contoh ususlan penelitian tindakan kelas



USULAN PENELITIAN (PTK)

NIM                : 201008400010051
NIMKO          : 2010.4.084.0001.1.00319
Nama               : Kholilurrohim
Semester          : IV
Program Stadi : PAI
Judul                : Krisis Motivasi Mempelajari Kitab Kuning Santri PP Al-Bukhori RU V Ganjaran   Gondanglegi Malang.
Jenis Penelitian : Kualitatif- studi lapangan (field research)

A. Konteks Penelitian
1.      Pondok pesantren PP Al-Bukhori RU V adalah salah satu lembaga pendidikan non formal yang ada di sekian banyak pondok pesantren di ganjaran gondanglegi malang, yang mana di dalamnya juga ada kitab klasik/kuning, yang sangat di anjurkan dalam pondok pesantren PP Al-Bukhori RU V bahkan juga ada dalam pondok pesantren yang lain seperti Ilmu Tafsir, Fikih, Risalatulmahed, Akhlak, Nahu, Sorrof dan masih banyak kitab-kitab yang lain yang harus di pelajari pomdok pesantren PP Al-Bukhori RU V.
2.      Namun, fakta yang terjadi di pondok pesantren Al-Bukhori yang berkaitan dengan kitab yang ada di P.P AL-Bukhori khususnya pelajaran nahwu dan sharraf cukup mengecewakan. Karena santri sulitan untuk memperaktekannya dalam proses BMK(bimbingan membaca kitab kuning) mereka hanya dapat menghafal isi dari kedua ilmu  tersebut tampa sering melatih untuk membaca kitab yang bisa di katakan tampa harkat dan makna. Sedangkan tujuan dari kedua ilmu dasar ini adalah santri dapat membaca dan memahami isi kitab yang tampa harkat dan makna. Santri lebih mengedepankan pembelajaran umum daripada pemelajaran kitab kuning, Nilai ujian kitab kuning sangat merosot di bandingkat pelajran umum, anak malas belajar kitab kuning karena sulit untuk mengerti.
3.      Ironinya apa yang di inginkan oleh Ustadz, Pengurus beserta Pengasuh pondok pesantren PP Al-Bukhori RU V tidak sesai dengan visi dan misi yang ada d pondok pesantren PP AL-Bukhori RU V. Ganjaran gondanglegi malang.
B.        Fokus Penelitian (Rumusan Masalah)
a.       Faktor-Faktor apa saja yang menyebabkan rendahnya motivasi belajar kitab kuning santri PP Al-Bukhori RU V ganjaran gondamglegi malang?
b.      Apa respon Pengasuh, Ustadz dan Pengurus PP Al-Bukhori terhadap rendahnya motivasi tersebut?
C.        Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.  Tujuan Penelitian
a.      Ingin mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan rendahnya motivasi belajar kitab kuning santri PP Al-Bukhori RU V ganjaran gondamglegi malang
b.      Ingin mengetahui respon Pengasuh, Ustadz dan Pengurus PP Al-Bukhori terhadap rendahnya motivasi tersebut
2.  Kegunaan Penelitian
1.      Secara reoritis
a)      Penelitian ini di harapkan memberi kontribusi terhadap keilmuan, seperi halnya mitode pembelajran.
2.      Secara praktis. Penelitian ini di harapkan bisa memberikan riel pemikiran kepada:
a. Kepada ketua P.P. Al-Bukhori 1 sebagai pengatur srtuktur dan sistem pondok.
b. Kepada ust/ustd yang mengajar di PP AL-BUKHORI RU V.
D. Kajian terdahulu
Setelah peneliti telusuri, belum ada penelitian yang secara khusus mengungkap pergulatan. Krisis Motivasi Mempelajari Kitab Kuning Santri PP Al-Bukhori RU V Ganjaran   Gondanglegi Malang. Namun, beberapa penelitian berikut ini penting untuk diuraikan.
