FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELAJAR
TUGAS MAKALAH
DI AJUKAN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN SEMESTER IV
Mata Kuliah
Psikologi Belajar
Dosen Pembimbing
Muhammad Husni, M.Pdi.

Disusun Oleh:
KHOLILURROHIM
ABDUL LATIF
SYAIFUL ANAM
TONY
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (SATAI)”AL-QOLAM”
GONDANGLEGI MALANG
2012
PENDAHULUAN
Assalamualaikum
Wr. Wb.
Pujaan dan pujian senantiasa kita
lantunkan kepada sang pencipta alam semesta, yang telah memberikan ridho-nya,
sehingga kita masih di berikan kesempatan untuk menghirup udara-nya, di beri
akal fikir sehingga kita bisa memilah dan memilih nilai-nilai peraturan dunia
yang negative dan positif sehingga nantinya kita tidak melupakan tanggung jawab
sebagai hamba-nya.
Rahmat ta’dhim dan keselamatan
semoga terlimpahkan kepada beliau sang pembawa rahmatan lilalamin di muka bimu,
sang pemilih syafa’at bagi ummatnya untuk menuju syurga ilahi robbi, semoga
kita terpilih sebagai ummat yang mendapat syafa’atnya kelak di akhirat. Amin.
Makalah yang kami susun ini dengan
judul “ Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar”
Demikian kata pengantar kami, saran
dan kritiknya yang konstruktif selalu kami harap demi kesempurnaan makal ini
dan makalah berikutnya. Tiada kata dan harapan kecuali ucapan jazakumullah
ahsanal jaza’
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Malang …../….2012
Penulis
Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar
A. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar
Secara umum faktor-faktor yang
memengaruhi hasil Wajar dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor internal dan
faktor eksternal Kedua faktor tersebut
saling memengaruhi dalam proses belajar individu sehingga menentukan kualitas
hasil belajar.
a. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor-faktor
yang berasal dari dalam diri individu dan dapat memengaruhi hasil belajar
individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan psikologis.
1) Faktor fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah
faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini
dibedakan menjadi dua macam. Pertama, keadaan tonus jasmani. Keadaan tonus
jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi
fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan
belajar individu. Sebalikrtya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan
menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh karena keadaan tonus
jasmani sangat memengaruhi proses belajar, maka perlu ada usaha untuk menjaga
kesehatan jasmani. Cara untuk menjaga kesehatan Jasmani antara lain adalah: 1)
menjaga pola makan yang sehat dengan memerhatikan nutrisi yang masuk ke dalam tubuh,
karena kekurangan gizi atau nutrisi akan mengakibatkan tubuh cepat lelah, lesu,
dan mengantuk, sehingga tidak ada gairah untuk belajar; 2) rajin berolahraga
agar tubuh selalu bugat dan sehat; 3) istirahat yang cukup dan sehat.
Kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis.
Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologi pada tubuh manusia
sangat memengaruhi hasil belajar, terutama pancaindra. Pancaindra yang
berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula.
Dalam proses belajar, pancaindra merupakan pintu masuk bagi segala informasi
yang diterima dan ditangkap oleh manusia, sehingga manusia dapat mengenal dunia
luar. Pancaindra yang memiliki peran besar dalam aktivitas belajar adalah mata
dan telinga. Oleh karena itu, baik guru maupun siswa perlu menjaga pancaindra
dengan baik, baik secara preventif maupun yang,bersifat kuratif, dengan
menyediakan sarana belajar yang memenuhi persyaratan, memeriksakan kesehatan
fungsi mata dan telinga secara periodik, mengonsumsi makanan yang bergizi, dan
lain sebagainya.
2) Faktor psikologis
Faktor-faktor psikologis adalah
keadaan psikologis seseorang yang dapat memengaruhi proses belajar. Beberapa
faktor psikologis yang utama memengaruhi proses belajar adalah kecerdasan
siswa, motivasi, minat, sikap, dan bakat.
-Kecerdasan/inteligensi siswa
Pada umumnya kecerdasan diartikan
sebagai kemampuan psiko-fisik dalam mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri
dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan demikian, kecerdasan bukan
hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ-organ tubuh yang
lain. Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan organ
yang penting dibandingkan organ yang lain, karena fungsi otak itu sendiri
sebagai pengendali tertinggi (executive control) dari hampir seluruh aktivitas
manusia.
Kecerdasan merupakan faktor
psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa, karena itu
menenentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi tingkat inteligensi seorang individu,
semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar.
Sebaliknya, semakin rendah tingkat inteligensi individu, semakin sulit
individu itu mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan
belajar dari orang lain, seperti guru, orangtua, dan lain sebagainya. Sebagai
faktor psikologis yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar, maka
pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon
guru atau guru profesional, sehingga mereka dapat memahami tingkat kecerdasan
siswanya.
Pemahaman tentang tingkat kecerdasan individu
dapat diperoleh oleh orangtua dan guru atau pihak-pihak yang berkepentingan
melalui konsultasi dengan psikolog atau psikiater. Sehingga dapat diketahui anak didik berada pada tingkat kecerdasan
yang mana, amat superior, superior, ratarata, atau mungkin lemah mental.
