USULAN PENELITIAN (PTK)
NIM :
201008400010051
NIMKO :
2010.4.084.0001.1.00319
Nama :
Kholilurrohim
Semester : IV
Program Stadi : PAI
Judul :
Krisis Motivasi Mempelajari Kitab Kuning Santri PP Al-Bukhori RU V Ganjaran Gondanglegi Malang.
Jenis Penelitian : Kualitatif- studi
lapangan (field research)
A. Konteks Penelitian
1.
Pondok pesantren PP Al-Bukhori RU V adalah salah satu lembaga pendidikan non
formal yang ada di sekian banyak pondok pesantren di ganjaran gondanglegi
malang, yang mana di dalamnya juga ada kitab klasik/kuning, yang sangat di anjurkan
dalam pondok pesantren PP Al-Bukhori RU V bahkan juga ada dalam pondok
pesantren yang lain seperti Ilmu Tafsir, Fikih, Risalatulmahed, Akhlak, Nahu,
Sorrof dan masih banyak kitab-kitab yang lain yang harus di pelajari pomdok
pesantren PP Al-Bukhori RU V.
2. Namun, fakta yang terjadi di
pondok pesantren Al-Bukhori yang berkaitan dengan kitab yang ada di P.P
AL-Bukhori khususnya pelajaran nahwu dan sharraf cukup mengecewakan. Karena
santri sulitan untuk memperaktekannya dalam proses BMK(bimbingan membaca kitab
kuning) mereka hanya dapat menghafal isi dari kedua ilmu tersebut tampa sering melatih untuk membaca
kitab yang bisa di katakan tampa harkat dan makna. Sedangkan tujuan dari kedua
ilmu dasar ini adalah santri dapat membaca dan memahami isi kitab yang tampa
harkat dan makna. Santri lebih mengedepankan pembelajaran umum daripada
pemelajaran kitab kuning, Nilai ujian kitab kuning sangat merosot di bandingkat
pelajran umum, anak malas belajar kitab kuning karena sulit untuk mengerti.
3.
Ironinya apa yang di inginkan oleh Ustadz, Pengurus beserta Pengasuh pondok
pesantren PP Al-Bukhori RU V tidak sesai dengan visi dan misi yang ada d pondok
pesantren PP AL-Bukhori RU V. Ganjaran gondanglegi malang.
B. Fokus Penelitian (Rumusan Masalah)
a. Faktor-Faktor apa saja yang menyebabkan
rendahnya motivasi belajar kitab kuning santri PP Al-Bukhori RU V ganjaran
gondamglegi malang?
b. Apa respon Pengasuh, Ustadz
dan Pengurus PP Al-Bukhori terhadap rendahnya motivasi tersebut?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Ingin mengetahui
faktor-faktor apa saja yang menyebabkan rendahnya motivasi belajar kitab kuning
santri PP Al-Bukhori RU V ganjaran gondamglegi malang
b. Ingin mengetahui respon
Pengasuh, Ustadz dan Pengurus PP Al-Bukhori terhadap rendahnya motivasi
tersebut
2. Kegunaan Penelitian
1. Secara reoritis
a) Penelitian ini di harapkan
memberi kontribusi terhadap keilmuan, seperi halnya mitode pembelajran.
2. Secara praktis. Penelitian
ini di harapkan bisa memberikan riel pemikiran kepada:
a. Kepada ketua P.P. Al-Bukhori 1 sebagai pengatur srtuktur dan sistem
pondok.
b. Kepada
ust/ustd yang mengajar di PP AL-BUKHORI RU V.
D. Kajian terdahulu
Setelah
peneliti telusuri, belum ada penelitian yang secara khusus mengungkap pergulatan.
Krisis Motivasi Mempelajari Kitab Kuning Santri PP Al-Bukhori RU V Ganjaran Gondanglegi Malang. Namun, beberapa
penelitian berikut ini penting untuk diuraikan.