  1. Terkait dengan mutivasi belajar Sardiman A., meneliti tentang interaksi dan mutivai belajar mengajar (1990) mutivasi intrinsik ialah suatu aktivitas atau kegiatan belajar di mualai dan di teruskan berdasarkan penghayatan sustu kebutuhan dan dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan akitivitas belajar, dalam hal ini sudurman menjelaskan bahwa mutivasi intrinsi adalah : motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu di rangsang dari luar, karena dalam diri individu sudah ada diringan untuk melakukan sesuau[1]. Sudarwan Danim (2004:2) juga menerangkan motivasi diartikan sebagai kekuatan, dorongan, kebutuhan, semangat, tekanan, atau mekanisme psikologis yang mendorong seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai prestasi tertentu sesuai dengan apa yang dikehendakinya. Motivasi paling tidak memuat tiga unsur esensial, yakni :1.)faktor pendorong atau pembangkit motif, baik internal maupun eksternal,2.) tujuan yang ingin dicapai, 3.) strategi yang diperlukan oleh individu atau kelompok untuk mencapai tujuan tersebut.[2]
  2. Terkait dengan mutivasi belajar Huitt, W. (2001) meneliti tentang mutuvasi belajar mengatakan motivasi adalah suatu kondisi atau status internal (kadang-kadang diartikan sebagai kebutuhan, keinginan, atau hasrat) yang mengarahkan perilaku seseorang untuk aktif bertindak dalam rangka mencapai suatu tujuan. Jadi ada tiga kata kunci tentang pengertian motivasi menurut Huitt, yaitu: 1) kondisi atau status internal itu mengaktifkan dan memberi arah pada perilaku seseorang; 2) keinginan yang memberi tenaga dan mengarahkan perilaku seseorang untuk mencapai suatu tujuan; 3) Tingkat kebutuhan dan keinginan akan berpengaruh terhadap intensitas perilaku seseorang.[3]
  3. Terkait dengan krisis mutivasi belajar Erikson, James Marcia (1980) meneliti tentang krisis mutivasi belajar mengidentifikasi empat status identitas melalui interview mendalam dengan remaja. Status ini mencerminkan tingkat komitmen yang dibuat remaja terhadap nilai-nilai agama dan politik di samping juga pekerjaan masa de ... krisis identitas. Mereka telah membentuk suatu identitas premature lebih berdasarkan pilihan orang tua mereka daripada identitas mereka sendiri. Mereka telah membuat komitmen pekerjaan dan ideologi, tetapi komitmen ini lebih mencerminkan suatu penil .

Dari paparan penelitian terdahulu di atas, maka posisi penelitian ini menjadi jelas. Penelitian 1 dan 2, ini lebih fokus kepada tentang faktor pengrmbngan motif belajar siswa. dan peneliti k 3 fokos kepda krisis motivasi belajar yang di akibatkan oleh lingkungan dan orang tua. Berbeda dengan peneliti sekarang lebih fokus pada faktor apa saja yang menyebabkan rendahnya motifasi belajar yang ada di PP Al-Bukhori RU V ganjaran gondanglegi malang.
F. kajian teori
A.  MOTIVASI BELAJAR
1.      Pengertian Motivasi Belajar
Menurut Mc. Donald, yang dikutip[4] motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dengan pengertian ini,  dapat dikatakan bahwa motivasi adalah sesuatu yang kompleks yang akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Menurut Siti Sumarni (2005), Thomas L. Good dan Jere B. Braphy (1986) mendefinisikan motivasi sebagai suatu energi penggerak dan pengarah, yang dapat memperkuat dan mendorong seseorang untuk bertingkah laku. Ini berarti perbuatan seseorang tergantung motivasi yang mendasarinya. Motivasi adalah sesuatu yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas. Masih dalam artikel Siti Sumarni (2005), motivasi secara harafiah yaitu sebagai dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar, untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Sedangkan secara psikologi, berarti usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya, atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya.[5]
Sedangkan, definisi belajar itu sendiri Menurut Winkel, belajar adalah semua aktivitas mental atau  psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman. dalam belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya. Sifat perubahannya relatif permanen, tidak akan kembali kepada keadaan semula. Tidak bisa diterapkan pada perubahan akibat situasi sesaat, seperti perubahan akibat kelelahan, sakit, mabuk, dan sebagainya[6]. Sedangkan Pengertian Belajar menurut Gagne dalam bukunya The Conditions of Learning 1977, belajar merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang keadaaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan yang serupa itu. Perubahan terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau latihan. Berbeda dengan perubahan serta-merta akibat refleks atau perilaku yang bersifat naluriah. definisi belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil  pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Kesimpulan yang bisa diambil dari kedua pengertian di atas, bahwa pada prinsipnya, belajar adalah perubahan dari diri seseorang.[7]
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah kesanggupan untuk melakukan kegiatan belajar karena didorong oleh keinginannya untuk memenuhi kebutuhan dari dalam dirinya ataupun yang datang dari luar. Kegiatan itu dilakukan dengan kesungguhan hati dan terus menerus dalam rangka mencapai tujuan. Selain itu, motivasi belajar juga merupakan suatu keadaan atau kondisi yang mendorong, merangsang atau menggerakan seseorang untuk belajar sesuatu atau atau melakukan kegiatan untuk mencapai suatu tujuan.