Informasi tentang taraf kecerdasan seseorang merupakan hal yang sangat
berharga untuk memprediksi kemampuan belajar seseorang. Pemahaman terhadap
tingkat kecerdasan peserta didik akan membantu mengarahkan dan merencanakan
bantuan yang akan diberikan kepada siswa.
- Motivasi
Motivasi adalah salah satu faktor
yang memengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasilah yang
mendorong siswa inginn melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi
mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif,
mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin, 1994).
Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan
terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang. Dari sudut sumbernya, motivasi dibagi menjadi
dua, yairu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik
adalah semua faktor yang berasal dari dalam diri individu dan memberikan
dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti seorang siswa yang gemar membaca,
maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk membaca, karena membaca tidak hanya
menjadi aktivitas kesenangannya, tapi bisa jadi juga telah menjadi
kebutuhannya. Dalam proses belajar, motivasi intrinsik memiliki pengaruh yang
lebih efektif, karena motivasi intrinsik relatif lebih lama dan tidak
tergantung pada motivasi dari luar (ekstrinsik).
Menurut Arden N. Frandsen (Hayinah, 1992),
yang termasuk dalam motivasi intrinsik untuk belajar antara lain adalah:
Dorongan ingin tahu dan ingin menyelediki
dunia yang lebih luas;
Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan
keinginan untuk maju;
Adanya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan
dari orang-orang penting, misalkan orangtua, saudara, guru, atau teman-teman,
dan lain sebagainya;
Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang
berguna bagi dirinya, dan lain-lain.
Motivasi ekstrinsik adalah faktor
yang datang dari luar diri individu tetapi memberi pengaruh terhadap kemauan
untuk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata tertib, reladan guru orangtua,
dan lain sebagainya. Kurangnya respons dari lingkungan secara positif akan
memengaruhi semangat belajar seseorang menjadi lemah.
- Minat
Secara sederhana, minat (interest)
berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar
terhadap sesuatu. Menurut Reber (Syah, 2003), minat bukanlah istilah yang
populer dalam psikologi disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai faktor
internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan
kebutuhan.
Namun lepas dari kepopulerannya,
minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi, karena memberi pengaruh
terhadap aktivitas belajar. Karena jika seseorang tidak memiliki minat untuk
belajar, ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena
itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik lainnya perlu
membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan
dipelajarinya.
Untuk membangkitkan minat belajar siswa
tersebut, banyak cara yang bisa digunakan. Antara lain, pertama, dengan membuat
materi yang akan dipelajari semenarik mungkin dan tidak membosankan, baik dari
bentuk buku materi, desain pembelajaran yang membebaskan siswa untuk
mengeksplor apa yang dipelajari, melibatkan seluruh domain belajar siswa
(kognitif, afektif, psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif, maupun
performansi guru yang menarik saat mengajar. Kedua, pemilihan jurusan atau
bidang studi. Dalam hal ini, alangkah baiknya jika jurusan atau bidang studi
dipilih sendiri oleh siswa sesuai dengan minatnya.
- Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu
dapat memengaruhi keberhasilan proses belajarnya. Sikap adalah gejala internal
yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons
dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, peristiwa dan sebagainya,
baik secara positif maupun negatif (Syah, 2003). Sikap siswa dalam belajar
dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada performan guru,
pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk mengan tisipasi munculnya
sikap yang negatif dalam belajar, guru sebaiknya berusaha untuk menjadi guru
yang profesional dan bertanggung jawab terhadap profesi yang dipilihnya. Dengan
profesionalitas, seorang guru akan berusaha memberikan yang terbaik bagi
siswanya; berusaha mengembangkan kepribadian sebagai seorang guru yang empatik,
sabar, dan tulus kepada muridnya; berusaha untuk menyajikan pelajaran yang
diampunya dengan baik dan menarik sehingga membuat siswa dapat mengikuti
pelajaran dengan senang dan tidak menjemukan; meyakinkan siswa bahwa bidang
srudi yang dipelajari bermanfaat bagi diri siswa.
- Bakat
Faktor psikologis lain yang
memengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara umum, bakat (aptitude)
didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk
mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Syah, 2003). Berkaitan dengan
belajar, Slavin (1994) mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum yang
dimiliki seorang siswa untuk belajar. Dengan demikian, bakat adalah kemampuan
seseorangyang menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam proses belajar
seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang
dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga
kernungkinan besar ia akan berhasil.
Pada dasarnya, setiap orang
mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai prestasi belajar sesuai dengan
kemampuannya masing-masing. Karena itu, bakat juga diartikan sebagai kemampuan
dasar individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa tergantung upaya
pendidikan dan latihan. Individu yang telah memiliki bakat tertentu, akan lebih
mudah menyerap segala informasi yang berhubungan dengan bakat yang
dimilikinya. Misalnya, siswa yang berbakat di bidang bahasa akan lebih mudah
mempelajari bahasa-bahasa lain selain bahasanya sendiri.
b. Faktor faktor eksogen/eksternal
Selain karakteristik siswa atau
faktor-faktor endogen, faktor-faktor eksternal juga dapat memengaruhi proses
belajar siswa. Dalam hal ini, Syah (2003) menjelaskan bahwa faktor faktor
eksternal yang memengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan,
yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.