- Terkait dengan mutivasi belajar Sardiman A., meneliti tentang interaksi dan mutivai belajar mengajar (1990) mutivasi intrinsik ialah suatu aktivitas atau kegiatan belajar di mualai dan di teruskan berdasarkan penghayatan sustu kebutuhan dan dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan akitivitas belajar, dalam hal ini sudurman menjelaskan bahwa mutivasi intrinsi adalah : motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu di rangsang dari luar, karena dalam diri individu sudah ada diringan untuk melakukan sesuau[1]. Sudarwan Danim (2004:2) juga menerangkan motivasi diartikan sebagai kekuatan, dorongan, kebutuhan, semangat, tekanan, atau mekanisme psikologis yang mendorong seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai prestasi tertentu sesuai dengan apa yang dikehendakinya. Motivasi paling tidak memuat tiga unsur esensial, yakni :1.)faktor pendorong atau pembangkit motif, baik internal maupun eksternal,2.) tujuan yang ingin dicapai, 3.) strategi yang diperlukan oleh individu atau kelompok untuk mencapai tujuan tersebut.[2]
- Terkait dengan mutivasi belajar Huitt, W. (2001) meneliti tentang mutuvasi belajar mengatakan motivasi adalah suatu kondisi atau status internal (kadang-kadang diartikan sebagai kebutuhan, keinginan, atau hasrat) yang mengarahkan perilaku seseorang untuk aktif bertindak dalam rangka mencapai suatu tujuan. Jadi ada tiga kata kunci tentang pengertian motivasi menurut Huitt, yaitu: 1) kondisi atau status internal itu mengaktifkan dan memberi arah pada perilaku seseorang; 2) keinginan yang memberi tenaga dan mengarahkan perilaku seseorang untuk mencapai suatu tujuan; 3) Tingkat kebutuhan dan keinginan akan berpengaruh terhadap intensitas perilaku seseorang.[3]
- Terkait dengan krisis mutivasi belajar Erikson, James Marcia (1980) meneliti tentang krisis mutivasi belajar mengidentifikasi empat status identitas melalui interview mendalam dengan remaja. Status ini mencerminkan tingkat komitmen yang dibuat remaja terhadap nilai-nilai agama dan politik di samping juga pekerjaan masa de ... krisis identitas. Mereka telah membentuk suatu identitas premature lebih berdasarkan pilihan orang tua mereka daripada identitas mereka sendiri. Mereka telah membuat komitmen pekerjaan dan ideologi, tetapi komitmen ini lebih mencerminkan suatu penil .
Dari paparan
penelitian terdahulu di atas, maka posisi penelitian ini menjadi jelas.
Penelitian 1 dan 2, ini lebih fokus kepada tentang faktor pengrmbngan motif
belajar siswa. dan peneliti k 3 fokos kepda krisis motivasi belajar yang di
akibatkan oleh lingkungan dan orang tua. Berbeda dengan peneliti sekarang lebih
fokus pada faktor apa saja yang menyebabkan rendahnya motifasi belajar yang ada
di PP Al-Bukhori RU V ganjaran gondanglegi malang.
F. kajian teori
A. MOTIVASI BELAJAR
1. Pengertian Motivasi Belajar
Menurut Mc. Donald, yang dikutip[4] motivasi adalah perubahan energi dalam diri
seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai
tujuan. Dengan pengertian ini, dapat
dikatakan bahwa motivasi adalah sesuatu yang kompleks yang akan menyebabkan
terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan
bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk
kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Menurut Siti Sumarni (2005), Thomas L.
Good dan Jere B. Braphy (1986) mendefinisikan motivasi sebagai suatu energi
penggerak dan pengarah, yang dapat memperkuat dan mendorong seseorang untuk
bertingkah laku. Ini berarti perbuatan seseorang tergantung motivasi yang
mendasarinya. Motivasi adalah sesuatu yang dibutuhkan untuk melakukan
aktivitas. Masih dalam artikel Siti Sumarni (2005), motivasi secara harafiah
yaitu sebagai dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak
sadar, untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Sedangkan secara
psikologi, berarti usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang
tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya,
atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya.[5]
Sedangkan, definisi belajar itu sendiri
Menurut Winkel, belajar adalah semua aktivitas mental atau
psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang
menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman. dalam belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan
dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda
dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya. Sifat perubahannya relatif
permanen, tidak akan kembali kepada keadaan semula. Tidak bisa diterapkan pada perubahan
akibat situasi sesaat, seperti perubahan akibat kelelahan, sakit, mabuk, dan
sebagainya[6].