Hubungan motif, tujuan, dan aktivitas
Sumber: [8] Sebuah Situasi yang Memotivasi.
Gambar 1 menunjukkan sebuah situasi yang memotivasi, di mana motif-motif seorang individu, diarahkan ke arah pencapaian tujuan. Motif terkuat, menimbulkan perilaku, yang bersifat diarahkan kepada tujuan atau aktivitas tujuan.  Mengingat bahwa tidak semua tujuan dapat dicapai, maka para individu tidak selalu mencapai aktivitas tujuan, terlepas dari kekuatan motif yang ada. Jadi dengan demikian aktivitas tujuan dinyatakan dalam gambar berupa garis putus-putus.
Motivasi dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :
1.   Motivasi Intrinsik adalah dorongan untuk melakukan sesuatu yang berasal dari diri individu itu sendiri.
             Dikatakan motivasi intrinsik apabila seorang siswa termotivasi untuk belajar semata-mata untuk menguasai ilmu pengetahuan bukan karena motif lain seperti pujian, nilai yang tinggi, atau hadiah. Motivasi itu muncul karena ia merasa membutuhkan sesuatu dari apa yang ia pelajari. Kesadaran pentingnya terhadap apa yang dipelajari adalah sangat penting untuk memunculkan motivasi intrinsik. Bila seseorang telah memiliki motivasi intrinsik maka selalu ingin maju dalam belajar sserta haus ilmu pengetahuan.
2.   Motivasi Ekstrinsik adalah dorongan untuk melakukan sesuatu karena adanya perangsang dari luar diri individu.
            Peserta didik belajar karena hendak mencapai tujuan yang terletak di luar hal  yang dipelajarinya, seperti nilai yang tinggi, kelulusan, ijazah, gelar, kehormatan dan lain-lain. Motivasi ekstrinsik meskipun kurang baik akan tetapi sangat diperlukan dalam proses pendidikan agar anak didik mau belajar. Motivasi ekstrinsik tidak selalu buruk. Ia sering digunakan karena bahan pelajaran kurang menarik perhatian anak didik.
B. FAKTOR-FAKTOR YANG MENGHAMBAT MOTIVASI BELAJAR
Dalam dunia pendidikan, motivasi untuk belajar merupakan salah satu hal yang penting. Tanpa motivasi, seseorang tentu tidak akan mendapatkan proses belajar yang baik. Motivasi merupakan langkah awal terjadinya pembelajaran yang baik. Pembelajaran dikatakan baik jika tujuan awal, umum dan khusus tercapai. Orang dewasa yang mempunyai need to know / kebutuhan akan keingintahuan yang tinggi, mempunyai karakteristik yang berbeda dalam hal psikologis mereka. Motivasi belajar tentu berkaitan dengan psikologis peserta didik orang dewasa. Ada empat faktor yang mempengaruhi perkembangan motivasi belajar, yaitu lingkungan budaya, keluarga, sekolah dan siswa itu sendiri. Motivasi belajar bisa menurun akibat ambisi orang tua atau sistem peringkat di sekolah. Memaksa siswa menerima beban melebihi kapasitasnya tentu saja membuat siswa berkembang secara tidak sehat. Keinginan menciptakan siswa ”hebat” justru bisa menghasilkan siswa yang bermasalah.
