja yang mengikuti aturan-aturan yang ada di dalam Ta’lim, pengunaan waktu belajar rata-rata dari santri yang ada hanya sebatas mengikuti kegiatan tampan adanya peran aktif sehingga santri cendrung mengikuti kegiatan disebabkan ada tekanan dari para pengurus, mengambil ilmu kepada yang lebih tua itu karna santri rata-rata di bawah umur (anak-anak) ya santri mengikuti apa yang dilakukan yang lebih tua bila yang tua baik maka santri ikut baik, begitu juga sebalinya, malah menghormati kiblat menyesuaikan ketika belajar saja ya ada yang menghadap timur, barat dan sebagainya.[41]
Selanjutnya ketiga peneliti melakukan wawancara dengan Ustadz Pondok Pesantren Al-Bukhorhi Raudlatul Ulum Putra V dengan Ustadz Khoiri  beliau juga mengatakan Bahwa:
Kurang baik karna tidak ada perbedaan antara santri dan guru sehinggga kurang kewibawaan seorang guru, kalau masalah menghormati  ilmu cukup baiklah menurut saya, kalau menghormati guru ini yang sangat minim sekali karna santri hormat pada guru ketika mengaji saja selain itu dari itu biasa-biasa saja, dalam memuliakan kitab ini kurang baiklah karna masih saja ada yang meletakkan kitab dibawah LKS sebenarnyakan gak boleh itu, kurang efektid dalam dalam mengunakan waktu belajar yang diberikan banyak bergurau dari pada belajar, termasuk baik kalau belajar kepada yang lebih tua biarpun gak semuanya, kalau etika menghadap kiblat kurang diperhatikan yang penting enak dan pas ya udah santri duduk saja gitu ajalah menurut saya.[42]
Berdasarkan hasil wawancara bersama Pengasuh dan Ustad Pondok Pesantren Raudlatul Ulum I, IV dan V Putra Desa Ganjaran Gondanglegi Malang dapat disimpulkan bahwa dalam penerapan nilai-nilai etika santri sangan relatif yang diterapkan di pondok pesantren Raudlatul Ulum I, IV dan V Ganjaran Gondanglegi Malang. Hal ini sesuai dengan ungkapan oleh Pengasuh beserta Ustadz di tiga pesantren yang menyatakan bahwa memang sangat realita yang terjadi di pondok pesantren sekarang ini dalam penerapan nilai-nilai etika yang ada di dalam kitab Ta’lῑm Muta’llῑm sangat minim sekali diterapkan oleh santri hanya sebagian saja yang menerapkannya sehinga seluruh santri tidak sampai 100% bisa menerapkan nilai-nilai etika yang baik di pesantren, hal ini diakibatkan oleh beberapa faktor pertama di antaranya yang di ungkaapkan oleh Ustadz RU IV, Muslim beliau menyatakan bahwa dalam penerapan santri bisa tidak sesuai dengan apa yang ada di dalam Kitab Ta’lῑm Muta’allῑm dikarenakan santri dalam mencermati penjelasan guru ada yang pasif dan aktif apa bila santri aktif dalam kelas baik dalam mendengarkan, mencermati dan bertanya ketika tidak mengerti maka santri akan baik atau bisa menerapkan etika yang telah ditentukan dalam kitab Ta’lῑm Muta’allῑm dan apa bila santri pasif dalam pembelajaran maka santri akan cendrung dalam penenrapannya kurang baik dan tidak mengikuti aturan yang ada dalam kitab Ta’lῑm Muta’allῑm. Yang kedua sesuai dengan yang di ungkapan oleh Pengasuh RU V, H Muhammad Hasbullah Huda yang menyatakan bahwa faktor kurangnya santri dalam penerapan etika yang ada di dalam kitab Ta’lῑm Muta’allῑm diakibatkan kurangnya mutivasi dari Pengasuh dan Ustadz dalam saat proses belajar mengajar dan hal ini mengakibatkan etika santri yang ada di pondok pesantren dikatakan relatif kurang diterapkan oleh seluruh santri yang ada di pesantren, yang ketiga diungkapakan oleh Pengasuh RU I Abdurrohim Sa’id yang menyatakan bahwa dalam proses pembelajaran di dalam kelas santri sudah di beri mutivasi baik oleh Pengasuh dan Ustadz namun hal tersebut belum bisa mencapai 100% dalam penerapan etika santri dengan mengikuti aturan yang ada di dalam kitab Ta’lῑm Muta’allῑm, selain dari paparan hasil wawancara dari tiga pesantren tersebut peneliti juga menyajikan bukti melalui opservasi tentang etika santri baik pada guru, etika pada penempatan kitab, etika membawa kitab, dengan melampirkan foto atau gambar santri yang sangat relatif diterapkan oleh semua santri yang ada di Pondok Pesantren Raudlatul Ulum Ganjaran Gondanglegi Malang, di bawah ini bukti opservasi yang dilakukan oleh peneliti.
Realatifnya beberapa santri untuk memperhatikan keterangan guru.[43]