Sedangkan Pengertian Belajar menurut Gagne dalam bukunya The Conditions of Learning 1977, belajar
merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku,
yang keadaaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan
sesudah melakukan tindakan yang serupa itu. Perubahan terjadi akibat
adanya suatu pengalaman atau latihan. Berbeda dengan perubahan serta-merta
akibat refleks atau perilaku yang bersifat naluriah. definisi belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Kesimpulan
yang bisa diambil dari kedua pengertian di atas, bahwa pada prinsipnya, belajar
adalah perubahan dari diri seseorang.[7]
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar
adalah kesanggupan untuk melakukan kegiatan belajar karena didorong oleh
keinginannya untuk memenuhi kebutuhan dari dalam dirinya ataupun yang datang
dari luar. Kegiatan itu dilakukan dengan kesungguhan hati dan terus menerus
dalam rangka mencapai tujuan. Selain itu, motivasi belajar juga merupakan suatu
keadaan atau kondisi yang mendorong, merangsang atau menggerakan seseorang
untuk belajar sesuatu atau atau melakukan kegiatan untuk mencapai suatu tujuan.
Sumber: [8]
Sebuah Situasi yang
Memotivasi.
Gambar 1 menunjukkan sebuah situasi yang memotivasi, di mana
motif-motif seorang individu, diarahkan ke arah pencapaian tujuan. Motif
terkuat, menimbulkan perilaku, yang bersifat diarahkan kepada tujuan atau
aktivitas tujuan. Mengingat bahwa tidak semua tujuan dapat dicapai, maka
para individu tidak selalu mencapai aktivitas tujuan, terlepas dari kekuatan
motif yang ada. Jadi
dengan demikian aktivitas tujuan dinyatakan dalam gambar berupa garis
putus-putus.
Motivasi dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :
1. Motivasi Intrinsik
adalah dorongan untuk melakukan sesuatu yang berasal dari diri individu itu
sendiri.
Dikatakan motivasi
intrinsik apabila seorang siswa termotivasi untuk belajar semata-mata untuk
menguasai ilmu pengetahuan bukan karena motif lain seperti pujian, nilai yang
tinggi, atau hadiah. Motivasi
itu muncul karena ia merasa membutuhkan sesuatu dari apa yang ia pelajari.
Kesadaran pentingnya terhadap apa yang dipelajari adalah sangat penting untuk
memunculkan motivasi intrinsik. Bila seseorang telah memiliki motivasi
intrinsik maka selalu ingin maju dalam belajar sserta haus ilmu pengetahuan.
2. Motivasi Ekstrinsik
adalah dorongan untuk melakukan sesuatu karena adanya perangsang dari luar diri
individu.
Peserta didik belajar
karena hendak mencapai tujuan yang terletak di luar hal yang
dipelajarinya, seperti nilai yang tinggi, kelulusan, ijazah, gelar, kehormatan
dan lain-lain. Motivasi ekstrinsik meskipun kurang baik akan tetapi sangat
diperlukan dalam proses pendidikan agar anak didik mau belajar. Motivasi
ekstrinsik tidak selalu buruk. Ia sering digunakan karena bahan pelajaran
kurang menarik perhatian anak didik.