1) Lingkungan sosial
Lingkungan sosial masyarakat.
Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar
siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak telantar juga
dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa kesulitan ketika
memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang
kebetulan belum dimilikinya.
Lingkungan sosial keluarga.
Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga,
sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga,
semuanya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan antara
anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu
siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.
c.
Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi, dan teman-teman
sekelas dapat memengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan yang harmonis
antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik di
sekolah. maka para pendidik, orangtua, dan guru perlu memerhatikan dan memahami
bakat yang dimiliki oleh anaknya atau peserta didiknya, antara lain dengan
mendukung, ikut mengembangkan, dan tidak memaksa anak untuk memilih jurusan
yang tidak sesuai dengan bakatnya.
2) Lingkungan nonsosial.
Faktor faktor yang termasuk
lingkungan nonsosial adalah:
a.
Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan
tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu
lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang. Lingkungan alamiah tersebut
merupakan faktor-faktor yang dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa.
Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar siswa
akan terhambat.
b.
Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua
macam. Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas
belajar, lapangan olahragd dan lain sebagainya. Kedua, software, seperti
kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabi, dan lain
sebagainya.
Faktor materi pelajaran (yang
diajarkan ke siswa). Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan
siswa, begitu juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi
perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang
positif terhadap aktivitas belajar siswa, maka guru harus menguasai materi
pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan
kondisi siswa.
B. PAKEM adalah Pendekatan Pembelajaran
PAKEM adalah pendekatan
pembelajaran, bukan metode atau strategi pembelajaran. Pendekatan dapat dimaknai sebagai cara pandang
terhadap sesuatu, sedangkan metode adalah bagian dari pendekatan. Metode bisa
berupa diskusi kelompok, ceramah, tanya jawab, penugasan, demonstrasi,
eksperimen, karyawisata; dan kegiatannya bisa berupa siswa melakukan percobaan,
wawancara, membuat denah, membaca peta, membaca dan menulis ragam teks, dan
sebagainya. Semua ini dilakukan dengan cara mengaktifkan anak, mendorong
munculnya kreativitas, dilaksanakan dalam suasana belajar yang menyenangkan,
dan diharapkan mencapai hasil belajar yang efektif.
Menurut teori Konstruktivisme, belajar adalah
proses membangun makna atau pemahaman dan ini hanya bisa dilakukan kalau siswa
aktif (mental dan fisik), melibatkan semua indera (Suparno, 1997:49). Belajar
tidak hanya proses individual, tetapi juga proses social di mana anak dapat
saling berinteraksi sehingga terasah
kecerdasan intelektual, emosional, dan sosialnya sekaligus. Pada diri anak juga
ditanamkan bahwa belajar bukan hanya di bangku sekolah, tetapi harus menjadi
kegiatan sepanjang hayat. Melalui kegiatan
interaksi dengan sesama teman, guru, bahan ajar, dan lingkungan, anak dilatih
dapat mengembangkan berpikir kritis dan kreatif.
Bagaimana mengembangkan kemampuan
berpikir kritis dan kreatif melalui interaksi dalam belajar? Sebagaimana kita
ketahui kemampuan membaca, menulis, dan berhitung yang fungsional (calistung)
sebagai kemampuan dasar harus dimiliki setiap anak, semua ini akan terwujud
jika anak dilatih terus-menerus, baik melalui belajar mandiri maupun
berkelompok. Pengalaman membaca beragam teks dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis, sekaligus membantu mengembangkan kreativitasnya dalam menulis.
Demikian pula belajar matematika agar bermakna bagi anak, harus dikaitkan
dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Semua kegiatan ini harus
menyenangkan dengan menerapkan beragam pengelolaan kelas, kadang individual,
berpasangan, kelompok kecil, atau klasikal. Belajar tidak hanya di dalam kelas,
tetapi sekali-sekali juga perlu di luar kelas agar pengalaman anak beragam.
Dengan mengalami langsung dan belajar hal-hal baru yang menantang, diharapkan
hasil belajar akan efektif dan mencapai tujuan sesuai perencanaan.
C. bagan structural

PENUTUP
Puji syukur kami panjatkan kepada
Tuhan Yang maha Esa atas segala bimbingan dan rahmatya selama penulis
menulis karya tulis ini. Dengan
tersusunnya karya tulis ini berarti telah terpenuhi sebagai tugas kami dalam rangka
menambah nilai tugas.
Kami menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih belum sempurna dan masih banyak
kekurangan-kekurangan, namun berkat bimbingan dan pengarahan bapak/ ibu dosen
serta beberapa pihak maka penyusun dapat menuyelesaikan makalah ini dengan
baik.
0 Komentar "Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar"