MAKALAH
KARAKTERISTIK PENELITIAN TINDAKAN
KELAS
Disusun
Untuk Memenuhi Tugas Semester I Mata Kuliah
TEKNOLOGI INFORMATIKA
Dosen Pembimbing :
TEKNOLOGI INFORMATIKA
Dosen Pembimbing :
Dr,
Syaat Patmantara, M.Pd

Oleh :
Kholilurrohim
PROGRAM
PASCA SARJANA MAGISTER PENDIDIKAN ISLAM
UNIVERSITAS
ISLAM MALANG
2015
KATA
PENGANTAR
Assalamualaikum
Wr. Wb.
Pujaan
dan pujian senantiasa kita lantunkan kepada sang pencipta alam semesta, yang
telah memberikan ridho-nya, sehingga kita masih di berikan kesempatan untuk
menghirup udara-nya, di beri akal fikir sehingga kita bisa memilah dan memilih
nilai-nilai peraturan dunia yang negative dan positif sehingga nantinya kita
tidak melupakan tanggung jawab sebagai hamba-nya.
Rahmat
ta’dhim dan keselamatan semoga terlimpahkan kepada beliau sang pembawa rahmatan
lilalamin di muka bimu, sang pemilih syafa’at bagi ummatnya untuk menuju syurga
ilahi robbi, semoga kita terpilih sebagai ummat yang mendapat syafa’atnya kelak
di akhirat. Amin.
Makalah
yang kami susun ini dengan judul “ Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
Demikian
kata pengantar kami, saran dan kritiknya yang konstruktif selalu kami harap
demi kesempurnaan makal ini dan makalah berikutnya. Tiada kata dan harapan
kecuali ucapan jazakumullah ahsanal jaza’
Wassalamu’alaikum
Wr. Wb.
Malang …../….2013
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I : Pendahuluan
BAB II : Pembahasan
A. Karakteristik
Penelitian Tindakan Kelas
B. Masalah
Penting Yang Dapat Dijadikan Bahan Kajian Dalam Penelitian Tindakan Kelas
BAB III
Penutup
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
Pada makalah sebelumnya kita telah mempelajari mengenai model
dan tahapan penelitian tindakan kelas, yang mana keduanya merupakan induk dasar mengenai adanya penelitian
tindakan kelas. Pada makalah ini,
akan dibahas mengenai karakteristik (PTK) sesuai dengan
tujuana penelitian tindakan kelas.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Karakteristik
Penelitian Tindakan Kelas
Setiap jenis
penelitian tentu memiliki karakteristik yang berbeda dengan penelitian lain.
Mencermati defenisi penelitian tindakan kelas yang telah dipaparkan pada
tulisan sebelumnya yang berjudul “Pengertian Penelitian Tindakan
Kelas”maka muncul suatu pertanyaan: kalau Penelitian Tindakan Kelas
didefenisikan seperti itu maka apa saja karakteristik penelitian tindakan kelas
itu? Setiap penelitian pada dasarnya memang dilakukan untuk menyelesaikan
masalah. Jika dilihat dari masalah yang harus dipecahkan , Penelitian Tindakan
Kelas memiliki karakteristik penting yaitu masalah diteliti untuk dipecahkan
harus berangkat dari persoalan praktik pembelajaran yang dilakukan sehari-hari
dikelas. Jadi, Penelitian Tindakan Kelas akan dapat dilaksanakan jika guru
sejak awal memang menyadari adanya masalah yang terkait dengan proses dan hasil
pembelajaran yang dihadapi di kelas dan harus dipecahkan. Dengan kata lain
Penelitian tindakan adalah penelitian kontekstual, artinya praktis yang sesuai
dengan problem yang muncul dilapangan. Penelitian bukan menerapkan teori tetapi
menyelesaikan permasalahan dengan menggunakan teori sebagai sandaran sekaligus
teori dimodifikasi secara kontekstual.
Persoalan
lain yang muncul adalah tidak semua guru mampu melihat sendiri apa yanmg sudah
dilakukan selama mengajar dikelas. Bisa jadi guru telah berbuat keliru selama
bertahun-tahun dalam pembelajaran tetapi dia tidak mengetahui. Bahkan sang guru
beranggapan bahwa yang dilakukannya adalah sesuatu yang benar. Untuk mengatasi
hal ini maka guru dapat meminta bantuan untuk melihat apa yang dilakukan selama
ini dalam proses belajar mengajar di kelas. Di sinilah pentingnya proses kerja
sama antara guru dengan peneliti.