B. FAKTOR-FAKTOR
YANG MENGHAMBAT MOTIVASI BELAJAR
Dalam dunia pendidikan, motivasi untuk belajar
merupakan salah satu hal yang penting. Tanpa motivasi, seseorang tentu tidak
akan mendapatkan proses belajar yang baik. Motivasi merupakan langkah awal
terjadinya pembelajaran yang baik. Pembelajaran dikatakan baik jika tujuan
awal, umum dan khusus tercapai. Orang dewasa yang mempunyai need to know
/ kebutuhan akan keingintahuan yang tinggi, mempunyai karakteristik yang
berbeda dalam hal psikologis mereka. Motivasi belajar tentu berkaitan dengan psikologis peserta didik orang
dewasa. Ada empat faktor yang mempengaruhi perkembangan motivasi belajar, yaitu
lingkungan budaya, keluarga, sekolah dan siswa itu sendiri. Motivasi belajar
bisa menurun akibat ambisi orang tua atau sistem peringkat di sekolah. Memaksa
siswa menerima beban melebihi kapasitasnya tentu saja membuat siswa berkembang
secara tidak sehat. Keinginan menciptakan siswa ”hebat” justru bisa
menghasilkan siswa yang bermasalah.
Terkadang,
motivasi belajar dapat pula terpengaruh oleh beberapa sebab, berikut dijabarkan
berbagai sebab/faktor yang dapat menurunkan motivasi belajar peserta didik
orang dewas, yaitu:
1. Kehilangan harga
diri
Pengaruh dari hilangnya
harga diri bagi orang dewasa sangat besar. Tanpa harga diri, peserta didik orang
dewasa akan berlaku sangat emosional dan pasti menurunkan motivasi belajarnya.
Penting bagi tutor/guru untuk menyadari hal ini. Berhati-hati dengan latar
belakang dan tidak menyinggung perasaan orang lain merupakan hal yang harus
diperhatikan tutor/guru untuk peserta didik orang dewasa.
2. Ketidaknyamanan Fisik
Fisik merupakan aspek fisiologis/penampakan yang penting untuk
meningkatkan motivasi belajar. Seorang peserta didik dewasa biasanya selalu
memperhatikan penampilan fisiknya. Jika fisiknya tidak membuat ia nyaman,
motivasi belajarnya pun akan menurun. Contoh; seorang yang mempunyai badan yang
besar akan mengalami penurunan motivasi jika ia diminta untuk belajar lari
sprint dilapangan.
3. Frustasi
Kendala
dan masalah hidup yang dihadapi oleh
orang dewasa merupakan hal yang harus dijalani. Terkadang dapat diatasi,
terkadang tidak. Mereka yang mengalami masalah yang tidak tertanggulangi
biasanya akan cepat frustasi. Peserta didik seperti ini tentu fokus utamanya
menghadapi problem hidupnya yang sedang carut-marut itu. Motivasi untuk terus belajar akan
menurun sejalan dengan rasa frustasinya. Tutor/guru seharusnya dapat memahami
apa yang dihadapi peserta didiknya.
4. Teguran yang tidak
dimengerti
Orang dewasa tidak hanya manusia
yang mempunyai pemikiran dan pengalaman luas ttapi juga prasangka yang besar
pula. Jika tutor/guru menegur dengan tanpa ia mengerti, peserta didik orang
dewasa itu pun akan merasa bingung dan berprasangka macam-macam yang pada
akhirnya menjadi faktor penurun motivasi belajarnya.
5. Menguji dengan yang belum diajarkan
Tutor/guru yang tidak
memahami peserta didiknya dan mempunyai jam terbang rendah, nampaknya kesulitan
dan dapat saja ia lupa atau sengaja untuk menampilkan soal-soal ujian yang
sulit atau belum diajarkanya karena berbagai sebab. Peserta didik orang dewasa
yang mengikuti pembelajarannya akan tidak dapat menjawab atau menjawab dengan
kurang tepat sehingga mereka merasa kesal atau merasa dipermainkan tutornya.
Hal ini menjadi kontra produktif terhadap proses pembelajaran tersebut.
6. Materi terlalu sulit/ mudah
Materi pembelajaran dapat diukur
dengan menerapkan pratest dan pengidentifikasian sasaran peserta didik.
Terkadang hal ini tidak diperhatikan tutor/guru sehingga materi yang diajarkan
terlalu sulit/mudah. Bagi peserta didik orang dewasa, mereka tentu sangat bosan
dengan materi yang terlampau mudah dan sangat frustasi dengan materi yang
terlampau sulit. Keduanya mempengaruhi motivasi belajar
peserta didik ketingkat terendah.
7.
Persaingan yang tidak
sehat
Setiap
peserta didik orang dewasa mempunyai perbedaan satu sama lainya. Kadang-kadang
dalam ujian ada saja yang berbuat curang. Peserta didik yang berbuat jujur
merasa tidak adil kepada mereka yang mencontek dan mendapat nilai bagus
sementara dirinya bersungguh-sungguh dalam belajar tetapi nilainya standar
saja. Hal ini menyebabkan
motivasi belajarnya menurun bahkan menjadikan proses belajar tidak lagi
kondusif.
8. Presentasi yang
membosankan
Pembelajaran tidak
terlepas dari proses penyajian materi. Tutor harus dapat menyajikan materi yang
baik. Menarik, jelas dan melingkupi seluruh materi menjadikan suatu presentasi
diterima dengan baik. Jika hal itu bertolak belakang, peserta didik orang
dewasa akan cepat bosan dan menurunkan motivasinya untuk belajar.
9.
Pelatih/ fasilitator
tidak menaruh minat
Tutor
dalam perannya sebagai fasilitator di kelas sangat penting untuk memperlihatkan
minatnya pada materi yang diajarkan. Jika tidak, peserta didik orang dewasa
akan berfikir bahwa materi tersebut tidak penting dan membosankan. Hal itu akan sangat berdampak pada
penurunan motivsi belajar mereka.
10.
Tidak mendapatkan umpan
balik
Pembelajaran yang efektif harus
menyertakan umpan balik pada komponen komunikasi antar individu. Peserta didik
orang dewasa dan tutor/guru selayaknya mendapatkan umpan balik satu dan
lainnya. Jika hal ini tidak terjadi, peserta dan tutor/guru akan mengarah pada
komunikasi searah saja. Hal ini berkebalikan dengan proses pembelajaran yang
seharusnya. Peserta tidak mendapatkan apa yang ia butuhkan dan begitu juga
guru/tutor tidak mendapatkan respon dari peserta. Penurunan motivasi belajar
tentu terjadi karena hal tersebut.
11. Harus belajar
dengan kecepatan yang sama
Pembelajaran merupakan suatu proses
dimana peserta didiknya memiliki perbedaan baik dalam hal kecepatan daya serap
atau pengalaman dan kemampuan lainnya. Jika tutor memberikan pola pengajaran
yang kecepatannya sama tiap-tiap peserta didik, dikhawatirkan akan terjadi
kebosanan pada pesrta didik orang dewsa yang lebih cepat penyerapannya dan
terjadi rasa frusrtasi yang sangat bagi peserta didik yang proses penyerapannya
lambat. Kedua hal ni dapat menurunkan motivsi
belajar pesrta didik orang dewasa.
12.
Berkelompok dengan orang
yang sama-sama kurang
Metode
pembelajaran kelompok merupakan suatu metode stratgis untuk tutor/guru agar
peserta didik dapat saling mengisi dan menanggulangi masalah yang disampaikan
tutor/guru. Jika dalam satu kelompok anggotanya berkemampuan rendah semua,
kegiatan kelompok tidak akan berjalamn baik. Proses yang diharapkan guru/tutor
agar saling mengisi dan bertukar pendapat akan tidak berjalan dikarenakan
seluruh anggorannya berkemampuan rendah. Peserta didik pun akan merasa tidak mencapai progres
yang baik dan tidak mencapai target. Keadaan tersebut akan
menurunkan motivasi belajarnya.
13.
Harus bertingkah yang
tidak sesuai dengan pembimbingnya
Tingkah
laku orang dewasa dipengaruhi oleh pemahamannya. Peserta didik orang dewasa
mempunyai karakter yang khas satu sama lainnya. Pembimbing/tutor tidak dapt
memaksakan kehenaknya kepada peserta didiknya agar sesuai dengannya. Jika hal
ini terjadi, peserta didik orang dewasa akan bertindak tidak sesuai denga
pribadinya dan hal ini menimbulkan gejolak didalam hatinya dan mungkin mereka
akan keluar kelas untuk selamanya.