Terkadang, motivasi belajar dapat pula terpengaruh oleh beberapa sebab, berikut dijabarkan berbagai sebab/faktor yang dapat menurunkan motivasi belajar peserta didik orang dewas, yaitu:
1. Kehilangan harga diri
            Pengaruh dari hilangnya harga diri bagi orang dewasa sangat besar. Tanpa harga diri, peserta didik orang dewasa akan berlaku sangat emosional dan pasti menurunkan motivasi belajarnya. Penting bagi tutor/guru untuk menyadari hal ini. Berhati-hati dengan latar belakang dan tidak menyinggung perasaan orang lain merupakan hal yang harus diperhatikan tutor/guru untuk peserta didik orang dewasa.
2. Ketidaknyamanan Fisik
            Fisik merupakan aspek fisiologis/penampakan yang penting untuk meningkatkan motivasi belajar. Seorang peserta didik dewasa biasanya selalu memperhatikan penampilan fisiknya. Jika fisiknya tidak membuat ia nyaman, motivasi belajarnya pun akan menurun. Contoh; seorang yang mempunyai badan yang besar akan mengalami penurunan motivasi jika ia diminta untuk belajar lari sprint dilapangan.
3. Frustasi
            Kendala dan masalah hidup yang dihadapi oleh orang dewasa merupakan hal yang harus dijalani. Terkadang dapat diatasi, terkadang tidak. Mereka yang mengalami masalah yang tidak tertanggulangi biasanya akan cepat frustasi. Peserta didik seperti ini tentu fokus utamanya menghadapi problem hidupnya yang sedang carut-marut itu. Motivasi untuk terus belajar akan menurun sejalan dengan rasa frustasinya. Tutor/guru seharusnya dapat memahami apa yang dihadapi peserta didiknya.
4. Teguran yang tidak dimengerti
            Orang dewasa tidak hanya manusia yang mempunyai pemikiran dan pengalaman luas ttapi juga prasangka yang besar pula. Jika tutor/guru menegur dengan tanpa ia mengerti, peserta didik orang dewasa itu pun akan merasa bingung dan berprasangka macam-macam yang pada akhirnya menjadi faktor penurun motivasi belajarnya.
5. Menguji dengan yang belum diajarkan
            Tutor/guru yang tidak memahami peserta didiknya dan mempunyai jam terbang rendah, nampaknya kesulitan dan dapat saja ia lupa atau sengaja untuk menampilkan soal-soal ujian yang sulit atau belum diajarkanya karena berbagai sebab. Peserta didik orang dewasa yang mengikuti pembelajarannya akan tidak dapat menjawab atau menjawab dengan kurang tepat sehingga mereka merasa kesal atau merasa dipermainkan tutornya. Hal ini menjadi kontra produktif terhadap proses pembelajaran tersebut.
6. Materi terlalu sulit/ mudah
            Materi pembelajaran dapat diukur dengan menerapkan pratest dan pengidentifikasian sasaran peserta didik. Terkadang hal ini tidak diperhatikan tutor/guru sehingga materi yang diajarkan terlalu sulit/mudah. Bagi peserta didik orang dewasa, mereka tentu sangat bosan dengan materi yang terlampau mudah dan sangat frustasi dengan materi yang terlampau sulit. Keduanya mempengaruhi motivasi belajar peserta didik ketingkat terendah.
7.   Persaingan yang tidak sehat
              Setiap peserta didik orang dewasa mempunyai perbedaan satu sama lainya. Kadang-kadang dalam ujian ada saja yang berbuat curang. Peserta didik yang berbuat jujur merasa tidak adil kepada mereka yang mencontek dan mendapat nilai bagus sementara dirinya bersungguh-sungguh dalam belajar tetapi nilainya standar saja. Hal ini menyebabkan motivasi belajarnya menurun bahkan menjadikan proses belajar tidak lagi kondusif.
8. Presentasi yang membosankan
Pembelajaran tidak terlepas dari proses penyajian materi. Tutor harus dapat menyajikan materi yang baik. Menarik, jelas dan melingkupi seluruh materi menjadikan suatu presentasi diterima dengan baik. Jika hal itu bertolak belakang, peserta didik orang dewasa akan cepat bosan dan menurunkan motivasinya untuk belajar.
9.   Pelatih/ fasilitator tidak menaruh minat
            Tutor dalam perannya sebagai fasilitator di kelas sangat penting untuk memperlihatkan minatnya pada materi yang diajarkan. Jika tidak, peserta didik orang dewasa akan berfikir bahwa materi tersebut tidak penting dan membosankan. Hal itu akan sangat berdampak pada penurunan motivsi belajar mereka.
10.  Tidak mendapatkan umpan balik
            Pembelajaran yang efektif harus menyertakan umpan balik pada komponen komunikasi antar individu. Peserta didik orang dewasa dan tutor/guru selayaknya mendapatkan umpan balik satu dan lainnya. Jika hal ini tidak terjadi, peserta dan tutor/guru akan mengarah pada komunikasi searah saja. Hal ini berkebalikan dengan proses pembelajaran yang seharusnya. Peserta tidak mendapatkan apa yang ia butuhkan dan begitu juga guru/tutor tidak mendapatkan respon dari peserta. Penurunan motivasi belajar tentu terjadi karena hal tersebut.
11.  Harus belajar dengan kecepatan yang sama
            Pembelajaran merupakan suatu proses dimana peserta didiknya memiliki perbedaan baik dalam hal kecepatan daya serap atau pengalaman dan kemampuan lainnya. Jika tutor memberikan pola pengajaran yang kecepatannya sama tiap-tiap peserta didik, dikhawatirkan akan terjadi kebosanan pada pesrta didik orang dewsa yang lebih cepat penyerapannya dan terjadi rasa frusrtasi yang sangat bagi peserta didik yang proses penyerapannya lambat. Kedua hal ni dapat menurunkan motivsi belajar pesrta didik orang dewasa.
12.  Berkelompok dengan orang yang sama-sama kurang
            Metode pembelajaran kelompok merupakan suatu metode stratgis untuk tutor/guru agar peserta didik dapat saling mengisi dan menanggulangi masalah yang disampaikan tutor/guru. Jika dalam satu kelompok anggotanya berkemampuan rendah semua, kegiatan kelompok tidak akan berjalamn baik. Proses yang diharapkan guru/tutor agar saling mengisi dan bertukar pendapat akan tidak berjalan dikarenakan seluruh anggorannya berkemampuan rendah. Peserta didik pun akan merasa tidak mencapai progres yang baik dan tidak mencapai target. Keadaan tersebut akan menurunkan motivasi belajarnya.
13.     Harus bertingkah yang tidak sesuai dengan pembimbingnya
            Tingkah laku orang dewasa dipengaruhi oleh pemahamannya. Peserta didik orang dewasa mempunyai karakter yang khas satu sama lainnya. Pembimbing/tutor tidak dapt memaksakan kehenaknya kepada peserta didiknya agar sesuai dengannya. Jika hal ini terjadi, peserta didik orang dewasa akan bertindak tidak sesuai denga pribadinya dan hal ini menimbulkan gejolak didalam hatinya dan mungkin mereka akan keluar kelas untuk selamanya.
G. Metode Penelitian
1.    Pendekatan dan jenis penelitian
            Jenis peneliti ini adalah peneliti kualitatif diskriftif, karena pada dasarnya penelitian ini mengunakan mitode deduktif dan induktif, berangkat dari pngetahuan yang bersifat umum dan bertitik tolak pada pengetahuan yang bersifat khusus. Maksudnya dimulai Dengan pernyataan umum di susun Dengan urain atau penjelasan yang khusus.[9]atau bisa di sebut suatu pendekatan yang berangkat dari suatu karangan tiori, gagasan para ahli maupun pemahaman penelitian menurut pengalamannya, kemudian di kembangkan menjadi permasalahn-permasalahan beserta pemecahannya yang di ajukan untuk memperoleh kebenran (farivikasi) dalam bentuk dukungan data impiris di lapangan.