Dalam
konteks seperti ini guru dapat bekerja sama dengan peneliti dari perguruan
tinggi untuk berdiskusi mencari dan merumuskan permasalahan pembelajaran yang
selama ini dilakukan di kelas. Dengan kata lain guru dapat melakukan penelitian
kolaboratif dengan peneliti dari perguruan tinggi. Dengan adanya
kolaboratif ini diharapkan akan diketahui dan ditemukan solusi permasalahan
selama ini yang terdapat dalam pembelajaran dikelas.
Suyanto (1997)
mengatakan jika guru bersedia melakukan penelitian tindakan kelas secara
kolaboratif akan mampu menawarkan peluang yang luas terhadap terciptanya karya
tulis bagi guru sambil mengajar dikelas sesuai dengan rancangan penelitian
tindakan kelas yang dilaksanakannya.
Karakteristik
berikutnya masih menurut Suyanto (1997), dapat dilihat dari bentuk nyata
kegiatan penelitian tindakan kelas itu sendiri. Penelitian tindakan kelas
memiliki karakteristik yang khas, yaitu adanya tindakan-tindakan tertentu untuk
memperbaiki proses pembelajaran di kelas. Sebenarnya, tanda tindakan tertentu
suatu penelitian dapat saja dilakukan di kelas, tetapi penelitian itu tidak
termasuk ke dalam penelitian tindakan kelas. Tetapi penelitian semacam ini
disebut dengan “Penelitian Kelas”. Contohnya guru melakukan penelitian
tentang rendahnya tingkat motivasi belajar siswa. Jika penelitian ini dilakukan
tanpa disertai dengan tindakan-tindakan tertentu untuk meningkatkan motivasi
belajar siswa maka penelitian ini bukan merupakan penelitian tindakan kelas.
Penelitian ini hanya sekedar ingin tahu, tidak ingin memperbaiki rendahnya
motivasi belajar siswa dengan tindakan-tindakan tertentu.
Sebaliknya
jika dalam penelitian itu guru mencoba mencari solusi dan melakukan
tindakan-tindakan untuk meningkatnya motivasi belajar siswa, sehingga proses
pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan hasil pembelajaran menjadi lebih
baik, maka penelitian ini dapat di golongkan ke dalam penelitian tindakan
kelas.
Menurut
Suharjono (2007:62) menyebutkan beberapa karakteristik penelitian tindakan
kelas, yaitu :
1. Adanya
tindakan (action). Tindakan itu dilakukan pada situasi alami (bukan
dalam laboratorium) dan ditujukan untuk memecahkan permasalahan praktis.
Tindakan itu merupakan sesuatu yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu.
2. Penelitian
tindakan kelas merupakan penelitian yang tidak saja ber upaya untuk memecahkan
masalah, tetapi sekaligus mencari dukungan ilmiahnya. Penelitian tindakan kelas
merupakan bagian penting dari pengembangan professional dalam diri guru, karena
penelitian tindakan kelas mampu membelajarkan guru untuk berpikir kritis dan
sistematis, mampu membelajarakan guru atau membiasakan guru untuk menulis dan
membuat catatan.
3. Hal yang dipermasalahkan beukan berdasarkan kajian teoritik atau hasil dari
penelitian terdahulu, tetapi berasal dari adanya permasalahan yang nyata dan
actual dan terjadi dalam pembelajaran dikelas. Dengan kata lain penelitian
tindakan kelas terfokus pada maslah praktis bukan problem teoritik atau
bersifat bebas konteks.
4. Penelitian
tindakan kelas dimulai dari permasalahan yang sederhana, nyata, jelas dan tajam
mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas.
5. Adanya
kerjasa antara praktisi (guru, kepala sekolah, siswa dan lain-lain) dan peneliti
dalam pemahaman, kesepakatan tentang permasalahan, pengambilan keputusan yang
akhirnya melahirkan kesamaan tindakan (action).