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan jenis
penelitian
Jenis peneliti ini
adalah peneliti kualitatif diskriftif, karena pada dasarnya penelitian ini
mengunakan mitode deduktif dan induktif, berangkat dari pngetahuan yang
bersifat umum dan bertitik tolak pada pengetahuan yang bersifat khusus.
Maksudnya dimulai Dengan pernyataan umum di susun Dengan urain atau penjelasan
yang khusus.[9]atau
bisa di sebut suatu pendekatan yang berangkat dari suatu karangan tiori,
gagasan para ahli maupun pemahaman penelitian menurut pengalamannya, kemudian
di kembangkan menjadi permasalahn-permasalahan beserta pemecahannya yang di
ajukan untuk memperoleh kebenran (farivikasi) dalam bentuk dukungan data
impiris di lapangan.
Metode kualitatif
diskriptif ini di gunakan karena beberapa pertimbangan. Pertama, menyesuaikan
metode kualitatif lebih muda apabila berhadapan Dengan pernyataan ganda; kedua,
metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan
responden; ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan
diri Dengan menijmen pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang
dihadapi.
Menurut bogdab sebagai mana yang di kutip oleh Sugiono
Metode
penelitian kualitatis akan di ketahui setelah memasuki objek dengan cara
membaca berbagai infoemasi tertulis, gambar-gambar, berfikir dan melihat objek
aktifitas oarang yang ada di sekelilingnya, melakukan wawancara, catatalapangan,
dukumin pribadi atau dukumin resmi lainya.[10]
H. Sumber Data
Data yang akan di galih dalam peneliti ini ada dua sumber
yaitu:
1. sumber data lapangan, yaitu
pimpinan atau pengasuh pondok pesantren beserta pengurus, guru yang ada di
sekitar lapangan. Informan awal dipilih dengan menggunakan teknik pusposive
sampling, sementara informan
berikutnya ditentukan dengan teknik snowball
sampling (Sanggar Kanto, dalam Burhan Bungin, 2007:53).
2 .Sumber data dokumenter, berupa: 1) pengumuman, instruksi, aturan, laporan rapat dan keputusan pimpinan
dan semacamnya yang disimpan oleh pondok-pondok pesantren sebagai arsip
organisasi, dan 2) bahan-bahan informasi yang
dihasilkan suatu lembaga sosial atau individu, semisal laporan penelitian
ataupun buku catatan.
I. Penggalian Data
Teknik pengumpulan data yang akan peneliti gunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. observasi akan peneliti lakukan dengan pengamatan
secara langsung terhadap sasaran penelitian, yaitu aktivitas yang ada di
sekitar lingkungan santri tujuannya sejauh mana keterlibatan lingkungan pondok
pesantren terhadap santri yang ada di sekitar pondok pesantre.
b. Wawancara mendalam (in depth interview) akan peneliti
lakukan dalam dua level, yaitu:
1. Level atas, yaitu wawancara dengan para pimpinan lembaga pondok pesantrn.
2. Level bawah—sebagai data pembanding, yaitu wawancara dengan pengurus pondok, ustadz dan santri yang ada di lingkungan
tersebut.
c. Dokumentasi akan peneliti gunakan untuk mencari data atau dukumen-dukumen yang ada di pomdok pesantren tersebut
dan tulisan-tulisan yang relevan yang di lakukan pada waktu rapat Dengan
pengasuh.
Oleh karena merupakan penelitan kualitatif,
maka pengumpulan data dan analisis data akan peneliti lakukan secara simultan
dan terus-menerus. Data yang diperoleh akan langsung
peneliti analisis melalui proses reduksi data (data reduction), organisasi data (data organization) dan
penarikan kesimpulanya (conclusion drawing
and verification).
Mengetahui Malang.................2012
Kaprodi PAI Mahasisawa
Muhammad Adib, M.Ag. Kholilurrohim
NIY. 1999.01.024

0 Komentar "contoh ususlan penelitian tindakan kelas "