            Metode kualitatif diskriptif ini di gunakan karena beberapa pertimbangan. Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih muda apabila berhadapan Dengan pernyataan ganda; kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden; ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri Dengan menijmen pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.
            Menurut bogdab sebagai mana yang di kutip oleh Sugiono
Metode penelitian kualitatis akan di ketahui setelah memasuki objek dengan cara membaca berbagai infoemasi tertulis, gambar-gambar, berfikir dan melihat objek aktifitas oarang yang ada di sekelilingnya, melakukan wawancara, catatalapangan, dukumin pribadi atau dukumin resmi lainya.[10]
H. Sumber Data
            Data yang akan di galih dalam peneliti ini ada dua sumber yaitu:
1. sumber data lapangan, yaitu pimpinan atau pengasuh pondok pesantren beserta pengurus, guru yang ada di sekitar lapangan. Informan awal dipilih dengan menggunakan teknik pusposive sampling, sementara informan berikutnya ditentukan dengan teknik snowball sampling (Sanggar Kanto, dalam Burhan Bungin, 2007:53).
2 .Sumber data dokumenter, berupa: 1) pengumuman, instruksi, aturan, laporan rapat dan keputusan pimpinan dan semacamnya yang disimpan oleh pondok-pondok pesantren sebagai arsip organisasi, dan 2) bahan-bahan informasi yang dihasilkan suatu lembaga sosial atau individu, semisal laporan penelitian ataupun buku catatan.
I. Penggalian Data
Teknik pengumpulan data yang akan peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. observasi akan peneliti lakukan dengan pengamatan secara langsung terhadap sasaran penelitian, yaitu aktivitas yang ada di sekitar lingkungan santri tujuannya sejauh mana keterlibatan lingkungan pondok pesantren terhadap santri yang ada di sekitar pondok pesantre.
b. Wawancara mendalam (in depth interview) akan peneliti lakukan dalam dua level, yaitu:
      1. Level atas, yaitu wawancara dengan para pimpinan lembaga pondok pesantrn.
  2. Level bawahsebagai data pembanding, yaitu wawancara dengan pengurus pondok, ustadz dan santri yang ada di lingkungan tersebut.
c. Dokumentasi akan peneliti gunakan untuk mencari data atau dukumen-dukumen yang ada di pomdok pesantren tersebut dan tulisan-tulisan yang relevan yang di lakukan pada waktu rapat Dengan pengasuh.
      Oleh karena merupakan penelitan kualitatif, maka pengumpulan data dan analisis data akan peneliti lakukan secara simultan dan terus-menerus. Data yang diperoleh akan langsung peneliti analisis melalui proses reduksi data (data reduction), organisasi data (data organization) dan penarikan kesimpulanya (conclusion drawing and verification).










                        Mengetahui                                                                     Malang.................2012
                        Kaprodi PAI                                                                           Mahasisawa

            Muhammad Adib, M.Ag.                                                                   Kholilurrohim
                NIY. 1999.01.024


                [1] Sardiman A. interaksi dan mutivasi belajar, (Jakarta:CV rajawali Pers 1990),hlm 104
                [2] http://bruderfic.or.id/h-129/peran-guru-dalam-membangkitkan-motivasi-belajar-siswa.html
                [4] Oemar Hamalik (2003), hlm158.
                [5] KBBI, (2001), hlm 756.
                [6] Menurut Ernest R. Hilgard (Sumardi Suryabrata, 1984), hlm 252.
                [7] Moh. Surya (1981) hlm 32.
                [8] Winardi. (2002), hlm 41.
[9] Abdullah Ambar, intrinsic tata bahasa ibdonisia, (bandung:Ijatmiko 1984) hlm 193
[10] Sugono, Memahami Penelitian Kualitatif, Cet ke 4 (Bandung: CV Alfabeta, 2008) hlm 16
0 Komentar "contoh ususlan penelitian tindakan kelas "

Back To Top