6. Disamping itu penelitian tindakan kelas hanya dilakukan apabila ada :
a. keputusan profesionalisme guru
b. alasan pokok; ingin tahu, ingin membantu, ingin meningkatkan,
c. bertujuan memperoleh pengatahuan dan/atau sebagai pemecahan masalah.
Menurut
Cohen dan Manion, (1980) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas memiliki
beberpa karakteristik sebagai berikut :
1. Situasional, Praktis, dan Relevan
Penelitian
didasarkan pada situasi praktis yang secara langsung gayut atau relevan dengan
situasi nyata dalam dunia kerja. Hal ini berkenaan dengan diagnosis suatu
masalah dalam konteks itu. Subjeknya murid di kelas, staf sekolah, dan yang
lain dan penelitinya terlibat dengan mereka.
Kelas yang
memiliki masalah berupaya memecahkan masalah yang timbul, sementara kelas yang
telah stabil mungkin melakukan peningkatan situasi agar menuju situasi yang
diidealkan tentu dengan penerapan berbagai perbaikan yang sesuai dengan kondisi
kelas secara nyata.
2. Memberikan Kerangka Teratur pada Pemecahan Masalah
Penelitian
tindakan kelas juga bersifat empiris dan mengandalkan observasi nyata serta
data perilaku yang tidak termasuk kajian panitia yang subjektif atau pendapat
orang berdasar pengalaman masa lalu.
Meskipun
penelitian praktis, bukan berarti meninggalkan ciri-ciri penyelidikan ilmiah.
Pelaksanaan penelitian tetap mengikuti kaidah penelitian, yaitu sistematis,
teratur, objektif dan imparsial. Pengumpulan data dilakukan secara partisipatif
dengan menggunakan instrumen yang telah disusun secara terukur hingga
menghindarkan berbagai tindakan subjektif.
3. Fleksibel dan Adaptif
Fleksibel
dan adaptif memungkinkan adanya perubahan selama masa percobaan dan mengabaikan
pengontrolan karena lebih menekankan sifat tanggap dan pengujicobaan serta
pembaharuan di tempat kejadian.
Memang dalam penelitian terdapat
satu ide pokok (dalam satu satuan penelitian). Ide pokok ini tidak berubah,
namun berbagai aspek atau langkah mungkin mengalami perubahan sesuai dengan
karakteristik subjek di lapangan, situasi, dan pelaksana penelitian. Perubahan
dilakukan guna memperoleh prosedur, langkah, atau pola yangpaling sesuai dengan
setting meskipun tidak mengubah ide utama (Initial idea).
Ini
menunjukkan bahwa penelitian tindakan adalah penelitian critical teori artinya
secara praktis teori dapat disesuaikan dengan situasi lapangan.
4. Partisipatori
Partisipasi
peneliti atau anggota lain secara langsung atau tidak langsung dalam
pelaksanaan penelitian. Guru dan siswa secara faktual adalah partisipan utama
meskipun guru dapat berkolaborasi dengan pihak lain, misal guru lain, kepala
sekolah, atau kolaborator lain. Hal ini mengingat guru lain juga sedang
mengajar, kepala sekolah memiliki tugas yang juga berat, maka partisipan yang
saling bertanggung jawab di kelas adalah guru dan siswa. Kedua pihak inilah
yang memiliki peran dominan, sementara pihak lain hanya membantu.
5. Self
Evaluatif
Modifikasi
dilakukan secara terus-menerus dievaluasi dalam situasi yang ada dengan tujuan
akhirnya untuk meningkatkan praktek cara tertentu. Penelitian bertujuan
memperbaiki praktik di lapangan. Untuk itu partisipanlah yang secara langsung
menilai diri sendiri. Guru dan murid adalah tim (keculai penelitian dalam
konteks proyek atau mahasiswa dan atau dosen yang meneliti di sekolah). Bila
guru yang berisnisiatif meneliti, maka guru muridlah pihak yang menilai
praktiknya sendiri.
6. Upaya Sistematis Kesahihan Lemah
Meskipun
berusaha secara sistematis, penelitian tindakan secara ilmiah kurang ketat
karena kesahihan dalam dan luarnya lemah. Tujuannya bersifat situasional dengan
sampel yang terbatas dan tidak representatif. Penelitian tidak dapat memberikan
kontrol pada ubahan-ubahan batas. Jadi temuan-temuannya walaupun berguna dalam
dimensi praktis, tetapi tidak secara langsung memiliki andil dalam upaya
pengembangan ilmu.
Ini harus disadari oleh partisipan.
Penelitian partisipan partisipatori ini memiliki subjektivitas tinggi, karena
menyusun instrumen sendiri, mengamati sendiri, menilai sendiri, memutusakan
sendiri. Maka hanya kredibilitas guru profesional saja yang dapat melaksanakan
penelitian tanpa kehadiran kolaborator.
7. Honesty dan Fairly
Penelitian
tindakaan yang dilakukan di kelas oleh guru sangat ditentukan oleh kejujuran
terhadap dirinya. Dalam praktek nyata, guru sangatlah sulit meminta bantuan
kepala sekolah, penilik, atau teman guru untuk menjadi pengamat kerena mereka
memiliki pekerjaan yang tidak mungkin ditinggalkan. Murid adalah pihak
partisipan yang paling memungkinkan, karena guru dan muridlah yang paling
berkepentingan dalam peningkatan praktek ini. Untuk itu fairly guru menerima
kritikan oleh siswa dan diri sendiri adalah kunci baik menemukan masalah,
memilih alternatif pemecahan, dan pelaksanaan penelitian. Demikian pula ketika
mengumpulkan data, kejujuran keduanya adalah faktor kunci. Keterbukaan dan
kejujuran harus tertanam pada diri guru selaku peneliti!
Dari banyaknya
uraian mengenai karakteristik penelitian tindakan kelas menurut Muhammad Asrori
(2008:9) sesungguhnya dapat dikemukakan beberapa karakteristik inti dari
penelitian tindakan kelas, yaitu :
1. Masalah berasal dari guru
2. Tujuan memperbaiki pembelajaran;
3. Metode utama adalah refleksi diri dengan tetap mengikuti kaidah-kaidah
penelitian;
4. Fokus penelitian merupakan kegiatan pembelajaran;
5. Guru bertindak sebagai pengajar dan peneliti.
Jika adanya
tindakan-tindaka tertentu dalam penelitian tindaka kelas inilah yang juga
menjadi karakteristik penting penelitian tindakan kelas. Maka yang paling
penting untuk dipertegas disini adalah:”Tindakan seperti apakah yang dapat
dikategorikan sebagai tindakan dalam penelitian tindakan kelas?” Menurut
Suharsimi (2007) berdasarkan pengalamanya menilai karya tulis ilmiah yang
dibuat oleh guru, ternyata masih banyak yang keliru dalam menafsirkan
penelitian tindakan kelas. Pada sampul depan tertulis “Penelitian Tindakan
Kelas”, tetapi pada bagian dalam ternyata hanya menguraikan proses pembelajaran
biasa. Dalam penjelasannya guru memang sudah melakukan sesuatu, tetapi
sesungguhnya guru hanya melakukan proses pembelajaran seperti biasa.
Misalnya guru memberikan Lembar Kerja kepada siswa, atau guru memberika tugas
untuk dikerjakan siswa diluar kelas, atau guru menugaskan siswa menghafalkan
rumus untuk digunakan siswa di kelas. Tindakan-tindakan ini nsesungguhnya BUKAN
merupakan tindakan yang dikehendaki oleh penelitian tindakan kelas.
Suharsimi
(2007) menegaskan bahwa prinsip dasar tindakan dalam penelitian tindakan kelas
adalah “tindakan yang diberikan oleh guru kepada siswa dengan maksud
meningkatkan prestasi belajar siswa melalui peningkatan kegiatan siswa.
Berikut ini
disajikan beberapa contoh kegiatan guru yang tidak mencerminkan adanya
“tindakan” sebagaimana yang dikehendaki oleh penelitian tindakan kelas :
1. Guru merasa kesal karena setiap hari banyak siswa yang dating terlambat.
Kedatangan siswa seperti ini tentu saja mengganggu proses pembelajaran yang
sedang berlangsung. Tindakan guru adalah memberikan peringatan bahwa bagi siswa
yang terlambat tidak diizikan masuk kelas.
2. Guru merasa tidak puas dengan
perilaku siswanya yang ketika mengerjakan ulangan banyak yang menyontek. Guru
membuat aturan agar sebelum ulangan semua buku catatan dikumpulkan kemeja guru
setelah itu baru guru membagikan soal ulangan.
3. Beberapa
siswa tidak mengerjakan PR sehingga ketika guru membahas PR tersebut beberapa
siswa tidak dapat mengikuti dengan aktif. Oleh karena itu guru memberikan surat
kepada orang tua anak tersebut agar mengingatkan anaknya (Mohammad Asrori, 2008
: 11)
Ketiga contoh di atas tidak
mencerminkan adanya tindakan karena guru tidak memberikan kegiatan kepada siswa
sehingga mereka harus melakukan sesuatu. Pada contoh 1 guru hanya memberikan
peringatan seperti biasanya. Peringatan sudah berulang-ulang diberikan, tetapi
kejadian yang sama tetap saja muncul. Pada contoh kedua guru menyuruh siswa
mengumpulkan catatan diatas meja guru. Memang dengan cara ini siswa tidak dapat
mencontek karena catatannya ada diatas meja guru, tetapi ini bukan perintah
kepada siswa untuk melakukan sesuatu untuk perbaikan dirinya. Pada contoh
ketiga justru contoh yang tidak baik karena guru tidak mengatasi sendiri dengan
tindakan, melainkan meminta bantuan orang tua siswa.
Ada tiga unsur yang senantiasa harus
diperhatikan dalam penelitian tindakan kelas, yairu:
1. Pemberi tindakan, yaitu guru;
2. Subjek tindakan, yaitu siswa;
3. Tindakan yang berupa sesuatu kegiatan yang harus dilaksanakan oleh siswa
sebagai subjek tindakan dan tindakan itu menjadi pengarah kepada siswa
untuk melakukan perbaikan.
B. Masalah
Penting Yang Dapat Dijadikan Bahan Kajian Dalam Penelitian Tindakan Kelas
Berdasarkan
karakteristik penelitian tindakan kelas yang telah dipaparkan diatas, maka
sejumlah masalah penting yang dapat dijadikan bahan kajian dalam penelitian
tindakan kelas menurut Mohammmad Asrori (2007:12) yaitu :
1. Masalah belajar siswa disekolah
misalnya : rendahnya motivasi belajar siswa, rendahnya minat baca, kurangnya
kemampuan siswa memahami teks, kurangnya menguasai konsep hitungan, rendahnya
keaktifan belajar siswa dikelas dan sebagainya.
2. Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar siswa.
3. Pengembangan profesionalisme guru
dalam rangka meningkatkan mutu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program
pembelajaran.
4. Desain dan
strategi pembelajaran dikelas, misalnya : inovasi dan implementasi model
pembelajaran atau metode pembelajaran tertentu.
5. Implementasi
kurikulum, misalnya : pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa.
6. Media, alat peraga, dan sumber
belajar lainnya, misalnya penggunaan alat peraga tertentu untuk meningkatkan
kegairahan belajar siswa, pemanfaatan perpustakaan oleh siswa, atau pemanfaatan
sumber belajar diluar sekolah.
7. Sistemp evaluasi proses dan hasil
pembelajaran, misalnya: pengembangan alat evaluasi berbasis kompetensi; atau
efektivitas penggunaan alat evaluasi tertentu.
PENUTUP
Puji
syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang maha Esa atas segala bimbingan dan
rahmatya selama penulis menulis karya
tulis ini. Dengan tersusunnya karya tulis ini berarti telah terpenuhi sebagai
tugas kami dalam rangka menambah nilai tugas.
Kami
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih belum sempurna dan masih
banyak kekurangan-kekurangan, namun berkat bimbingan dan pengarahan bapak/ ibu
dosen serta beberapa pihak maka penyusun dapat menuyelesaikan makalah ini
dengan baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Mohommad Ashori (2007), Penelitian
Tindakan Kelas, Bandung : CV Wacana Prima.
Suhardjono (2007). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta :
Bumi Aksara
Suyanto. (1997). Pedoman Pelaksanaan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Pengenalan Penelitian Tindakan Kelas.
Yogyakarta: Dirjen Dikti.
Suharsimi Arikunto (2007).Penelitian Yindakan Kelas. Jakarta :
Bumi Aksara
0 Komentar "Kreteria penelitian tindakan kelas"