Realatifnya beberapa santri untuk berahlak dengan baik ketika bersama guru.[44]

Relatifnya beberapa santri untuk memperhatikan penempatan kitab yang baik.[45]
Realatifnya beberapa santri untuk memperhatikan keterangan grur[46]
Relatifnya beberapa santri untuk ahlak memebawa kitab dengan baik. [47]


Berdasarkan hasil wawancara dengan Pengasuh, Ustadz dan hasil Opservasi maka sudah makin jelas selain penjelasan di atas bahwa memeng sangat relatif santri menerapkan nilai-nilai etika yang ada dalam Ta’lῑm Muta’allim di pondok Pesantren Raudlatul Ulum I, IV dan V Ganjaran Gondanglegi Malng.
Untuk mengetahui lebih pasti tentang implementasi santri terhadap melakukan nilai-nilai etika kitab ta’lῑm santri yang bearada di Pondok Pesantren Raudlatul Ulum Putri I, IV dan V Putra Desa Ganjaran Gondanglegi Malang. Maka peneliti melakukan wawancara bersama salah satu santri ketiga Pesantren tersebut.
Peneliti melakukan wawancara bersama santri Pondok Pesantren Raudlatul Ulum I Putra dengan sayudi yang mengatakan bahwa:
Untuk penerapanya masih separuh-separuh tidak semua santri menerapkannya, untuk menhormati ilmu itu ya masih dalam tahap penyerapan ilmu itu sendiri dan mengamalkan ilmu yang sidah di miliki, untuk menghormati guru patuh dan menghormati biarpun gak sepenuhnya begitu, memuliakan kitan ya menempatkan pada tempatnya dan memuliakannya, memanfaatkan wakru belajar santri mengunakan semaksimal mungkin msekipun ada sebagian santri yang sibuk dengan keperluan masing-masing untuk etika kepada yang lebih tua itu ya kita menghormati dan melaksanakan perintahnya bila itu baik, untuk menghormati kiblat tergantung liat situasi tempat belajar santri aja pak bisa menghadap bisa gak.[48]
Selanjutnya peneliti melakukan wawancara bersama santri Pondok Pesantren Raudlatul Ulum IV Putra dengan Lukman Hakim yang menyatakan bahwa:
Masalah penerapannya ini hanya sebagian saja dari kami yang bisa menerapkannya pak, kalau menghormati ilmu itu ya dengan cara mengamalkan saja ilmu yang kita miliki pak, untuk menghormati guru di pesantren ini hanya sebagian saja pak mungkin faktornya terlalu dekat atau karena ada seumuran antara guru dan murid sehingga terjadi santri kurang hormat kepa guru, kalau memuliakan kitab itu ya dengan cara menempatkan kitab pada tempat yang pas pak atau selayaknya pak, sebagian santri ada yang mengunakan waktu belajar itu untuk belajar dan ada juga sebagian yang digunakan untuk tidur pak waktu belajar itu, kalau kepada orang yang lebih tua itu ya dengan cara mengangungkannya walaupun kenyataannya di sini tidak semua santri demikian, kalau etika menghadap kiblat gak begitu diperhatikan pak duduknya itu sesuai dengan posisi di kelas saja ada yang menghadap ada yang tidak.[49]
Dan yang terakhir peneli juga melakukan wawancara bersama santri Pondok Pesantren Raudlatul Ulum V Putra dengan Abdul Hafidz yang mengetakan bahwa:
Ya diterapkan pak sesuai kitab Ta’lim  biarpun gak semuanya menerapkan, kalau menghormati ilmu itu anuh pak dengan cara mengamalkan isi kitab tersebut, kalau menurut saya etika kepada guru itu masih separuh-separuh ada yang sopan ada yang tidak mungkin akbiat apa yang ada dalam kitab Ta’lim belum merasuk kedalam hatinya, memuliakan kitab itu ya dengan cara merenungi isi kitab dan memegangnya dala, keadaan suci, etika pada waktu belajar itu biasa-biasa ajalah kadang efektif kadang tidak, kalau etika kepada yang lebih tua itu ya menjadi pendengar yang baik ajalah, kalau etika menghadap kiblat masih murat marit dalam artian gak teratur.[50]
Hasil wawancara bersama para santri yang mondok di Pondok Pesantren Raudlatul Ulum I, IV dan V Putra Desa Ganjaran Gondanglegi Malang dapat disimpulkan  bahwa penerapan santri sangat relatif diterapkan oleh santri sesuai dengan yang diungkapakan oleh Pengasug beserta Ustadz Pondok Pesantren Raudalatul Ulum I, IV dan V ganjaran Gondanglegi Malang.
D.      Analisis Data Mendalam
Menurut hasil wawancara dan observasi yang peneliti lakukan  mengenai metode bandongan dan sorogan yang di pakai oleh pondok pesantren Raudlatul Ulum I, IV dan V Putra Ganjaran Gondanglegi Malang sangat baik dan masih relevan digunakan oleh kalangan pesantren dan letak kurang relatifnya santri untuk menerapkan nilai-nilai etika yang baik itu di akibat oleh santri sendiri. Sesuai dengan hasil wawancara dan observasi di antara relatifnya santri dalam menerapkan nilai-nilai etika yang baik sesuai dengan kitab Ta’lῑm Mutallῑm diakibatkan beberapa faktor : dikrnakan guru dan santri seumuran, lingkungan yang kurang memadai jarak antara guru dan santri, dunia moderenisasi yang saat ini, yang paling menonjol sesuai hasil observasi yang mengakibatkan santri kurang baik dalam beretika dengan baik disebabkan kurangnya santri memeperhatikan guru di saat guru menyampaikan pelajaran maka santri akan cendrung tidak mengerti dan tidak bisa menerapkan nilai-nilai etika yang baik yang telah di sampaikan oleh guru. Maka dampaknya santri tidak akan bisa bersosialisasi sesuai dengan kitab Ta’lῑm Muta’allῑm yang ada.
Berdahasarkan paparan hasil wawancara dan obsevasi di atas maka sudah jelas bahwa nilai-nilai etika santri di pondok pesantren Raudlatul Ulum I, IV dan V sangat relafit diterapkan baik ahlaq mengormati ilmu, menghormati guru, memuliakan kitab, memanfaatkan waktu belajar, mengambil pelajaran kepada yang lebih tua dan menghapat kiblat. Hal ini bisa terjadi dikarnakan beberapa faktor yang telah di sebutkan di atas.



[1] Pondok Pesantren Raudlatul Ulum I, Jurnal Latansa Laporan Tahunan Pesantren (Malang: RU I Press 2013) halaman. 4
[2] Ibid. Halaman 5
[3] Ibid. halaman 5
[4] Ibid. halaman 10
[5] Abdurrosid. Wawancara, (06 Februari 2014)
      [6] Abdurrosid. Wawancara dan Observasi  (06 Februari 2014)
[7] Abdurrosid. Wawancara dan jadwal, (06 Februari 2014)
[8] Abdurrosid. Wawancara, (06 Februari 2014)
[9] Pondok Pesantren Miftahul Ulum IV. Sejarah Pesantren (ttp.2014) halaman 2
[10] Muslim Wawancara (03 Februari 2014)
[11] Muslim Wawancara (03 Februari 2014)
[12] Miftahul Ulum IV. Sejarah Pesantren halaman 3
[13] Muslim Wawancara (03 Februari 2014)
[14] Miftahul Ulum IV. Sejarah halaman 2
[15] Muslim Wawancara dan jadwal (03 Februari 2014)
[16] Muslim Wawancara (01 Januari 2014)
[17] Pondok Pesantren Al-Bukhori V. Sejarah Singkat Pesantren (ttp.2014) halaman. 1
[18] Ibid. halaman 2
[19] Ibid. halaman. 1
[20] Ibid. halaman. 3
[21] Khoiri Wawancara (31 Januari 2014)
                   [22]  Al-Bukhori V. Sejarah Pesantren. halaman. 5
                   [23] Ibid. halaman. 4
                [24] Ibid. halaman. 5
[25] Sugiono, Metode penelitian Pendekatan kuantitatif, kualitatif, R & D. (Bandung, penerbit Alfabeta, 2011). halaman.:138
[26]  Abdurrohim Said Wawancara (08 Februari 2014)
[27]  Moh Ridwa Wawancara (05 Februari 2014)
[28] Muhammad Hasbulloh Huda Wawancara (31 Januari 2014)
[29]  Abdurrosid Wawancara (06 Februari 2014)
[30] Muslim Wawancara (03 Februari 2014)
[31] Khoiri Wawancara (31 Januari 2014)
[32] syamsul josh “Pengertia Metode Bandongan”, http://syamsuljosh.blogspot.com, (diakses Tangal 6 june, 2012)
[33] MuFe El-Bageloka “ Pengertian Metode Sorongan”,  http://ferigramesa.blogspot.com (diakses 15 Mei 2013)
[34] Sayudi Wawancara (06 Februari 2014)
[35] Lukman Hakim Wawancara (03 Februari 2014)
[36] Abdul Hafidz Wawancara (31 Januari 2014)
[37] Abdurrohim Said Wawancara (08 Februari 2014)
[38] Moh Ridwa Wawancara (05 Februari 2014)
[39] Muhammad Hasbulloh Huda Wawancara (31 Januari 2014)
[40] Abdurrosid Wawancara (06 Februari 2014)
[41] Muslim Wawancara (03 Februari 2014)
[42] Khoiri Wawancara (31 Januari 2014)
[43] Observasi. (03 Februari 2014)
[44] Observasi. (31 Januari 2014)
[45] Observasi. (31 Januari 2014)
[46] Observasi (06 Februari 2014)
[47] Observasi. (31 Januari 2014)
[48] Sayudi Wawancara  (06 Februari 2014)
[49] Lukman Hakim Wawancara (03 Februari 2014)
[50] Abdul Hafidz Wawancara (31 Januari 2014)
0 Komentar "pola pembelajaran ta'lim BAB IV"

Back To Top